Keharmonisan alam itu sejalan dengan adanya hukum yang menguasai alam, yang hukum itu di-taqdir-kan oleh Allah dibuat menjadi pasti. Sepedan dengan penggunaan hukum Allah yang menjadi doktrin kepastian untuk alam semesta yang disebut dengan takdir atau Qadar (ukuran yang persis dan pasti) ditegaskan dalam firman Allah surah Yasin ayat 38-39:
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ
Dalam beriman kepada takdir atau Qadar dengan kacamata kosmologis adalah beriman kepada adanya hukum-hukum kepastian dan menguasai alam jagat raya sebagai ketetapan dan keputusan Tuhan yang tidak dapat diganggu gugat atau dilawan. Dalam penegasan pada Qs. Yasin ayat 38-39 maka muncullah beberapa ahli memberikan teori mengatakannya.
Tafsir Q.S Yasin Ayat 38-39
Para ahli teori mengatakan, matahari berada pada orbitnya, dan orbit tersebut berputar dan memutar matahari. Maka matahari mengalir pada tempat peristirahatannya, dan para filosof berkata ia mengalir menuju tempat peristirahatannya, yaitu, untuk suatu hal yang jika ditemukan maka tidak akan ada. Yang Maha Mengetahui. Artinya, bukan atas kemauannya, melainkan atas kehendak Allah, ketetapan-Nya, rencana-Nya, dan penaklukan-Nya terhadapnya. Jika dikatakan Kamu menyebutkan banyak wajah, tetapi tidak menyebutkan yang terpilih , lalu yang terpilih yang mana? Apakah anda memilikinya? Kami katakan: Yang dipilih adalah yang dimaksud dengan “stabil” adalah tempatnya, yaitu berlari mencapai kestabilannya, yaitu titik naik dan turunnya, karena ini mencakup timur dan barat, serta yang tidak berubah.
Pepatahnya “itu” kemungkinan besar merujuk pada terbenamnya matahari. Maksudnya, lari itu adalah ketetapan Allah, dan boleh jadi merujuk kepada Dzat yang meneguhkan. Maksudnya yang ditegakkan itu adalah ketetapan Allah, dan Yang Maha Perkasa lagi Maha Menang, dan Dialah yang mengalahkan. Dengan kekuasaan yang sempurna, dan Yang Maha Mengetahui, lengkap dengan ilmunya, artinya Yang Maha Kuasa Dia belajar untuk mengerjakannya dengan cara yang paling bermanfaat, dan Dia mengetahui apa yang paling bermanfaat, maka dia melakukannya dengan cara yang demikian. Dan itu dijelaskan dalam beberapa cara:
***
Pertama adalah selama enam bulan setiap hari matahari melewati suatu daerah yang belum pernah dilewatinya sejak hari sebelumnya. Seandainya Allah menetapkan melewati suatu daerah maka bumi akan terbakar. . Yang sejajar dengan jalurnya, dan agregat tetap mengendalikan tempat-tempat lain, sehingga Tuhan menentukan dimensi untuk akumulasi kelembaban di bagian dalam. Bumi dan pepohonan di musim dingin, lalu Dia secara bertahap mengukur kedekatannya. Agar tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan muncul dari dalam tanah dan pohon-pohon, lalu matang dan kering, kemudian dijauhkan agar muka bumi dan dahan-dahannya tidak terbakar.
Kedua: Allah telah menetapkan terbitnya matahari pada setiap hari dan terbenamnya matahari pada setiap malam. Agar kekuatan dan mata tidak menjadi lelah karena sulit tidur dan kerja keras, dan dunia tidak menjadi hancur karena meninggalkan arsitektur karena kegelapan yang tiada henti.
Ketiga: Dia membuat jalurnya lebih lambat dari jalur bulan dan lebih cepat dari jalur Saturnus. Karena penuh cahaya, jika pergerakannya lambat, ia akan tetap bersentuhan dengan suatu benda dalam waktu yang lama dan membakarnya. Dan jika pergerakannya cepat, ia tidak akan terbatas pada jangka waktu selama itu. Buah matang di satu tempat.
***
Dalam firmannya Qs. Al-Qamar ayat 49 اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ “Inna kulla syay’ khalaqnahu bi qadar” (sesungguhnya segala sesuatu itu kami ciptakan dengan aturan yang pasti). Menjadi penegasan bahwa yang Allah Swt. ciptakan sudah menggunakan aturan yang pasti sehingga akan mustahil terjadikan benturan atau tidak sesuai dalam kadar yang ditentukan.
Editor: An-Najmi
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.