Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Mukjizat Air Zam Zam yang Tak Terbantahkan

Air Zam Zam
Sumber: m.cnnindonesia.com

Dunia Barat telah gagal untuk mananamkan keraguan tentang sumber air Zam Zam. Mereka mempersoalkannya karena posisi Mekkah merupakan kawasan jarang hujan dan bersuhu panas tinggi. Maka tidak masuk akal menurut mereka jika ia dapat diminum oleh jutaan ummat Islam, sedangkan sumur-sumur di sekitar Mekkah kering. Namun kenyataannya memang demikian.

Sumur ini sudah dikenal sejak zaman Nabi Isma’il, ketika ibu beliau, Hajar, mencari air untuk menghilangkan rasa hausnya di antara Shafa dan Marwa. Allah telah memberikan nikmat kepadanya dan kepada putranya dengan mengalirkan sumber air. Maka bergembiralah Hajar. Kemudian beliau membuat pembatas di sekitarnya semacam telaga dan mengumpulkannya.

Oleh karena itulah sumur tersebut disebut Zam Zam (berkumpullah). Kemudian sumur Zam Zam dihancurkan pada masa Jarham, dan hilanglah tanda-tandanya hingga Abdul Muthallib, kakek Nabi Muhammad melihatnya di dalam mimpi yang menjelaskan kepadanya tempat sumur tersebut. Maka sumur tersebut digali.

Kejadian tersebut terjadi sebelum kelahiran Nabi. Setelah ratusan tahun setelah penggaliannya, pemerintah Kerajaan Saudi melaksanakan proyek terbesar untuk pembersihan sumur Zam Zam, dan membuat denah atau peta yang sangat detail tentang sumber mata airnya, debitnya dan lain sebagainya.

Ketika Eropa Menyebar Keraguaan

Pada saat itu di Eropa, telah tersebar isu, khususnya pada orang-orang yang membuat keragu-raguan terhadap Islam, bahwa air Zam Zam tidak layak diminum. Dengan landasan bahwa letak Ka’bah yang mulia pada tempat yang rendah dari permukaan laut dan terdapat di pertengahan Makkah. Maka mereka yakin bahwa air limbah yang tidak sehat berkumpul di sumur Zam Zam.

Pada tahun 1971, diputuskanlah untuk mengirim sampel air Zam Zam ke sebuah laboratorium di Eropa untuk membuktikan kelayakannya untuk diminum, sebagai bukti kepada seluruh dunia. Mu’inuddin Ahmad, seorang Insiyur Kimia, Pegawai Departemen Pertanian dan Irigasi Saudi pada waktu itu berkata, bahwa dia telah memilih sejumlah air Zam Zam untuk sampel. Itulah kali pertama kedua matanya melihat langsung sumur yang darinya bersumber air Zam Zam.

Baca Juga  Tiga Cara Mengukur Kebenaran Sebuah Produk Penafsiran

Saat dia melihat sumur tersebut, bukanlah perkara mudah baginya untuk percaya akan keberkahan air ini yang ukuran sumbernya kecil. Tingginya tidak lebih dari 18 kaki dan lebarnya tidak lebih dari 14 kaki. Akan tetapi mampu memenuhi jutaan galon air tiap tahun bagi jamaah haji sejak digali pada zaman Ibrahim.

Sebelum itu dia belum pernah melihat sumur Zam Zam. Karena itu ketika mengambil air Zam Zam hatinya penuh bertanya-tanya, setengah tidak percaya tapi penuh heran dan kagum. Karena sumur Zam Zam yang hanya berukuran panjang 18 kaki dan lebar 14 kaki dapat diambil jutaan galon untuk minum jamaah haji setiap tahun sejak masa Nabi Ibrahim hingga sekarang.

Untuk mengukur sumur dan kedalaman air, Mu’inuddin mandi terlebih dahulu. Lalu turun ke dalam sumur Zam Zam sampai kedalaman air sebahunya. Dicarilah datangnya di dalam sumur itu dari berbagai arah, namun tidak didapatkannya sehingga membuatnya semakin penasaran. Datanglah sebuah ide baginya menyedot dengan pompa besar yang memang dipergunakan untuk mengisi bak-bak penampungan dengan air Zam Zam di dekatnya.

Mukjizat Air Zam Zam

Barang kali dengan cara itu, air bisa susut dan dengan mudah mengetahui datangnya sumber di dalamnya. Apa gerangan setelah dilakukan secara maksimal usaha itu? Ternyata usahanya tidak kunjung berhasil. Maka disuruhlah temannya agar turun membantunya. Ketika itulah sang teman merasa kalau pasir-pasir di dalam sumur itu bergerak sesuai kekuatan pompa besar itu menyedot air.

Ternyata sebanyak air itu disedot, sebanyak itu pula air berikutnya datang menggantinya. Sebab itu ukuran air di dalam sumur itu tidak pernah berkurang sedikitpun walaupun disedot sebesar apapun. Dari situlah Mu’in mengambil sampel untuk dibawa ke laboratorium Eropa.

Baca Juga  Dua Nasehat Diri Warisan Nabi SAW: Berbicara dan Diam

Tapi sebelum dia meninggalkan Makkah, para petugas yang menangani sumur-sumur itu di kawasan itu dimintai keterangannya. Ternyata sumur-sumur di sekitar Makkah mayoritasnya kering. Di samping penelitian air Zam Zam dilakukan dilaboratorium Eropa, maka Departemen Pertanian dan Irigasi Saudi pun melakukannya.

Akhirnya, dari hasil kedua laboratorium ini menyatakan hasil yang sama, yaitu ia adalah air yang layak minum sebagaimana air minum lainnya di sekitar Makkah. Bedanya hanya di dalam kadar kalsium dan magnesiumnya. Mungkin inilah yang menyebabkan air Zam Zam dapat mendatangkan kesegaran dan semangat kepada para jamaah haji yang merasa payah dan letih. Tapi lebih dari iłu, Zam Zam mengandung beberapa rangkaian unsurfluorine (F) yang berfungsi untuk membasmi kuman.

Gagalnya usaha dunia barat untuk menanamkan keraguan mukjizat dałam air Zam Zam, karena hasil beberapa laboratorium Eropa menyatakan. Bahwa air itu layak pakai untuk diminum, sebagaimana diakui dunia pula dengan dikonsumsi jamaah haji dari seluruh penjuru dunia sejak ratusan tahun lalu.

Karena dengan meminumnya mereka menjadi segar bugar kembali penuh semangat den lezat. Air Zam Zam belum pernah kering sejak ratusan tahun lamanya, selalu memenuhi kebutuhan walau diambil dałam jumlah besar di musim-musim haji, dan benar-benar murni tidak pernah ditambah chlorine.

Beberapa Kehebatannya

Subhanallah, di antara mukjizat yang terdapat pada air Zam Zam ialah; di dalamnya tidak pernah ada tumbuhan jamur atau tumbuhan lainnya seperti yang tumbuh di dalam sumur-sumur lain. Sehingga membuat rasa dan baunya berbeda-beda.

Suatu hal yang tidak habis pikir pula. Mengapa di kawasan padang pasir yang begitu kering dan tandus sehingga suhu panasnya mencapai 5000C itu masih muncul sebuah mata air yang tidak pernah kering sejak ribuan tahun silam? Tidak pernah susut dikonsumsi jutaan jamaah haji setiap tahun?!

Baca Juga  Makna Kata tilawah dalam Al-Qur’an sebagai Anjuran Literasi

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah membuat kita mulia karena diberi kesempatan untuk mengenal agama-Nya yang hak meninggalkan agama yang batil.

Editor: Bukhari