Islam bukan hanya agama spiritual, tapi juga agama yang mendorong umatnya untuk mencapai kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi. Selain itu dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menginspirasi umat Islam untuk menjadi kaya dan memanfaatkan kekayaannya untuk kebaikan. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Al-Mulk: 15).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT telah menjadikan bumi mudah dimanfaatkan oleh manusia. Ayat ini mendorong manusia untuk bekerja keras dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Pandangan Buya HAMKA
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menafsirkan ayat ini dengan motivasi tinggi kepada umat Islam untuk memanfaatkan segala sumber daya alam yang disediakan untuk manusia. Kita diperintahkan untuk mengusahakan rezeki dengan akal, fikiran, dan kecerdasan. Kita tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu datangnya rezeki tanpa diusahakan terlebih dahulu. Sembari mengingat bahwa tujuan kita mengambil rezeki adalah untuk beramal salih.
Artinya, kekayaan dalam pandangan seorang Muslim bukan hanya sekadar ingin menikmati harta saja, tetapi juga dalam rangka mengingat Allah SWT. Seorang Muslim yang kaya tentu bisa beramal lebih daripada Muslim yang miskin. Sumber daya alam yang memang diperuntukkan untuk kepentingan manusia sebaik-baiknya dimanfaatkan untuk berbuat baik kepada sesama tanpa melupakan bahwa semua yang telah didapatkannya merupakan pemberian dari Allah SWT.
Selain Al-Qur’an, terdapat hadis yang juga mengisyaratkan seorang Muslim untuk menjadi kaya. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, yang kaya dan tersembunyi (tidak dilihat oleh banyak orang).” (HR Muslim).
Hadis tersebut dengan gamblang menyatakan bahwa Allah SWT mencintai seorang hamba yang kaya. Perlu dipertegas lagi bahwa konsep kekayaan dalam Islam bukanlah materialistik. Namun, kekayaan dalam Islam adalah kekayaan teosentris dalam arti bahwa kekayaan tersebut diniatkan dan ditujukan untuk beramal salih.
Hadis di atas mempunyai korelasi yang signifikan dengan hadis berikut. Rasulullah SAW bersabda:
المؤمنُ القويُّ خيرٌ وأحبُّ إلى اللهِ مِنَ المؤمنِ الضَّعيفِ وفي كلٍّ خيرٌ. احْرِصْ على ما يَنفعُكَ، واسْتَعنْ باللهِ ولا تَعجزْ. وإنَّ أصابك شيءٌ فلا تقلْ: لو أنِّي فعلتُ كان كذا وكذا، ولكن قُلْ: قدَرُ اللهِ وما شاءَ فَعَل، فإنَّ (لَوْ) تَفتحُ عملَ الشَّيطانِ
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dibandingkan mukmin yang lemah. Pada keduanya terdapat kebaikan.
Mukmin yang Kuat Finansial
Mukmin yang kuat bukan dalam arti fisik semata, tetapi juga mukmin yang memiliki kekuatan fiansial tentu lebih mempunyai kelebihan beramal salih yang lebih luas dan berdampak dibandingkan Mukmin yang lemah secara finansial. Ini tentu berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas kebaikan yang dapat dilakukan oleh seorang mukmin. Hal tersebut tentu dapat diukur melalui kekuatan finansial yang dimiliki oleh seorang mukmin.
Menjadi kaya dalam Islam tidak hanya diartikan sebagai memiliki harta berlimpah. Lebih dari itu, kekayaan dalam Islam adalah tentang mencapai kemandirian finansial, memiliki kemampuan untuk membantu orang lain, dan membangun peradaban yang baik.
Umat Islam dengan jumlah signifikan di seluruh dunia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan. Dengan semangat kerja keras, etos kerja Islami, dan pemanfaatan sumber daya yang optimal, umat Islam dapat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia dan global.
Islam lebih menyukai Muslim yang kuat secara finansial. Kekuatan finansial ini penting untuk menjaga integritas dan independensi pemikiran, sehingga Muslim dapat menjalankan nilai-nilai Islam dengan maksimal dan bermanfaat bagi sesama.
Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan perintah menjadi kaya dalam Islam. Misalnya dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan SDM yang kompeten dan siap bersaing di dunia kerja.
Selain itu, perlu juga untuk mengembangkan etos kerja Islami. Etos kerja Islami yang dilandasi dengan kejujuran, disiplin, dan kerja keras akan mendorong terciptanya ekonomi yang syariah. Tidak lupa pula untuk mendorong jiwa entrepreneurship. Umat Islam perlu didorong untuk menjadi pengusaha yang inovatif dan kreatif, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi umat.
Untuk mencapai semua hal tersebut, umat Islam dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai bidang ekonomi. Misalnya memperkuat zakat, infaq, dan sedekah melalui digitalisasi ekonomi syariah dapat membantu mendistribusikan kekayaan secara merata dan membantu fakir miskin.
Perintah Islam Menjadi Kaya
Menjadi kaya adalah perintah Islam. Kekayaan yang diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kebaikan dapat membawa kemajuan bagi umat Islam dan dunia. Umat Islam dengan jumlah signifikan di seluruh dunia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan. Dengan semangat kerja keras, etos kerja Islami, dan pemanfaatan sumber daya yang optimal, umat Islam dapat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia dan global.
Marilah kita bersama-sama berusaha untuk menjadi Muslim yang kaya secara spiritual dan finansial. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi dalam membangun peradaban yang lebih baik dan mewujudkan kemajuan ekonomi bagi umat dan dunia.
Di Indonesia, terdapat banyak peluang bagi umat Islam untuk meningkatkan perekonomian. Pertama, perlunya mengembangkan ekonomi syariah. Sesungguhnya indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan berbagai produk dan jasa syariah, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan wisata halal.
Kedua, meningkatkan UMKM. Umat Islam perlu didorong untuk menjadi pengusaha UMKM yang sukses. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM serta mempermudah akses mereka kepada permodalan dan pasar.
Ketiga, memanfaatkan potensi sumber daya alam. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Oleh karena itu umat Islam dapat memanfaatkannya untuk mengembangkan berbagai industri, seperti industri perikanan, pertanian, dan pertambangan. Dengan kerja keras, cerdas, dan ikhlas, umat Islam di Indonesia dapat menjadi kekuatan ekonomi yang signifikan dan berkontribusi dalam mewujudkan kemajuan bangsa.
Penyunting: Bukhari
Tulisan ini merupakan hasil kerja sama antara Tanwir.ID dan SUMU (Serikat Usaha Muhammadiyah)
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.