Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Urgensi Menulis dengan Perspektif Gender

OREO
sumber: unsplash.com

Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahv lan (ITB AD) Jakarta bekerjasama dengan Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) ITB Ahmad Dahlan Jakarta dan The Asia Foundation menggelar Pelatihan Penulisan dengan tema “Pelatihan Penulisan: Memahami Isu Kekerasan Seksual dalam RUU PKS”.

Pelatihan daring ini diselenggarakan pada Kamis (24/9) melalui aplikasi Zoom dan YouTube. Pembicara tunggal yang mengisi pelatihan ini adalah Erni Juliana Al Hasanah. Yulianti Muthmainnah, Ketua PSIPP ITB AD Jakarta juga turut memberikan sambutan dan motivasi dalam kegiatan ini.

“Selamat datang di kampus ITB Ahmad Dahlan Jakarta. Kampus yang mendedikasikan penuh dan siap untuk lepas landas menuju kampus internasional,” ujarnya menyambut sebagian peserta yang terdiri dari mahasiswa baru.

Erni membacakan hadis nabi yang menyatakan bahwa salah satu pahala yang terus mengalir padahal orangnya sudah meninggal adalah ilmu yang bermanfaat. Salah satu cara agar ilmu seseorang bisa terus bermanfaat adalah dengan menuliskannya. Tulisan tersebut akan awet sampai berabad-abad meskipun penulisnya sudah meninggal dunia.

Ia membuka pemaparan materi dengan menyampaikan kalimat dari Imam Ghazali yang berbunyi:

“Jika kamu bukan anak seorang raja, bukan juga anak seorang ulama besar, maka menulislah!”

“Harimau mati meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Nah kita mau meninggalkan apa? Ingin sebagai apa dikenal? Kalau orang kaya dikenal karena harta yang diwakafkan. Kalau cendekiawan dikenal karena ilmu dan temuannya. Pahlawan dikenal karena jasanya. Kalau kita? maka kita harus menulis,” pesan Erni.

Adapun manfaat dari menulis yang disampaikan oleh Erni adalah meningkatkan kreativitas dan menambah wawasan, membantu berfikir sistematis, meningkatkan kemampuan berbahasa, wadah menuangkan emosi dan perasaan, menghasilkan uang, instrumen perekam jejak sejarah, instrumen untuk menjaga ilmu, pemikiran, dan opini, media dakwah yang bermanfaat, hidup lebih produktif dan melatih diri agar siap dikritik.

Baca Juga  Islam Sangat Mendukung Kesetaraan Gender

“Ada juga manfaat menulis dari segi kesehatan, yaitu dapat memperlambat kepikunan, mengurangi stress dan trauma, membersihkan ruang di pikiran, melatih kecerdasan emosi, membuat lebih tangguh, dan membuat hidup lebih bahagia,” ujarnya.

Menurut Erni, penting untuk menulis tentang kekerasan seksual karena 2 dari 3 anak di Indonesia berusia 13-17 tahun mengaku pernah mengalami kekerasan seksual. Baik dalam bentuk psikis maupun fisik. Kekerasan seksual juga bisa terjadi di ruang publik maupun domestik, bisa menimpa laki-laki maupun perempuan, bisa dari bayi hingga nenek-nenek.

Kekerasan seksual ini, dalam data yang disampaikan Erni, 47% dilakukan oleh teman sebaya, 12% dilakukan oleh pacar. Hal ini berarti kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja, dan siapa saja. Bahkan ada mayat perempuan yang masih dijadikan objek kekerasan seksual.

Ia menceritakan kasus yang terjadi di Bandara Soekarno Hatta. Ada seorang perempuan yang menjalani Rapid Test, namun justru dilecehkan oleh dokter. Ia sudah mengadu ke pusat pengaduan namun tidak mendapatkan tanggapan sama sekali.

“Akhirnya ia membuat kicauan di media sosial. Setelah viral, baru pihak-pihak yang berwenang memperhatikannya. Artinya, disini ada kekosongan hukum di negara Indonesia terkait hak-hak korban. Belum ada hukum yang secara substansi bisa mengakomodir kepentingan korban-korban kekerasan seksual,” jelasnya.

Padahal, menurut Erni, seberapa kecilpun kekerasan seksual yang dilakukan, hal tersebut akan diingat oleh korban seumur hidupnya. Ditambah lagi budaya di masyarakat yang tidak mendukung korban. Dalam surat Al-Isra ayat 32, Allah berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”

Reporter: Ananul

Baca Juga  Konsep Keadilan Gender Versi Nur Rofiah