Sudah bukan hal yang baru lagi dalam dunia politik Indonesia; bahwa di setiap akan diadakannya pemilu (pemilihan umum) selalu diwarnai dengan agenda-agenda kampanye dari para politisi. Para politisi pun melakukan berbagai kampanye dengan beragam model dan narasi yang sekiranya mampu untuk menarik atensi agar dipilih. Sayangnya, kebanyakan dari kampanye tersebut hanya sekadar menyampaikan janji politik dan sumpah politisi yang seringkali tidak tepat. Pada akhirnya membuat masyarakat merasa kecewa karena tidak sesuai ekspektasi, apalagi yang tidak kunjung terealisasi.
Misalnya kampanye pilpres (pemilihan presiden) di tahun 2024 ini dengan masing-masing paslon mempunyai janji politiknya sebagai cara mencari dukungan suara. Dilansir dari situs CNBC Indonesia, setidaknya terdapat tiga janji politik dari para paslon yang kiranya cukup fenomenal; di telinga masyarakat Indonesia.
***
Sebut saja seperti program Pemberian makan siang gratis; Pembangunan empat puluh kota setara Jakarta; hingga Pemberian internet gratis secara merata. Pertanyaannya, apakah semua janji tersebut benar-benar dapat diberikan para politisi kepada rakyat nantinya?
Dari pertanyaan di atas, mungkin dapat direnungkan bersama-sama tentang firman Allah Swt. dalam surah Ali Imran [3]: 77 mengenai balasan bagi mereka yang mudah untuk memperjualbelikan janji dan sumpah.
اِنَّ الَّذِيْنَ يَشْتَرُوْنَ بِعَهْدِ اللّٰهِ وَاَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَل ِيْلًا اُولٰۤىِٕكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰ هُ وَلَا يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۖ وَلَهُم ْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka tidak memperoleh bagian di akhirat. Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.”
Menjual Janji dan Sumpah demi Dunia
Secara sekilas, surah di atas memberikan pemahaman bagi setiap pembacanya agar tidak main-main dengan janji dan sumpah, apalagi yang melibatkan Allah Swt. Di dalam keduanya. Al-Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasysyaf (Jilid 1, hal. 572-573) memberi penjelasan bahwa orang-orang yang menjual janji dan sumpah ini dengan gampanya menukar iman mereka; hanya demi mendapatkan kenikmatan dunia yang tidak seberapa.
Al-Zamakhsyari kemudian menjelaskan lebih lanjut tentang kenikmatan dunia yang ia maksud. Dalam tafsirnya, ia pun menyebutkan secara spesifik bahwa yang dimaksud kenikmatan dunia di sini berupa memperoleh jabatan sebagai pemimpin, menerima suap dan sebagainya. Itulah bentuk pemahaman Al-Zamakhsyari tentang orang yang menjual janji dan sumpah mereka dengan harga murah, yaitu kenikmatan dunia.
***
Sementara itu, Buya Hamka melalui Tafsir Al-Azhar (Jilid 2, hal. 813-816) lebih merinci penjelasannya dengan menyebutkan dampak dari mudahnya seseorang dalam berjanji dan bersumpah. Menurut Hamka, perilaku tersebut akan membawa kepada runtuhnya masyarakat manusia hingga rusaknya dunia. Dampak buruk ini mungkin saja terjadi ketika janji; yang bahkan disandingkan dengan nama Allah sudah sering dipermainkan dan sumpah pun malah digunakan untuk menutupi sebuah kebohongan.
Dua penafsiran di atas jika direnungi bersama seakan sesuai dengan kondisi dunia politik di Indonesia. Bukan mengada-ada, tapi memang kenyataannya dapat dilihat baik langsung dari mata maupun fakta yang termuat di berbagai berita. Para politisi atau pejabat negara saat kampanye misalnya, dengan mudah mengucap janji politik dan sumpah bahwa seakan-akan dirinya begitu siap dalam mengemban tanggung jawab demi kesejahteraan rakyat.
Ancaman Dicela Tuhan
Di Indonesia, tidak sedikit dari para politisi yang akhirnya terpilih menjadi pemimpin di negara ini justru melanggar janji dan sumpah mereka sendiri. Bahkan, para politisi tersebut terkesan memang sengaja lupa dengan janji politiknya dan lebih memilih menikmati kemewahan yang didapatkannya sebagai seorang pejabat negara.
Quraish Shihab memberikan penafsirannya tentang surah Ali Imran [3]: 77 berkenaan dengan ancaman bagi orang-orang yang perangainya seperti para politisi di atas. Shihab menerangkan dalam Tafsir Al-Mishbah (Jilid 2, hal. 129) bahwa ancaman yang disampaikan melalui Alquran dalam ayat ini adalah Allah akan mencela mereka di depan seluruh makhluk ciptaan-Nya kelak di hari Kiamat.
Di samping itu, orang-orang seperti inilah yang menurut Shihab juga tidak akan mendapat bagian apa pun dari kenikmatan akhirat, sebab dirinya telah buta untuk lebih memilih kenikmatan dunia. Allah Swt. pun juga tidak akan menyapa manusia seperti ini bahkan melihatnya saja enggan ketika di hari Kiamat nanti.
***
Sungguh azab yang begitu pedih bagi para pemimpin maupun politisi yang dengan mudahnya memberikan janji politik dan melanggar sumpah. Meski hal tersebut menjadi awal kerugian bagi masyarakat yang berada di bawah kepemimpinannya. Sebab, coba direnungkan sekalian tentang betapa hinanya seorang hamba ketika dicela Allah Swt. Di hari di mana setiap manusia justru berharap agar segala dosa mendapat ampunan-Nya.
Dengan demikian, sebagai masyarakat muslim atau mungkin seluruh rakyat Indonesia tentu sama-sama berharap agar siapa pun yang terpilih; menjadi pemimpin nantinya mampu memenuhi setiap janji politiknya. Janji tersebut mungkin dapat terpenuhi apabila para politisi yang akan terpilih nanti benar-benar mampu menghargai; setiap janji dan sumpah yang telah diucapkannya guna dapat memberikan kesejahteraan rakyat sebagaimana mestinya. Wallahu a’lam bi shawab
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.