Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Urgensi Membangun Persaudaraan di Tengah Keberagaman Bangsa Indonesia

Persaudaraan
Gambar: Kompasiana.com

Tak bisa dipungkiri bahwa, beberapa tahun terakhir ini Indonesia tengah mengalami krisis di berbagai dimensi; mulai dari krisis perilaku toleran, moderat dan bahkan terkikisnya sikap persaudaraan (ukhuwah) antar-warganegara dan lain sebagainya. Tentu, fenomena ini menjadi PR sekaligus tantangan yang sangat berat bagi bangsa Indonesia ke depannya. Sebab, ia seakan telah menjadi “bom waktu” yang dapat meluluh-lantakkan bangsa ini kapanpun.

Seperti sudah jamak diketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan keberagaman budaya, agama, bahasa, suku dan etnis. Bahkan, termasuk salah satu negara yang penduduknya mayoritas muslim terbesar di dunia kendati bukanlah negara Islam.

Namun, keberagaman yang awalnya dianggap mampu menjadi fondasi utama untuk membangun persaudaraan, kini seakan tengah menjelma menjadi ‘pedang bermata dua’. Di satu sisi ia mampu menjadi perekat antar seluruh warga-negaranya. Tetapi di sisi lain, dapat menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia sendiri. Khususnya mengenai sikap serta perilaku yang dapat mengancam terhadap keutuhan dan kesatuan NKRI, yang sedari awal diperjuangkan oleh pendahulu kita (para pahlawan bangsa Indonesia).

Diantara perilaku tersebut adalah; maraknya perilaku intoleran, klaim kebenaran tunggal serta mudahnya menganggap kelompok lain salah dan kafir. Kemudian masifnya gerakan radikalisme-ekstremisme hingga aksi terorisme. Fakta ini, tentu membutuhkan perhatian lebih dari pelbagai elemen bangsa ihwal pentingnya membangun sikap persaudaraan antar warganegara. Guna untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis, sejahtera, damai dan adil.

Persaudaraan Sebagai Fondasi Utama Perekat Bangsa

Oleh karena itu, dari saking urgennya membangun sikap persaudaraan di antara seluruh umat manusia. Islam menaruh perhatian yang sangat luar biasa akan hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat al-Hujarat ayat 11:

Baca Juga  Kewajiban Pertama Seorang Hamba: Sebuah Perdebatan Teologis

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang-siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Hujarat: 11)

Ayat di atas, tentu menjadi fondasi utama ihwal pentingnya membangun persaudaraan antar seluruh umat manusia. Tanpa melihat jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) maupun yang lainnya. Maka, ia (umat manusia) berupaya untuk menciptakan iklim persaudaraan hakiki terhadap manusia lain dengan didasarkan atas rasa kemanusiaan yang bersifat universal. Karena, setiap umat manusia tentu mendambakan kehidupan yang harmonis, damai dan sejahtera. Apalagi, ia adalah termasuk “makhluk sosial” yang tidak akan pernah lepas (senantiasa membutuhkan) terhadap manusia liannya.

Maka dari itu, dengan melihat keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia, menjadi suatu keniscayaan bagi kita semua untuk selalu menggalakkan sikap persaudaraan antar seluruh umat manusia (khususnya warga-negara Indonesia) se-dini mungkin dengan tanpa memandang etnis, budaya, agama, suku, bahasa dan lain sebagainya.

Jenis persaudaraan yang Patut Digalakkan

Di antara persaudaraan yang patut digalakkan tersebut adalah; ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antar umat Islam), ukhuwah insaniyah (basyariyah) (persaudaraan antar umat manusia), dan ukhuwah wathoniyah (persaudaraan kebangsaan dalam arti saudara sebangsa walaupun tidak se-agama). Sebab, ketiganya berkait-kelindan dalam menciptakan keharmonisan, keadilan dan perdamaian di antara seluruh umat manusia. Misalnya, untuk menumbuhkan sikap serta perilaku ukhuwah wathoniyah pada diri sendiri dan orang lain, tentu memerlukan penguatan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah (basyariyah).

Dimana, ukhuwah Islamiyah senantiasa mengajarkan arti pentingnya sikap saling menghargai antar pemeluk agama, baik kepada sesama kaum muslim, non-muslim dan bahkan wajib menghargai keyakinan kelompok Paganisme. Sedangkan ukhuwah insaniyah (basyariyah), mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan suku, ras, budaya, bahasa dan lain sebagainya.

Baca Juga  Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Menggunjing

Sehingga, apabila kedua hal ini terpenuhi, maka akan melahirkan sikap ukhuwah wathoniyah yang tidak sekadar terbatas pada persaudaraan berdasarkan identitas primordial, seperti; agama, etnis, suku dan budaya. Tetapi lebih dari itu, yakni terciptanya persaudaraan kebangsaan dengan rasa kepemilikan dan kepedulian yang kuat akan bangsa ini dengan diikat oleh falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Oleh karena itu, apabila ketiga ukhuwah ini terpatri dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warganegara Indonesia, bukan mustahil negara ini ke-depannya akan menjadi negara yang adil, makmur dan sentosa serta mampu membendung segala hal yang dapat membahayakan terhadap keberagaman, keutuhan dan kesatuan NKRI. Wallahu A’lam

Penyunting: Bukhari