Al-Qur’an merupakan sumber inspirasi yang menarik untuk dikaji dari berbagai sudut pandang. Salah satu aspek menarik adalah keindahan dari segi gaya bahasa ini tertuang pada perumpamaan yang terdapat di dalam ayat Al-Qur’an. Dalam ilmu Al-Qur’an biasa disebut juga dengan amstalul qur’an. Dalam tesis Rukmono Aji, amtsal atau perumpamaan merupakan salah satu kajian dalam ulum al-quran yang memiliki keunikan. Terutama dalam segi metode pengajaran dan penyampaian pesan-pesannya ke dalam jiwa manusia.
Tujuan dari mempelajari amtsalul qur’an atau perumpamaan ialah sebagai bentuk pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil untuk bahan renungan. Khususnya dalam menghayati arti hidup menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Untuk itu, tulisan ini akan mengulas salah satu amtsal dalam surah Al-Baqarah ayat 265.
Perumpamaan dalam QS. Al-Baqarah [2] 265
وَمَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ وَتَثْبِيْتًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبْوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاٰتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِۚ فَاِنْ لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗوَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka untuk mencari ridha Allah dan memperteguh jiwa mereka adalah seperti sebuah kebun di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, lalu ia (kebun itu) menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, hujan gerimis (pun memadai).Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Amtsal atau perumpamaan pada ayat di atas merupakan amtsal musharahah karena di dalamnya terdapat lafadz matsal
Matsal ( مَثَلُ ) yang dibunyikan dengan jelas. Ayat di atas menjelaskan tentang infak yang dikeluarkan oleh orang-orang yang ikhlas akan diterima oleh Allah. Kemudian akan dilipatgandakan pahalanya meskipun infaknya hanya sedikit. Allah maha mengetahui apa yang telah kita perbuat tidak ada yang luput dari pengetahuannya perihal keadaan orang-orang yang ikhlas dan orang-orang yang riya tentu Allah akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan apa yang berhak diterimanya.
Penafsiran QS. Al-Baqarah [2]: 265
Menurut Fayiz bin Sayyaf As-sariih dalam Tafsir Ash-Shaghir menerangkan perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka untuk mencari ridha Allah dan memperteguh jiwa mereka memperkuat jiwa mereka dengan pahala adalah seperti sebuah kebun-kebun di dataran tinggi di tempat yang tinggi yang disiram oleh hujan lebat. Lalu kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya maka hujan gerimis sudah cukup, Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. Sedangkan,
Menurut Tafsir Ibnu Katsir ayat ini mengandung perumpamaan mengenai orang-orang mukmin yang membelanjakan hartanya demi memperoleh rida Allah. Agar Allah ridha kepada diri mereka dan untuk keteguhan jiwa mereka. Sedangkan mereka merasa yakin dan pasti bahwa Allah Swt akan membalas amal perbuatan mereka dengan balasan pahala yang berlimpah. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3, hlm 90)
Simpulan
Dari penjelasan singkat ayat diatas, dapat diambil pembelajaran bahwa sebanyak-banyaknya harta yang dimiliki sejatinya bukan harta kita melainkan harta Allah Swt yang dititipkan kepada kita. Maka bersedekahlah dengan ikhlas dan tulus jangan menyebutkan-nyebutkan kembali seakan-akan harta itu milik kita sama saja bermakna menyombongkan diri sendiri.
Jadi ayat ini merupakan bimbingan untuk lebih berhati-hati dalam bersedekah jangan sampai sudah bersedekah kemudian menghilangkan pahalanya. Niatkan dengan baik hanya untuk mengharapkan rida allah swt.
Dengan adanya perumpamaan ini semoga bisa memotivasi diri untuk terus selalu berbuat baik dan menolong sesama tanpa mengharapkan imbalan hanya mengharapkan ridanya Allah seperti yang sudah dijelaskan pada perumpamaan ayat diatas. Wallahu a’lam.
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply