Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Ustadz Fathur: Al-Quran sebagai Jalan Kehidupan

ustadz fathur alquran sebagai jalan kehidupan

Dalam khutbahnya yang dapat di temui di channel @TablighOfficial, Ustadz Fathurrahman Kamal mengajak kita semua untuk menjadikan Al Quran sebagai paradigma. Menjadi jalan operasional di dalam kehidupan, bagaimana caranya?

Pertama, kita harus mengembalikan posisi Al Quran ke titik episentrum dan kebudayaan kita, dan mengakhiri segala bentuk tindakan yang mengisolasi Al Quran. Kita tidak perlu menunggu waktu untuk mengamalkan 30 juz Al Quran. Satu ayat yang kita pahami harus langsung diamalkan sebagaimana yang dilakukan para sahabat terdahulu.

Terjadinya konfrontasi ideologi seperti liberalisme, komunisme, feodalisme, kapitalisme dan segala macam isme yang lain membuat kita harus menjadi Al-Quran sebagai panglima. Al-Quran juga harus menjadi paradigma dalam memandang politik, ekonomi, hukum, sistem sosial, dan aspek lain dalam kehidupan.

Kedua, saatnya umat Islam harus menyadari bahwa kita adalah umat yang pernah memiliki peradaban. Nabi Muhammad SAW, dikatakan oleh para sejarawan, sebagai satu-satunya makhluk Allah di muka bumi yang sanggup membangun sebuah peradaban yang luar biasa selama kurang dari 25 Tahun. Bahkan ada ynag mengatakan dalam waktu 23 Tahun.

Rasulullah SAW menghadapi suasana yang sarat dengan berbagai macam perilaku tidak manusiawi. Seperti menistakan segala bentuk kemanusiaan. Namun ia mampu membuat sebuah peradaban yang sangat dahsyat pada masanya.

Muhammad Asad mengatakan dalam salah satu bukunya yang berjudul Islam di Persimpangan Jalan, bahwa salah satu permasalahan besar umat Islam saat ini adalah ketika generasi muda Islam tidak pernah paham sejarah peradaban Islam. dan orang yang tidak pernah paham sejarah ibarat orang yang menyetir mobil tanpa spion kiri dan kanan.

Ketiga, kita harus melakukan atau memberikan pemahaman Al Quran yang autentik, tidak lagi terjebak dengan berbagai macam cara pandang yang sekular. M. Natsir pada waktu itu mengatakan terjadi deideologisasi Islam, umat Islam di pinggirkan di dalam ideologi politik, ekonomi, dan sosial.

Baca Juga  Tafsir-tafsir di Indonesia dari Masa ke Masa

Sesungguhnya keadaan waktu itu adalah gambaran autentik dengan apa yang di sebut Islamophobia, dan apa yang disebut deideologisasi, kata beliau adalah deislamisasi itu sendiri. Islam tidak boleh eksis di negerinya. Jika umat Islam tidak menyiapkan dirinya tanpa nilai-nilai Islam, maka satu dekade selanjutnya akan muncul republik anti Tuhan.

Kemudian di penutup ceramahnya, Ustadz Fathurrahman Kamal  mengajak kita semua untuk kembali memahami Al Quran secara integral. Kita pahami Al Quran dari berbagai macam aspek kehidupan kita. Politik, ekonomi, sosial, dan budaya harus di kembalikan pada framing Al Quran

Karena Allah Ta’ala telah menjanjikan dalam surat An Nisa Ayat 82

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَٰفًا كَثِيرًا

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”

Mengapa kita sering berselisih paham? mengapa kita sering berdebat? Karena jelas kita tidak menjadikan Al Quran sebagai paradigma untuk jalan kehidupan kita. Sekecil apapun yang kita pahami dalam Al Quran, mari kita laksanakan.

Editor: Yusuf