Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Ustadz Fathurrahman Kamal: Batas Rasa Sabar Manusia

ustadz fathur alquran sebagai jalan kehidupan

Jika melihat dinamika sejarah, yang terjadi di berbagai belahan dunia, seolah-olah penderitaan manusia tidak ada akhirnya. Namun, penting untuk disadari bahwa Allah berfirman dalam Alquran Surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Allah juga berfirman dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2 yang berbunyi:

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Selain itu, Nabi SAW juga bersabda “Khuliqo al-mu’minu mufattanan” (orang mukmin diciptakan dengan penuh cobaan).

Menurut Ustadz Fathurrahman Kamal, orang yang beriman harus memahami konsep diri dalam kaitannya dengan cobaan hidup. Ia menyebut kesabaran itu bukan hanya di dalam menghadapi keburukan atau kesusahan.

Sabar tak Berbatas

Kesabaran juga diperlukan dalam ketaatan kepada Allah. Apakah kemudian kesabaran itu ada batasnya? “Kesabaran tidak ada batasnya kalau kita lihat dari ayat-ayat diatas. Titik mulai kehidupan hingga datangnya kematian adalah sebuah penggalan waktu yang harus dilalui oleh semua orang,” jelasnya. Hal ini ia sampaikan dalam Kajian di Imania TV.

Dalam keseluruhan penggalan waktu ini tidak mungkin semua berjalan normal. Allah menyatakan bahwa akan Ia timpakan cobaan kepada manusia. Bentuknya bisa berupa keburukan, bisa saja juga berupa kebaikan. Seperti jabatan, kekayaan, anak keturunan juga bisa jadi becana. Maka, hidup ini penuh dengan cobaan. Ustadz Fathur juga berpesan agar dalam kebaikan seorang muslim harus bersabar, dalam kesengsaraan apalagi.

Baca Juga  Tafsir Kisah: Kesabaran Bani Israil dalam Al-Quran

“Pemahaman ini memberikan makna bahwa sabar tidak pernah ada batasnya. Hanya saja, karena kita terlalu materialistik, sabar hanya diingat ketika misalnya ada peperangan, ada bencana alam, penjajahan, dan lain-lain. Padahal harta dan jabatan juga harus dihadapi dengan sabar,” jelasnya.

Menurutnya masyarakat sering lupa bahwa orang yang berada dalam kelapangan juga harus bersabar. Jangan sampai kita gagal paham. Begitu kita mengatakan bahwa hidup kita penuh kekayaan dan jabatan, kita tidak perlu bersabar. Dalam bahasa Arab, itu disebut istidraj. Kalau dalam suasana keburukan, orang gampang memahami tentang sabar.

Sabar itu tidak memiliki batas sampai kematian menjemput. Di sisi lain, manusia juga merupakan makhluk yang lemah, banyak berkeluh kesah, gampang galau dengan keburukan, dan gampang pelit ketika memiliki banyak kelebihan.

Contoh kesabaran Sahabat

Ustadz Fathur memberikan contoh kesabaran para sahabat Nabi. Suatu saat, ketika cobaan dari musuh-musuh Nabi SAW begitu besar, mereka tidak kuat lagi menghadapi cobaan. Sehingga para sahabat meminta kepada Nabi SAW agar bermunajat kepada Allah. Kemudian beliau menimpali permintaan itu dengan cerita.

Bahwa dulu ada seorang pengikut Nabi yang begitu istiqomah, sampai kemudian ia disiksa oleh musuh-musuh Nabi, dicabik-cabik dagingnya sampai kelihatan tulangnya, diletakkan gergaji di kepalanya hingga terbelah badannya.

Nabi SAW bersabda: “walakinnakum qoumun tasta’jilun” (dan kalian adalah kaum yang terlalu buru-buru untuk mencapai kejayaan dan kemenangan). Tentu berbagai upaya juga harus dilakukan untuk mengentaskan keterbelakangan.

“Sabar tidak bermakna bahwa kita pasrah. Pasrah berarti fatalistik, bukan sabar. Sama misalnya ketika dulu Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, bukan berarti para penduduk pasrah, berdiam diri, dan sabar. Mereka tetap melawan mempertahankan kedaulatan sambil bersabar,” tutupnya.

Baca Juga  Urgensi Sifat Tawadhu’ dalam kajian QS. al-Fatihah Ayat 6