Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Nazm Al-Qur’an: Mukjizat Al-Qur’an yang Tidak Tertandingi

nazm

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh allah kepada nabi muhammad melalui perantara Jibril untuk menjadi pedoman bagi umat manusia. Kala itu diturunkan kepada bangsa Arab, yang notabennya pandai dalam bersyair dengan nazm. Sehingga Al-Qur’an yang merupakan rangkaian dari bahasa-bahasa, memiliki potensi dikatakan sebagai ciptaan manusia atau bahkan ditentang oleh ahli syair bangsa Arab.

Sejarah menyebutkan Nabi selalu dituduh sebagai tukang sihir yang membuat syair indah (Al-Qur’an) untuk menarik masyarakat. Bangsa Arab pula berupaya untuk membuat syair yang lebih indah untuk menyaingi Al-Qur’an. Tetapi sejarah tidak pernah mencatat satupun usaha tersebut yang berhasil.

Karya bangsa Arab yang berusaha menandingi Al-Qur’an tersebut gagal, dikarenakan susunan Al-Qur’an dan syiir Arab tersebut berbeda. Susunan Al-Qur’an tersebut disebut nazm Al-Qur’an. Untuk mengetahui lebih lanjut penulis ingin membahas seputar nazm Al-Qur’an dalam tulisan ini.

Nazm Al-Qur’an

Nazm Al-Qur’an merupakan keserasian makna dari gabungan kata yang digunakan dalam Al-Qur’an. Konsep nazm ini didukung oleh ulama ahlu sunnah, diantaranya Abu Bakar Muhammad ibn al-Tayyib al-Baqillani, Abdu al-Qahir ibn Abdu al-Rahman al-Jurjani, dan Syihab al-din al-Alusi. Ketiganya merupakan golongan ahlu al-Sunnah Wa al-Jamaah.

Al-Baqillani menganggap bahwa aspek terpenting kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada nazm (susunan)-nya. Karena nazm adalah pengaturan kata-kata sedemikian rupa dan penempatan suatu kata dan keterkaitannya dengan kata lain, sehingga dapat menjelaskan makna yang dimaksud. Penggantian satu kata dalam Al-Qur’an dengan kata yang artinya sama, tidak dapat menciptakan makna kalimat yang dimaksud. Maka susunan yang digunakan Al-Qur’an adalah susunan yang paling sempurna dan tidak dapat diganti. Al-Baqillani kemudian membuktikan bahwa tidak ada karya sastra arab yang mampu menyaingi nazm (susunan) Al-Qur’an, bahkan pidato Nabi Muhammad sendiri.

Baca Juga  Jejak Lailatul Qadar Pasca Ramadhan

Menurut al-Jurjani, nazm (susunan) Al-Qur’an bukan sekedar komposisi kata-kata dalam kalimat, tetapi merupakan serangkaian hubungan antar kata-kata yang tercipta dari hubungan gramatikal dan semantik. Dari hubungan gramatikal dan semantik dapat menciptakan makna yang dimaksud. Dari hubungan gramatikal dan semantik itu menciptakan susunan yang tak tertandingi, bahkan oleh bangsa arab yang pandai dalam ilmu sastra.

***

Sedangkan menuurut al-Alusi, nazm (susunan) Al-Qur’an memiliki perbedaan dengan susunan-susunan yang ada pada karya sastra Arab lainnya. Karena meski menggunakan bahasa yang sama, yakni bahasa arab, tetapi Al-Qur’an dapat mengungkapkan makna dengan cara yang berbeda. Al-Qur’an dapat menyajikan dengan istimewa mencakup aspek luar dan dalam (makna). Al-Qur’an mengumpulkan keindahan tanpa kecacatan.

Menurutnya al-Alusi, nazm (susunan) Al-Qur’an ini menjadi mukjizat yang sangat penting, karena jika mukjizat Al-Qur’an hanya terletak pada maknanya saja, maka dapat diungkapkan melalui selain Al-Qur’an. Jika mukjizat Al-Qur’an hanya terletak pada aspek bahasa saja, maka seharusnya menggunakan bahasa selain bahasa arab, sedangkan Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab yang beredar di bangsa arab. Maka nazm (susunan) Al-Qur’an merupakan mukjizat yang sangat berpengaruh.

Contoh dari nazm Al-Qur’an adalah dalam surat Maryam ayat 4, yang berbunyi

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا 

Artinya: Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.

Penggunaaan kata ٱشۡتَعَلَ (menyala) pada kebiasaannya digunakan untuk pasangan dari api. Tetapi dalam ayat ini digunakan dalam konteks uban. Penempatan ٱلرَّأۡسُ sebelum kata شَيۡبٗا bermakna lebih mendalam, dan syumul yang menggambarkan bahwa uban Nabi Zakariya sudah meliputi seluruh kepalanya. Susunan ini berbeda dari susunan biasannya yang menempatkan kata ٱلرَّأۡسُ setelah kata شَيۡبٗا. Dari susunan ini menghasilkan makna yang lebih mendalam dan sempurna.

Baca Juga  Sejarah Pembagian Juz dan Hizb dalam Al-Qur'an

Dari penjelasan sebelumnya dapat difahami bahwa nazm (susunan) Al-Qur’an merupakan susunan terbaik yang tidak bisa ditandingi oleh bangsa Arab. Meski bangsa arab memiliki kemampuan sastra yang tinggi. Nazm (susunan) Al-Qur’an berbeda dengan susunan yang ada. Susunan tersebut tidak dapat digantikan dengan kata lain, meski memiliki makna yang sama. Maka nazm (susunan) Al-Qur’an merupakan mukjizat Al-Qur’an yang tidak tertandingi.