Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mukjizat Al-Qur’an dalam Segi Pendidikan

Sumber: istockphoto.com

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui malaikat jibril, mengingat al-Qur’an merupakan wahyu Allah, maka dapat dipastikan al-Qur’an bukanlah omongan manusia. Al-Qur’an juga bukanlah puisi para penyair, dan dalam al-Qur’an sendiri tidak terdapat mantra-matra, melainkan di dalamnya terdapat mukjizat yang memancarkan aneka ilmu pendidikan keislaman.

Kitab suci al-Qur’an yang dengannya terkandung beberapa sumber ilmu pengetahuan, maka sangatlah penting sebagai umat Islam memahami lafaz serta makna dan tafsiran al-Qur’an, akan tetapi kemampuan seseorang dalam memahami lafaz dan makna al-Qur’an tersebut tidaklah sama, padahal ayat-ayatnya sedemikian gamblang dan rinci. Hal ini karena adanya daya nalar yang berbeda antara manusia satu dengan manusia yang lain.

Sebagian orang awam misalnya, memahami ayat-ayat al-Qur’an dengan melihat makna-makna secara umum saja, berbeda dengan orang yang berilmu seperti ulama, cedikiawan dan lainnya yang memahami ayat-ayat al-Qur’an tidak hanya melihat makna secara umum tetapi juga dapat memahami ayat-ayat al- Qur’an yang memiliki makna mendalam, mereka juga dapat menyimpulkannya dengan baik arti daripada tersebut.

Apa itu Mukjizat Al Qur’an?

Mukjizat adalah suatu peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang diiringi dengan tantangan yang tidak bisa dikalahkan. Setiap rasul yang diutus, selain membawa kitab yang di dalamnya mengandung kabar gembira dan peringatan, juga Allah bekali mereka dengan berbagai mukjizat untuk membantu mereka dalam berbagai kesulitan dan tantangan dari masyarakat yang menolak ajakannya sesuai dengan tingkat dan pola pikir masyarakatnya.

Di dalam al-Quran telah memuat begitu banyak aspek kehidupan manusia. Sehingga tak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan al-Quran yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersurat maupun yang tersirat tak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari, serta diteliti validitasnya. Ketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Quran dan hadis berlaku secara menyeluruh (universal) untuk semua waktu, tempat dan tak bisa berubah, karena memang tak ada yang mampu merubahnya.

Baca Juga  Allah Tidak Butuh Ibadah Hamba-Nya!

Mukjizat Al Qur’an dalam Segi Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan. Adapun definisi pendidikan dalam Kamus Besar Indonesia disebutkan pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

Adapun konsepsi Islam tentang pendidikan dikenal dengan istilah tarbiyah yang berarti mengasuh, membina, dan mengembangkan. Dengan demikian, pendidikan dalam perspektif islam adalah suatu aktivitas berupa pengajaran, pembimbingan dan asuhan sebagai jalan meraih kebahagiaan hidup di dunia hingga di akhirat. Jika ditelah makna pendidikan dalam perspektif Islam, maka dapat dipahami bahwa pendidikan bersifat komprehensif, yaitu menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan alam serta keseluruhan pribadi seorang anak melalui proses latihan amaliyah yang sesuai dengan ajaran agama.

Dalam al-Qur’an semangat pendidikan jelas tertuang di ayat yang pertama turun kepada Rasulullah saw, yaitu perintah Iqra. Suatu perintah yang menegaskan arti penting membaca. Nasir Baki dalam menjelaskan kata iqra sebagai sinyalemen, bahwa islam dibangkitkan dengan cara mengajak kepada manusia untuk berpikir.

Pertama, dilihat dari segi surah yang pertama kali diturunkan adalah surah yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu surah al-‘Alaq (96) ayat 1-5. Surah tersebut artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. Kedua, dilihat dari segi asalnya, bahwa al-Qur’an berasal dari Allah; yang dalam beberapa sifatnya ia memperkenalkan diri-Nya sebagai pendidik di dalam surah al-Faatihah ayat pertama. Kata rabb yang terdapat pada ayat pertama surah al-Faatihah sebagaimana dikatakan para ahli adalah berasal dari kata tarbiyah; pendidikan. Imam al-Maraghi ketika menafsirkan ayat tersebut menyatakan, bahwa rabb adalah al- Sayyid, al-murabbi al-ladzi yasusu man yurabbihi wa yudabbiru syu’unahu; yang artinya sebagai pemelihara dan pendidik yang membimbing orang yang dididiknya dan memikirkan keadaan perkembangannya.

Baca Juga  Membangun Kepercayaan Diri Remeja, Begini Kata Al-Quran

Kajian Ayat-ayat Pendidikan

Luqman 31:13

وإذ قال لقد لأبنه، وهو يعظة ببنى لا الشرك بالله إن الشرك لظلم عظيم ١٣٠

Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

Surat luqman dalam ayat ini memberikan nasihat kepada anaknya menyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati. Beliau mengungkapkan nasihat tidak dengan membentak, tetapi dengan penuh kasih sayang. Kata bunayya mengisyaratkan kasih sayang. Ini memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya dengan didasari oleh rasa kasih sayang terhadap anak didik. Luqman memulai nasihat dengan menekankan perlunya menghindari syirik. Redaksi yang berbentuk larangan (jarang menyeku-tukan Allah) untuk menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.

Orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Karena, selama dalam asuhan orang tua, anak belajar dari orang orang tua. Segala tindak-tanduk, perkataan, dan sikap orang tua selalu diamati dan diikuti oleh anak yang berada dalam pengasuhannya.

Ali Imran 3: 190-191

إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب الذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جنوبهم

ويتفكرون في خلق السموات والأرض زلنا ما خلقت هذا باطلا شيخانكَ فَقِنَا عَذَابُ النَّارِ ١٩١٠-١٩٠

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang- orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Untuk mendapatkan pengetahuan itu, manusia harus “membaca” yang tertulis dan yang tidak tertulis. Mereka yang dapat melakukan ini adalah ulu al-bab. Siapa ulu al-bab telah Allah gambarkan dalam surat ali Imran ayat 190-191 di atas.

Baca Juga  Kehebatan Kitab Al-Qur'an

***

Dalam dua ayat di atas tercantum dua kata, yaitu “pikir” dan “dzikir”. Tafakkur (berpikir) mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam raya ini. Dzikir berarti mengingat apa yang ditujukan kepada Allah. Dzikir dapat dilakukan dengan menyebut asma Allah, baik dengan lisan atau dalam hati atau selalu menyebut asma Allah dalam setiap akan melakukan perbuatan untuk memperoleh ridhaNya. Hasil tafakur ulul al-bab akan melahirkan sikap tasyakur. Sikap tasyakur melahirkan banyak amaliah yang dapat mensejahterakan.

Editor: An-Najmi