Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 26: Perumpamaan Nyamuk

Mansukh
Sumber: unsplash.com

Sesungguhnya Allah tidaklah malu membuat perumpamaan apa saja; nyamuk atau lebih kecil darinya.

Orang-orang yang kafir atau munafik itu mencari-cari saja fasal yang akan mereka bantahkan, untuk membantah Nabi. Dalam wahyu Tuhan Allah membuat berbagai perumpamaan. Tuhan pernah mengumpamakan orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, adalah laksana laba-laba membuat sarang. Sarang laba-laba adalah sangat rapuh. (Surah al-Ankabut ayat 41). Tuhanpun pernah mengambil perumpamaan dengan lalat. Bahwa apa-apa yang dipersukutukan oleh orang-orang musyrikin dengan Allah itu, jangankan membuat alam, membuat lalatpun mereka tidak bisa. (lihat Surat al-Haj, ayat 73).

Demikian juga perumpamaan yang lain-lain. Maka orang-orang yang munafik tidaklah memperhatikan isi, tetapi hendak mencari kelemahan pada misal yang dikemukakan itu. Kata mereka misal-misal itu adalah perkara kecil dan remeh. Adakan laba-laba jadi misal, adakan lalat diambil umpama, apa artinya semua itu. Peremehan yang beginilah yang dibantah keras oleh ayat ini. “Allah tidaklah malu membuat perumpamaan apa saja; nyamuk atau yang lebih kecil daripadanya.

Maksud mereka tentu hendak meremehkan Rasulullah, tetapi Tuhan Allah sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu bukanlah katanya, dan misal perumpamaan yang dikemukakannya, bukanlah misal perbuatannya sendiri. Itu adalah misal Aku sendiri. Aku tidak malu mengemukakan perumpamaan itu. Mengambil perumpamaan daripada nyamuk, atau agas yang lebih kecil dari nyamuk, atau yang lebih kecil lagi, tidaklah Aku segan-segan.

Maka adapun orang-orang yang beriman mengetahuilah mereka bahwasanya ini,” yaitu perumpamaan-perumpamaan tersebut “adalah kebenaran dari Tuhan mereka.” Artinya kalau perumpamaan itu tidak penting tidaklah Tuhan akan mengambilnya menjadi perumpamaan. Sebab semua perhitungan Allah itu adalah dengan teliti sekali. “Dan adapun orang-orang yang kafir, maka berkatalah mereka: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan begini?”

Apa kehendak Allah mengemukakan misal binatang yang hina sebagai laba-laba, binatang tidak ada arti sebagai lalat, dan kadang-kadang juga keledai yang buruk, kadang-kadang anjing menghulurkan lidah; adakah pantas wahyu mengemukakan hal tetek bengek demikian? Maka bersabdalah Allah selanjutnya: “Tersesatlah dengan sebabnya” yaitu sebab perumpamaan-perumpamaan itu “kebanyakan manusia dan mendapat petunjuk dengan sebabnya kebanyakan. Dan tidaklah akan tersesat dengan dia, melainkan orang-orang yang fasik. ” (ujung ayat 26)

Baca Juga  Tafsir Q.S Al-Baqarah Ayat 172-173 (1): Makanlah yang Halal

Dengan merenungkan ayat ini apa yang timbul dalam hati kita?

Yang timbul dalam hati kita ialah pertambahan iman bahwa al-Quran ini memang diturunkan untuk seluruh masa dan untuk orang yang berfrkir dan mencintai ilmu pengetahun. Orang-orang kafir itu menjadi sesat dari fasik karena bodohnya. Atau bodoh tetapi tidak sadar akan kebodohan. Dan orang yang beriman tunduk kepada Allah dengan segala kerendahan hati. Kalau ilmunya belum luas dan dalam, cukup dia menggantungkan kepercayaan bahwa kalau tidak penting tidaklah Allah akan membuat misal dengan nyamuk, lalat, laba-laba dan lain-lain itu.

Meskipun dia belum tahu apa pentingnya. Tetapi orang yang lebih dalam ilmunya, benar-benar kagumlah dia akan kebesaran Allah. Di zaman moden kita ini sudahlah orang tahu bahwa perkara nyamuk atau agas, bukanlah perkara kecil. Lalatpun bukan lagi perkara kecil. Demikian miskroskop telah meneropong hama-hama yang sangat kecil, beratus ribu kali lebih kecil daripada nyamuk dan lalat. Nyamuk malaria, nyamuk penyakit kuning dan nyamuk yang menyebabkan penyakit tidur di Afrika, menyimpulkan pendapat bahwa bahaya nyamuk lebih besar dari bahaya singa dan harimau. Di Sumatera beberapa puluh tahun yang lalu terkenal nyamuk malaria di Panti dan Penyabungan yang menghabiskan orang senegeri-negeri.

Penduduk Rao* berbondong ke Malaya kira-kira 60 tahrun yang lalu karena dahsyatnya serangan penyakit malaria. Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam W.H.O. membanteras hama-hama penyakit. Ahli ahli kuman sebagai Erlich, Pasteur dan lainlain menghabiskan usia dan tenaga buat menyelidiki kuman.kuman penyakit menular. Sekarang dapatlah kita satu penafsiran lagi dari sabda Tuhan pada Surat al-Muddassir (Surat 74 ayat 31).

Dan tidaklah ada yang mengetahui tentaraTuhanmu, melainkan Diri sendiri.” (al-Muddassir: 31)
Hama penyakit pes (sampar), hama penyakit cacar, penyakit anjing gila; masya Allah! Alangkah banyaknya lagi yang terkandung di belakang sabda Tuhan di ayat ini: “Nyamuk atau yang lebih kecil daripadanya.”

Baca Juga  Penafsiran Surat Al-Falaq Perspektif Tafsir Ali Shabuni

Kadang-kadang kita harus belajar pada semangat kerjasama lebah dan semut. Kadang-kadang kita kagum melihat kehidupan ulat bulu, serangga dan lain-lain. Tidak ada rupanya yang soal kecil. Kita bertambah iman bahwa daerah kekuasaan Allah Ta’ala pun meliputi akan kehidupan mereka semuanya. Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat karena kebekuan hati dan kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura