Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Persahabatan Dunia-Akhirat? Begini Penafsiran Al-Qur’an!

Persahabatan
Sumber: https://islamic-center.or.id

Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesama manusia. Pastinya setiap orang membutuhkan teman yang setia membersamai baik suka maupun duka, atau akrab disebut dengan sahabat. Sebuah persahabatan menciptakan ikatan emosional yang kuat antara dua individu atau lebih. Maka dari itu, sebaiknya pandai-pandai dalam memilih sahabat, apakah membawa kepada kebaikan atau justru keburukan? Terkait hal ini, Allah telah menyinggungnya dalam al-Qur’an surah al-Zukhruf ayat 67 berikut.

اَلْاَخِلَّاءُ يَوْمَىِٕذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ

Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.

Turunnya ayat ini dilatarbelakangi oleh kisah dua sahabat karib, Umayyah bin Khalaf al-Jumahi dan Uqbah bin Abi Muith. Keduanya sama-sama memiliki misi untuk menyakiti atau melukai Nabi ﷺ. Namun naas, mereka berdua justru terbunuh dalam waktu hampir bersamaan ketika perang Badar. Dari kejadian inilah, kemudian Allah menurunkan ayat tersebut. [Tafsīr al-Munīr, 25/182]

Diturunkannya ayat tersebut sebab kejadian yang telah disebutkan. Allah menegaskan bahwasanya sahabat karib yang tidak saling mengajak bertakwa kepada Allah. Namun bersekongkol bermaksiat dan kufur kepada-Nya, di akhirat kelak akan saling bertikai dan bermusuhan satu sama lain.

Persahabatan Sebatas di Dunia

Lafaz al-akhillā’ ditafsirkan oleh Abdul Lathif al-Khatib dengan al-aṣdiqā’ fi al-dunyā. Yakni para sahabat di dunia, yang mana dilakukannya kekufuran dan kemaksiatan selagi berkumpul bersama mereka. Hal demikianlah menjadikan mereka memikul dosa bersama-sama. [Auḍaḥ al-Tafāsīr, 1/507]

Senada dengan penafsiran Tafsīr Jalālayn (554), lafaz al-akhillā’  dimaknai dengan ‘ala al-ma’ṣiyah fi al-dunyā; yakni berteman untuk kemaksiatan di dunia. Bersahabat semacam inilah sebagaimana perkataan al-Qurthubi dalam tafsirannya, potongan ayat berikutnya; ba’ḍuhum li ba’din ‘aduwwun, adalah di akhirat kelak merka akan saling memusuhi (yu’ādī) dan saling mengutuk (yal’anu) satu sama lain. [Tafsīr al-Qurṭubī, 16/109]

Baca Juga  Best Online Gambling Dens Uk Top Online Casino Sites And Offers March 202

Circle pertemanan atau persahabatan hanya bertahan di dunia saja, tidak sampai akhirat, jika selama berkumpul hanya untuk kemaksiatan maupun kekufuran. Bahkan, di akhirat kelak, sebagaimana ragam penafsiran yang telah dituturkan. Mereka yang bersahabat sebatas di dunia akan saling bermusuhan di akhirat. Ini disebabkan perbuatan mereka yang bersahabat dalam rangka kemaksiatan ataupun kekufuran.

Apabila dirasa dalam hubungan persahabatan ketika setiap kali berkumpul bersama mereka selalu timbul maksiat bahkan kekufuran; perlu disadari untuk melepas pelan-pelan. Persahabatan dalam hal demikian hanya awet di dunia saja, tidak sampai mengantarkan di akhirat kelak.

Persahabatan Dunia Hingga Akhirat

Jika redaksi permulaan ayat membicarakan tentang persahabatan yang akan saling bermusuhan di akhirat kelak. Maka ada pula sebuah persahabatan untuk saling mengasihi dan menyayangi tidak hanya berhenti di dunia saja, namun juga akan mengantarkan sampai akhirat kelak. Ini berdasarkan pada redaksi akhir ayat: illā al-muttaqīn, yakni kecuali bagi orang-orang yang bertakwa.

Al-Razi mengatakan dalam tafsirnya, bahwa orang-orang yang bergaul atau bersahabat satu sama lain atas dasar keimanan dan ketakwaan, tidak akan menjadi musuh satu sama lain di akhirat kelak. [Mafātīḥ al-Ghaib, 27/541] Menambahkan keterangan dari al-Qurthubi. Bahwa jalinan persahabatan orang-orang bertakwa atau muttaqīn, adalah sebuah persahabatan di dunia dan akhirat. Sebagaimana Ibnu Abbas, Mujahid, dan lainnya juga mengatakan demikian. [Tafsīr al-Qurṭubī, 16/109]

Al-Zuhaili memaparkan bahwasanya setiap pertemanan dan persahabatan selain karena Allah, akan berubah menjadi permusuhan di hari kiamat kelak. Kecuali persahabatan karena Allah. [Tafsīr al-Munīr, 25/182]; Persahabatan semacam ini dapat kita gambarkan dengan hubungan pertemanan yang didasarkan pada kebaikan, ketulusan, dan saling mendukung dan membantu dalam hal ketakwaan.

Baca Juga  Menyoal Kembali Islam dan Sekularisme: Sayyed Naquib Al-Attas

Penutup

Tidak hanya berhenti di dunia saja, sepatutnya sebuah persahabatan juga terus berlanjut hingga fase alam kekal, yakni akhirat. Tentu persahabatan semacam ini adalah ketika selama membersamainya tidak diajak kepada kemaksiatan atau kekufuran, melainkan menuntun ke jalan ketakwaan. Saling mengajak kebaikan, dan saling mengingatkan ketika luput berbuat apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Sebaliknya, sebuah persahabatan hanya bertahan di dunia saja dan akan menjadi permusuhan apabila di dalamnya saling mengajak kepada kemaksiatan, bahkan kekufuran.

Wallāhu A’lamu.