Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Menyoal Kembali Islam dan Sekularisme: Sayyed Naquib Al-Attas

sekularisme
Sumber: https://staiindojkt.ac.id

Sekularisasi sebagai suatu keseluruhan tidak hanya merupakan pernyataan pandangan dunia yang sama sekali bukan islami, tetapi juga dihadapkan berlawanan dengan Islam, dan Islam menolak secara total manifestasi dan arti sekularisasi baik eksplisit dan maupun yang implisit; oleh karena itu kaum Muslimin harus menolak dengan penuh semangat di manapun sekularisme dijumpai; di antara mereka atau di dalam pikiran mereka. Soalnya, sekularisasi itu bagaikan racun yang mematikan terhadap keyakinan yang benar (iman).”

Kutipan di atas adalah penggalan paragraf dari sebuah Bab di buku Islam dan Sekularisme, karya Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al-Attas (ditulis SMN Al-Attas). Karyanya merupakan persembahan yang sangat monumental bagi perkembangan dunia intelektual Islam. Meminjam bahasa Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud dalam pengantarnya untuk terjemahan terbitan PIMPIN, “Islam dan Sekularisme adalah merupakan suatu karya agung kulli, sejagat atau universal, karena seluruh isi kandungannya membincangkan dan menganalisa perkara-perkara paling asas dalam kebudayaan Barat dan agama Islam. Pendekatannya sekaligus ilmiah dengan hujjah yang kukuh dan dalil yang mengagumkan. Pendekatannya juga bersifat amaliah…” (Islam dan Sekularisme, Bandung: PIMPIN, 2011, h. xiv)

Dengan begitu lugasnya SMN Al-Attas mengurai duduk perkara sekularisme yang menjadi problem di Barat dan dunia pada umumnya. Bagaimana asal muasalnya, apa makna dan hakikatnya, mengapa Kristen Barat melarutkan diri dan menyatu di dalamnya, bagaimana Islam menghadapi ancaman ini, apakah Islam akan mengalami apa yang dialami Kristen, apa yang menjadi dilema Muslim (untuk diatasi) agar mampu keluar dari cengkraman cakar-cakarnya, apa aksi yang harus dilakukan, bagaimana solusinya, semua itu dipaparkan dan dijabarkan dengan sangat tuntas dan penuh kepiawaian.

***

Inilah buku yang mengantarkan cendekiawan Muslim pada paradigma barunya, worldview yang sejatinya sebagai seorang muslim. Buku yang mampu membangkitkan kembali Dignity of Moslem secara elegan dan egaliter. Buku yang -tidaklah berlebihan jika dikatakan- wajib dibaca oleh para pengusung ide Islamisasi ilmu pengetahuan. Karena dari rahim buku inilah ide Islamisasi itu terlahir. 

Baca Juga  Tiga Tahapan Penting Pendidikan Kader Mufasir (PKM)

Lima Bab yang terdapat dalam buku ini adalah ide-ide dan gagasan besar penulis yang ditulis dan disampaikan pada momen-momen penting yang berbeda. Kemudian diikat, disatukan dan dipadukan menjadi sebuah buku berharga yang berjudul to the point dan tidak bertele-tele: Islam dan Sekularisme.

***

Secara ringkas buku ini memaparkan dua konsep yang bertentangan, sebagaimana judulnya, Islam dan Sekularisme. Al-Attas -dengan sangat menguasai- memahamkan pembaca tentang apa itu sekular, sekularisme dan sekularisasi. Dan pada saat bersamaan -dengan sangat menguasai- Al-Attas juga memaparkan konsep Islam.

Sekularisme sebagai sebuah paham yang mendominasi Barat tengah menjadi virus yang mengancam dunia (termasuk umat Islam). Menurut Al-Attas, Islam sebagai sebuah konsep menolak dengan tegas paham ini. Al-Attas tidak hanya mengungkap bahaya sekularisme yang tengah melanda Barat, ia juga memberikan solusi kepada ummat Islam agar mampu keluar dari cakar-cakar sekularisme.

Jadi buku ini menjadi sangat berbeda, karena dari diagnosa inilah Al-Attas menuangkan ide-ide besarnya dalam buku ini. Dalam framework diagnosa inilah, Al-Attas memaparkan tentang sekularisme pada Bab I dan II, dan itu menjadi sangat berbeda dengan paparan penulis lainnya pada tema yang sama. Karena itu pula konsep Islam yang dikupas Al-Attas pada Bab III menjadi berbeda dan istimewa tidak seperti pemaparan yang ditemukan dalam buku-buku lain. Sebab Al-Attas menulisnya dalam framework yang sama. Dan itu sebabnya pula, Al-Attas dengan begitu lugasnya mampu membeberkan konsep jitu untuk menangani penyakit ummat, sebagaimana dipaparkannya pada Bab V, karena ia tahu penyakit dan tantangan yang dihadapi. 

Islam tidak sama dengan Kristen

Setelah Al-Attas menelanjangi peradaban Barat pada uraian Bab I dan II dengan begitu rincinya, selanjutnya Al-Attas memaparkan konsep Islam. Dengan penjelasan yang meyakinkan, Al-Attas memulai pembahasan dari uraiannya tentang din. Pembahasan Al-Attas pada Bab ini dengan menguraikan panjang lebar makna din dipandang sebagai cara yang cerdas. Al-Attas hendak menggambarkan bahwa ditilik dari konsep agama saja Islam sebagai agama yang berbeda dari agama-agama lainnya.

Baca Juga  Politik Sebagai Jalan Mengaktualisasi Ibadah

Karena itu jelas Al-Attas, konsep yang terlahirkan dalam istilah din yang pada umumnya diartikan sebagai agama tidaklah sama dengan konsep agama sebagai yang ditafsirkan dan dimengerti sepanjang sejarah religius Barat. Penunjukan kata din dalam bahasa Arab sebagai yang menunjuk konotasi agama sangatlah berbeda dengan yang ditunjuki bahasa Inggris ‘religion’.

Dijelaskan oleh Al-Attas dengan sangat mengagumkan bagaimana kata din yang setelah disusutkan arti-arti pokoknya mengerucut pada empat pokok; keberhutangan, kepatuhan, kekuasaan bijaksana dan kecenderungan alami atau tendensi, menjadi sebuah konsep terpadu yang utuh. Inilah yang membedakan konsep Islam dengan konsep agama-agama lain.

Karena itu pada saat Kristen Barat terlindas oleh sekularisasi yang diakibatkan oleh ulah mereka sendiri, Islam sebagai agama wahyu dengan keutuhan dan konsep integralnya tidak bisa disamakan sehingga harus tunduk pada sekularisasi global yang terjadi. Islam tidak mengalami problematika sebagaimana yang dialami Kristen Barat. Ketundukan Kristen Barat terhadap sekularisasi adalah karena karapuhan konsep agama yang dimilikinya yang sedari awal memang agamanya problematis.

Problem Islam dan Umatnya

“Sekularisasi sebagai suatu keseluruhan tidak hanya merupakan pernyataan pandangan dunia yang sama sekali bukan islami, tetapi juga dihadapkan berlawanan dengan Islam, dan Islam menolak secara total manifestasi dan arti sekularisasi baik eksplisit dan maupun yang implisit; oleh karena itu kaum Muslimin harus menolak dengan penuh semangat di manapun sekularisasi dijumpai; di antara mereka atau di dalam pikiran mereka. Soalnya, sekularisasi itu bagaikan racun yang mematikan terhadap keyakinan yang benar (iman).” (hal. 56)

Paragraf ini menyiratkan ketegasan Al-Attas dan kemantapannya menolak segala upaya yang menarik Islam tunduk pada sekularisasi. Al-Attas mengkritik para intelektual dan ilmuan Muslim yang mencari-cari pembenaran sekular dalam Islam. Upaya ini dipandang sebagai pembodohan. Karena itu dalam bahasan pada Bab Dillema Muslim, Al-Attas menegaskan kalau Islam sebagai sebuah konsep tidaklah bermasalah. Tetapi kaum Musliminlah yang dilematis.

Baca Juga  Dua “Arah Pandang” Keilmuan Hadis yang Harus Diketahui

Dilema yang dihadapi Muslim menurut Al-Attas ada yang disebabkan faktor eksternal ada pula yang internal. Faktor eksternal merujuk kepada konfrontasi antara kebudayaan dan peradaban Barat dengan Islam, dari tingkat-tingkat historis, religius dan militer dan sekarang bergerak ke tingkat intelektual. Menurutnya konfrontasi ini pada dasarnya adalah konfrontasi yang secara historis permanen.

Sedangkan faktor internal merujuk kepada tiga permasalah akut; 1. Kebingungan dan kekeliruan dalam pengetahuan, 2. hilangnya adab dalam ummat, dan keadaan yang timbul dari (1) dan (2) adalah melahirkan yang ke (3) Timbulnya pemimpin-pemimpin yang tidak cakap untuk kepemimpinan yang sah bagi ummat Muslimin, yang tidak memiliki standar-standar moral, intelektual dan spiritual yang tinggi yang disaratkan untuk kepemimpinan Islam, yang melestarikan keadaan dalam (1) di atas dan menjamin pengendalian urusan-urusan komunitas yang berkelanjutan oleh pemimpin-pemimpin yang menguasai semua bidang.

Dewesternisasi Pengetahuan

Sebagai penutup, pada Bab V, Al-Attas memberikan solusi yang harus dilakukan oleh Ummat Islam. Harus diakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapi ummat Islam adalah tantangan yang ditimbulkan oleh kerancuan dan kerusakan ilmu pengetahuan. Dan tidak ada yang lebih gawat dan lebih bersifat merusak dari pada tantangan ini.

Sebagai solusi yang harus dilakukan adalah dewesternisasi pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini harus dibebaskan dari unsur-unsur Barat. Inilah sesungguhnya ide cemerlang yang terdapat pada buku ini. Dari paparan-paparan Al-Attas yang disampaikan pada Bab 1 sampai Bab terakhir yaitu Bab 5, sampailah Al-Attas pada ide besar yang menghantarkannya menjadi sosok penting dalam proyek Islamisasi ilmu pengetahuan. Karena seperti yang disampaikan pada pengantar tulisan ini, dari buku inilah sesungguhnya ide Islamisasi ilmu pengetahuan itu terlahir. Wallahu a’lam bishawab!