Menikah merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seseorang dan menjadi ibadah bagi yang sudah menuaikannya. Pernikahan bukan hanya menyangkut calon suami dan istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pernikahan juga menyempurnakan setengah agama.
Sebagaimana firman Allah ;
وَاَ نْكِحُوا الْاَ يَا مٰى مِنْكُمْ وَا لصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَا دِكُمْ وَاِ مَآئِكُمْ ۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)
Setiap orang pasti ingin memiliki keluarga yang harmonis. Keluarga terdiri dari ayah, ibu & anak-anak. Dalam Islam, keluarga yang harmonis adalah keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dapat diartikan sebagai keluarga yang tentaram, penuh kasih sayang dan rahmat.
Sebagaimana firman Allah :
وَاَ نْكِحُوا الْاَ يَا مٰى مِنْكُمْ وَا لصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَا دِكُمْ وَاِ مَآئِكُمْ ۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21).
***
Mengutip Haikal Abduttawab, salah satu perhatian (atensi) Islam terhadap kehidupan keluarga adalah diciptakannya aturan dan syariat yang luas, adil, dan bijaksana. Selanjutnya andai kata aturan ini dijalankan dengan jujur dan setia, maka tidak akan ditemukan adanya pertikaian. Kehidupan akan berjalan damai dan sentosa.
Kedamaian itu tidak saja dirasakan oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi juga dapat dinikmati oleh anggota masyarakat sekitarnya. Keharmonisan keluarga berarti situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling menjaga, saling pengertian dan memberikan rasa aman dan tentram bagi setiap anggota keluarganya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keharmonisan artinya keadaan harmonis, keselarasan dan keserasian dalam rumah tangga yang perlu dijaga. Keluarga merupakan rumah tempat untuk kita pulang, bercerita dan saling menyemangati .Setiap pasangan harus saling bekerja sama menciptakan rumah tangga yang rukun dan penuh dengan kasih sayang. Jika salah satu tidak bisa bekerja sama akan sulit untuk menjaga keharmonisan keluarga.
Berikut beberapa langkah dalam menjaga keharmonisan dalam keluarga:
- Pasangan sebagai seorang sahabat
Walaupun suami dan istri memiliki peran yang berbeda. Namun keduanya tidak boleh merasa lebih tinggi. Setiap pasangan adalah belahan jiwa bagi pasangannya. Gambaran tentang hubungan antara suami dan istri yang tidak dapat dipisahkan. Seolah-olah masing-masing adalah pakaian bagi pasangannya.
Sebagaimana firman Allah :
هُنَّ لِبَا سٌ لَّـكُمْ وَاَ نْـتُمْ لِبَا سٌ لَّهُنَّ
“Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka.“ (QS. Al-Baqarah: 187)
- Meningkatkan semangat dalam beribadah kepada Allah.
Beribadah di sini maksudnya sebagai bentuk rasa syukur kepada allah karena telah memberikan banyak kenikmatan dalam keluarga. Kasih sayang antara suami dan istri adalah salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah. Dalam hal ini karena Allah lah yang menetapkan hati suami dan istri untuk saling mencintai dan menyayangi di dalam pernikahan.
***
- Berdoa kepada allah menjadikan pasangan sebagai penyejuk hati
Doa merupankan senjata bagi orang muslim dan Allah merupakan dzat yang membolak balikan hati manusia. Karena allah lah yang memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada hambanya.
وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
Penyunting: Bukhari