Jauh sebelum manusia mengetahui mengenai istilah literasi, al- Qur’an telah mengisyaratkan peritah berliterasi dalam ayat pertamanya yaitu dalam surat al- Alaq yang berbunyi iqra’ (bacalah). Dalam ayat al- Qur’an lainnya juga terdapat kata atau term yang menyongsong sebuah literasi seperti menulis (al-qalam), pembukuan (kataba), perintah mencari mencari atau mengakses, janji tingginya drajat orang yang memperdalam ilmu pengetahuan, dll. Itulah mengapa para ilmuan modern menyebutkan bahwa al-Qur’an juga termasuk literasi yang modern. Maka dalam artikel ini akan menyajikan kajian makna tilawah dalam al- Qur’an.
Kajian Makna Tilawah
Secara bahasa, kata tilawah (تلاوة) adalah bentuk dasar dari kataتلا-يتلو yang berarti mengikuti. Sehingga تلاوة makna berarti melakukan kegiatan membaca sambil mengikuti bacaannya itu dengan memahami makna kata yang dibacanya. Dalam KBBI disebutkan makna tilawah berarti pembacaan (ayat al- Qur’an) dengan baik dan benar. Makna kata tilawah berarti membaca, yang mana berbagai bentuk derivasinya banyak ditemukan dalam al- Qur’an.
Quraish Shihab dalam tafsir Al- Mishbah menyebutkan makna kata tilawah dan berbagai bentuk perubahannya menunjukkan arti “membaca/bacaan” adalah yang paling banyak digunakan dalam al- Qur’an dalam memberikan pesan dan kesan kepada manusia. Kesan yang didapatkan bahwa tilawah berarti “membaca” untuk objek bacaan yang suci dan haq (benar). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kata tilawah merupakan cara membaca dan mempelajari ajaran Islam dengan langsung membaca teks-teks ayat al- Qur’an untuk dipahami, dihayati, disyiarkan, untuk kemudian dikerjakan.
***
Dalam al- Qur’an terdapat sekitar 31 kali yang menyebutkan kata bermakna tilawah dengan makna yang sama yaitu membaca.
Allah berfirman:
وَأَنۡ أَتۡلُوَاْ ٱلۡقُرۡءَانَۖ فَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهۡتَدِي لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَقُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ ٩٢
Dan agar aku membacakan Al-Qur’an (kepada manusia). Maka barangsiapa mendapat petunjuk maka sesungguhnya dia mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa sesat, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.”
Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai rasulullah diperintahkan untuk membacakan Al- Qur’an; وَأَنۡ أَتۡلُوَاْ ٱلۡقُرۡءَانَۖ yang dalam ilmu semantic menunjukkan makna petanda atau signifier. Yakni, perintah membaca tersebut memiliki makna yang terlihat oleh indera mata. Sedangkan makna penanda atau signifier dalam ayat tersebut adalah bahwasanya dengan membaca seseorang akan mendapatkan sebuah petunjuk sedangkan seseorang yang ingkar dengan perintah atau tidak mau membaca maka akan ضَلَّ atau tersesat dalam kehidupannya.
Diantara keutamaan tilawah dan mempelajari al- Qur’an adalah sebagai berikut:
- Membaca al- Qur’an baik ketika menjalankan sholat maupun di luar sholat akan mendapatkan pahala karena merupakan bentuk ibadah terhadap Allah.
- Orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan Al- Qur’an termasuk golongan insan yang terbaik.
- Orang yang bertilawah al- Qur’an akan mendapatkan syafaat dari al- Qur’an pada hari kiamat.
Literasi dalam Al-Qur’an
Al-qur’an secara bahasa adalah bacaan. Kalimat al- Qur’an adalah lafadz atau kata lain dari mashdar qiraatun yang diambil dari asal kata qara’a atau membaca. Ulama menyepakati pengertian dari al- Qur’an adalah firman Allah sekaligus mukjizat yang diturunkan kepada Nabi muhammad SAW, melalui perantara malaikat Jibril a.s. Sejarah menyebutkan bahwa wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW di gua ghira adalah Q.S. Al- Alaq ayat 1-5.
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dalam tafsir al- Maraghi disebutkan “al- Qur’an telah mengubah suatu bangsa yang sangat rendah menjadi paling mulia, dengan perantaraan keutamaan kalam. Jika tidak ada tulisan, tentu pengetahuan tidak terekam, agama akan sirna dan bangsa belakangan (yang akan datang) tidak akan mengenal sejarah umat sebelumnya”.
***
Literasi berasal dari kata literacy yang artinya kemelekwacanaan, kecakapan baca-tulis, maupun melek huruf. Menurut bahasa latinnya dikenal dengan istilah literatus yang berarti seseorang yang belajar. Berliterasi tentu mempunyai tujuan salah satunya untuk mengembangkan akal budi pikiran manusia dengan pembiasaan budaya membaca menulis. Al- qur’an sebagai pedoman agama Islam menjelaskan dan memberikan perintah agar umat muslim membaca terkait teks al- Qur’an maupun membaca alam atau yang disebut tadabbur.
Kemampuan dasar literasi yang berupa membaca dan menulis harus menjadi prioritas utama untuk mewujudkan keintelektualitas seseorang. Dengan membaca, seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan. Perintah mengenai literasi yang disebutkan dalam al- Qur’an sangatlah beragam. Seperti term kata Tilawah, Tartila, Qira’ah, Kitabah, dan Ummiy.
Pentingnya Literasi Menurut Al- Qur’an
Setelah mengetahui bahwa literasi merupakan salah satu kunci seseorang menuju gerbang ilmu pengetahuan. Maka seharusnya kita berusaha menggunakan akal kita untuk memahami berbagai aspek dengan membaca. Seseorang yang memiliki kemampuan tersebut juga diharapkan berpikir secara luas agar memahami suatu bacaan dengan sebaik-baik pemahaman.
M. Quraish Shihab berpendapat bahwa diturunkannya al- Qur’an dengan awalan iqra’ terhadap Nabi Muhammad adalah sesuai dengan kebiasaan masyarakat Arab tentang tulis-menulis. Nabi yang ummi atau tidak bisa baca-tulis sangat kesulitan pada saat itu. Maka dari itu, Nabi menganjurkan kepada semua umatnya untuk senantiasa membaca dan mempelajari isi kandungan al- Qur’an. Sebab al- Qur’an tidak hanya menerangkan tentang ilmu keagamaan (islam) saja, tetapi juga berbagai sumber ilmu pengetahuan. Seperti surah Qaf ayat 7 yang berbunyi:
وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۢ بَهِيجٍ
Artinya:
“Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah,” (QS. Qaf 50: 7)
Ayat ini menjelaskan bahwa begitu banyak komponen-komponen yang telah diciptakan Allah SWT di alam semesta ini. Sehingga ayat tersebut merupakan sebuah pengingat sekaligus peringatan kepada manusia, agar selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan- Nya dan bukan mengkufurinya, serta mengambil hikmah atau pelajaran di setiap perjalan hidupnya. Maka pentinglah seseorang untuk mengambil pelajaran di dalam al- Qur’an agar kehidupannya senantiasa terarah di jalan kebaikan.
Editor: An-Najmi
Leave a Reply