Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Warisan Para Nabi Dalam Al-Quran (1): Kisah Adam dan Setan

Bani Isra'il

Allah swt menciptakan manusia dalam sebaik-baik ciptaan:

Demi tin dan zaitun, demi gunung Sinai, dan demi negeri Mekah yang aman ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat pahala yang tiada putusnya. (QS 95:1-6).

Rencana-Nya manusia hendak dijadikan khalifah di bumi:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan sosok yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Aku tahu apa yang tidak kamu tahu.” (QS 2:30).

Allah swt memberikan kepada manusia bekal yang mencukupi untuk mengelola bumi dari masa ke masa, dan dari generasi ke generasi. Di antara bekal-bekal itu ialah pengetahuan yang disimbolkan dengan nama-nama, pancaindera, dan hati nurani.

Dia ajarkan kepada Adam nama-nama benda semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan nama semua benda ini, jika kamu benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tiada yang kami tahu kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Allah berfirman, “Wahai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah Adam menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan kamu sembunyikan?” (QS 2:31-33).

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (QS 16:78)

Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan sombong, karena engkau tak akan dapat menembus bumi dan  menjulang setinggi gunung. (QS 17:36-37)

Baca Juga  Memaknai Kembali Istilah "Tafsir Al-Qur'an"

Allah swt Maha Tahu kecenderungan manusia:

Sungguh, manusia diciptakan suka mengeluh. Bila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan bila mendapat kebaikan, harta, dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat dan setia melaksanakan salatnya. (QS 70:19-23).

Sungguh, manusia sangat ingkar, tidak bersyukur kepada Tuhannya, dan ia mengakui keingkarannya. Sungguh cintanya kepada harta berlebihan. (QS 100:6-8)

Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang disayang Tuhanku. Sungguh, Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS 12:53)

Allah swt Yang Maha Bijaksana tidak membebani manusia melainkan sesuai dengan kadar kemampuannya:

Allah tidak akan memaksa seseorang di luar kemampuannya. Ia mendapat pahala sesuai dengan yang dikerjakannya, dan ia mendapat hukuman sesuai dengan yang dikerjakan. Mereka berdoa, “Tuhan, janganlah menghukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan; Tuhan, janganlah memikulkan kepada kami suatu beban seperti yang Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami; Tuhan, janganlah memikulkan kepada kami beban yang tak mampu kami pikul; hapuskanlah segala dosa kami, ampunilah kami, rahmatilah kami, Engkaulah Pelindung kami; tolonglah kami atas golongan kafir.” (QS 2:286).

Manusia niscaya mengoptimalkan pendayagunaan potensinya untuk menunaikan tugas khilafah, setelah itu bertawakal kepada-Nya.

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, Yang menciptakan lalu menyempurnakan ciptaan-Nya. Yang menentukan kadar masing-masing dan memberi petunjuk. (QS 87:1-3)

Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaan. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya jiwanya, dan rugi orang yang mengotorinya. (QS 91:7-10)

Berkat rahmat Allah engkau, Muhammad, berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya engkau keras dan  kasar, tentu mereka menjauh dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS 3:159)

Baca Juga  Beragam Makna Kata Zikir dalam Al-Quran

Allah swt mengutus para rasul dari masa ke masa:

Manusia itu dahulunya satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang diberi Kitab, setelah bukti-bukti nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (QS 2:213)

Masing-masing rasul diutus kepada kaumnya dengan bahasa kaumnya pula.

Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satu umat pun melainkan datang pemberi peringatan. (QS 35:24).

Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul.

Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 33:40).

Nabi Muhammad saw diutus kepada seluruh umat manusia dengan kitab suci berbahasa Arab: Al-Quran.

Alif Lam Ra.  Ini adalah ayat-ayat Kitab Al-Quran yang jelas. Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Al-Quran berbahasa Arab, agar kamu mengerti. (QS 12:2)

Nabi Adam as adalah manusia pertama penghuni kolong langit ini yang dijadikan khalifah, wakil, pelaksana tugas, mandataris Tuhan di muka bumi. Mula-mula Nabi Adam dan istrinya tinggal di surga. Atas godaan setan iblis mereka diturunkan dari sana lalu mengembara di bumi. Al-Quran menarasikan pengalaman itu antara lain sebagai berikut.

Allah berfirman, “Wahai Adam berdiamlah kamu dan istrimu di surga serta makanlah apa saja, kapan saja, dan di mana saja kamu suka, dan janganlah mendekati pohon ini, sehingga termasuk orang-orang zalim.” Setan pun membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari aurat mereka, dan setan berkata, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal dalam surga.” Setan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku bagi kamu berdua termasuk pemberi nasihat.” Maka, setan membujuk keduanya dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasakan buah pohon itu, tampaklah aurat mereka, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah firmankan kepadamu, sesungguhnya setan musuh nyata bagi kamu.” (QS 7:19-22).

Baca Juga  Ramadhan Bulan Penentuan Literasi Masa Depan

Adam dan istrinya tergoda. Nasi telah menjadi bubur. Mereka pun diperintahkan turun ke bumi.

Allah berfirman, Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain. Bagi kamu tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” Allah berfirman, “Di bumi kamu hidup, di bumi kamu mati, dan dari bumi pula kamu akan dibangkitkan. Wahai anak-cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bahan pakaian indah untuk perhiasan. Pakaian takwa itulah yang paling baik. Itulah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian mereka untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya setan dan para pengikutnya melihat kamu dari tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu sebagai pemimpin bagi mereka yang tidak beriman. (QS 24:27). 

Bersambung

Penyunting: M. Bukhari Muslim