Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mengimani entitas seorang Nabi dan Rasul merupakan salah satu syarat (dari beberapa syarat) dari pengakuan keimanan seorang mukmin. Sebagaimana makna iman itu sendiri adalah mempercayai dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan melakukan bersamaan dengan anggota tubuh dan rukun-rukunnya.1 Mengimani adanya Nabi dan Rasul, tidak berhenti pada beriman pada eksistensinya saja, melainkan juga beriman pada perilakunya, nasihat-nasihatnya, ketetapannya, dan hal-hal lain ...

Salah satu istilah kosmologis yang menarik perhatian para penafsir modern dalam Al-Qur’an adalah kata dukhan (دخان), yang secara harfiah berarti “asap.” Kata ini muncul dalam Surah Fussilat ayat 11 dan digunakan untuk menggambarkan kondisi langit pada fase awal penciptaannya. Dalam khazanah tafsir klasik, dukhan dipahami secara tekstual sebagai kabut atau asap biasa, namun dalam tafsir ilmiah kontemporer, istilah ini diangkat ...

Pada zaman jahiliyah, kehadiran Islam memberikan dampak yang signifikan. Tradisi masyarakat Arab yang sering meminum minuman haram (khamr), mempermainkan wanita, melaksanakan kepemimpinan oligarki, dan merendahkan derajat manusia karena perbedaan status drajat sosial, menjadi pudar seiring masuknya ajaran Agama Islam. Sejak zaman ini, Agama Islam dikatakan sebagai agama yang mecerahkan, memberikan keadilan bagi seluruh umat manusia, dan Agama perdamaian. Meskipun demikian, ...

Setelah mengetahui bagaimana latar belakang penulisan dan alasan penggunaan susunan nuzul pada kitab “Masyāhid al-Qiyāmah”, fokus bahasan terakhir ini adalah pendalaman peninjauan metodologi tafsir sekaligus contoh konkret dari penafsirannya. Metode Penafsiran Kitab Masyāhid al-Qiyāmah Maksud dari metode penafsiran di sini adalah tata kerja analisis penafsiran, sebagaimana mengacu pada definisi Islah Gusmian dalam bukunya Khazanah Tafsir Indonesia.[1] Ia mencakup metode riwayat ...

Setelah mengetahui posisi Sayyid Qutb dalam Masyāhid Al-Qiyamah melalui kerangka periodesasi karya-karyanya, bahasan kedua ini fokus pada “bagaimana latar belakang penulisan kitab ini? Dan mengapa ia menggunakan susunan nuzul surah sebagai sistematika penafsirannya?”. Latar Belakang Penulisan Kitab Masyāhid Al-Qiyāmah[1] adalah bagian dari proyek besar Sayyid Qutb “Maktabah Al-Qur’ān Al-Jadīdah”. Yaitu sebuah serial/rangkaian kepustakaan bertajuk “Al-Qur’ān Al-Jamāliyyah” (Keindahan Al-Qur’an) dengan kitab ...

Pengenalan kitab Masyāhid Al-Qiyāmah ini berbentuk trilogi bahasan. Untuk bahasan pertama ini akan fokus pada, “di mana posisi dan kecenderungan Sayyid Quthb di dalam kitabnya ini?”. Tujuannya ialah agar tidak terjadi miskonsepsi interaksi dengan Sayyid Quthb dalam fī Ẓilālil-Qur’ān. Selayang Pandang Sayyid Quthb Sayyid Quthb bin Quthb Ibrahim lahir di desa Mūsyah, salah satu wilayah kegubernuran Asyut, Mesir Hulu pada ...

Ibn Taimiyyah (1263–1328) adalah seorang reformis Ḥanbalī, pengkritik filsafat dan tasawuf dan teologi spekulatif, serta pembela gagasan kembali ke sumber otentik Islam: Al-Qur’an dan Sunnah yang terkenal. Namun, tidak banyak yang mengetahui salah satu warisan mendalam dari Ibn Taimiyyah pada bidang tafsir, yang ia tuangkan dalam karya kecil namun monumental: Muqaddimah fī Uṣūl al-Tafsīr. Meski selama berabad-abad risalah ini nyaris ...

Di era media sosial, standar hidup tak lagi ditentukan oleh kebutuhan, melainkan oleh tren yang viral di layar ponsel. Gaya hidup konsumtif mendorong banyak orang membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan demi gengsi atau pencitraan. Bahkan, tak jarang orang-orang rela berhutang untuk tampil mewah.[1] Fenomena ini mengikis makna syukur. Masyarakat lebih sibuk mengejar tampilan daripada nilai, merasa kurang daripada cukup. ...

Di Tengah dinamika Masyarakat modern ini, rupanya banyak yang mulai mempertanyakan satu hal. “Mengapa kecemasan memenuhi hidup, padahal hidup sedang baik-baik saja?” Pertanyaan tersebut seolah mempertanyakan konsep ideal kehidupan yang harus manusia jalankan agar mencapai kata “seimbang”.  Dari sini muncul beberapa pertanyaan reflektif. Seperti, “Apa sebenarnya kebahagiaan itu?”, “Apakah selama ini kita salah memahami konsep kebahagiaan?”, “Lalu, bagaimana sebenarnya kebahagiaan ...

Umat Islam memandang serta mengimani agama sebagai suatu hal yang sakral dan murni dari Tuhan. Sebagai bagian dari agama samawi, Islam hadir menjadi penutup dan penyempurna dari risalah nabi-nabi terdahulu. Risalah yang menjanjikan kebenaran demikian pula kebahagiaan di dunia dan Akhirat. Agama dengan “teori” kebenarannya menjadikan pemeluknya semakin ‘tunduk’ akan peran agama terhadap jalan hidup manusia. Agama yang diyakini sebagai ...