Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Ulumul Qur’an: Apa Itu Ayat Muhkam Dan Mutasyabih?

Muhkam
Sumber: istockphoto.com

Al-Qur’an secara umum merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw sebagai kunci dan kesimpulan dari isi semua kitab suci yang pernah diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad saw diutus. Di mana Al-Qur’an sendiri terdiri atas 6.236 ayat atau 114 surat.

Cara penyampaian Al-Qur`an terkadang menggunakan lafadz dan uslub yang berbeda-beda tetapi maknanya tetap satu. Yaitu sebagian lafaz serupa dengan sebagian yang lain tetapi maknanya serasi dan cocok. Ada yang bersifat umum dan samar (mutasyabih) dan dapat memberikan peluang bagi para mujtahid untuk dapat mengembalikannya kepada yang tegas atau disebut muhkam.

Pengertian Muhkam

Kata muhkam secara etimologis merupakan bentuk ubahan dari kata ihkam atau ahkama yang bisa berarti kokoh. Muhkam berarti sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih dan indah. Menurut pengertian ini, maka Al-Qur’an seluruhnya dapat dikatakan muhkam dalam arti ayat-ayatnya kokoh, fasih dan indah.

Ayat muhkam adalah ayat yang dapat dilihat pesannya secara gamblang tanpa ditafsir atau ditakwil. Adapun pendapat Al-Zarqoni ialah bahwa muhkam adalah ayat yang diketahui maksudnya, baik secara nyata maupun melalui takwil. Muhkam adalah ayat yang seksama susunan dan urutannya yang membawa kepada kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan.

Ayat muhkam dibagi menjadi dua kategori yakni muhkam li dzatihi dan muhkam li ghairihiMuhkam li dzatihi yakni bentuk lafaz muhkam yang kejelasan maknanya berasal dari teks itu sendiri dan tidak memerlukan ayat-ayat yang lain untuk menjelaskannya. 

Sedangkan muhkam li ghairihi adalah bentuk lafaz muhkam yang kejelasan maknanya disebabkan sesuatu di luar dari teks. Maksudnya setiap ayat atau hadis Nabi Saw yang telah terputus kemungkinan dilakukan naskh dengan sebab terputusnya wahyu atau karena berakhirnya masa kerasulan dan kenabian dengan wafatnya Rasulullah Saw.

Baca Juga  Mengenal Tafsir Sunda Karya Mhd. Romli dan H.N.S Midjaja

Adapun contoh-contoh ayat muhkam sebagai berikut:

Surat Al-Ikhlas ayat 4

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Tidak ada yang setara dengan Dia

Surat Yunus ayat 1

الرۚ تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ

“Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah.“

Surat Taha ayat 82

وَاِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدٰى

“Dan sungguh Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat kebajikan. Kemudian tetap dalam petunjuk”

Surat Hud ayat 1

الر  كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ

“Alif laam raa. (Inilah) suatu kitab yang ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.”

Pengertian Mutasyabih

Secara bahasa mutasyabih berarti tasyabuh, yakni apabila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Sedangkan syubhah ialah keadaan dimana salah satu dari hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain. Karena adanya kesamaan atau kemiripan di antara keduanya secara konkrit maupun abstrak. Maka Allah SWT mensifati Al-Qur’an seluruhnya adalah mutasyabihat.

Maksudnya adalah Al-Qur’an itu sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam makna kesempurnaan dan keindahannya, dan sebagiannya membenarkan sebagian yang lain serta sesuai pula maknanya. Mutasyabih adalah ayat yang tidak berdiri sendiri, tetapi memerlukan keterangan tertentu dengan ayat atau keteragan lain karena terjadinya perbedaan dalam men-ta’wil-kannya. 

Mutasyabih dibagi menjadi dua yaitu mutasyabih dari segi lafaz dan mutasyabih dari segi maksud. Yang dimaksud mutasyabih dalam segi lafaznya adalah kumpulan huruf-huruf hija’iyyah yang adanya diawal surat. Contohnya الم، الر، الص، كهيعص، طه، يس، حم، ق، ن  dan lain sebagainya. Huruf-huruf ini tidak ada yang mengetahui maupun memahami makna dan maksudnya.

Baca Juga  Menelusuri Jejak Referensi Rasm Mushaf Kuno

Sedangkan mutasyabih di segi maksudnya adalah ayat yang dapat difahami atau diketahui makna zahirnya. Tetapi apa makna hakikatnya tidak diketahui dengan pasti baik ditafsir maupun ditakwil. Misalnya ayat ayat yang berkaitan dengan sebagian dari sifat-sifat dan informasi tentang Allah SWT.

إن الذين يبايعونك إنما يبايعون الله يد الله فوق أيديهم

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Surah al-Fath [48]: 10)

Menurut pandangan dan sikap beberapa ulama mengenai ayat mutasyabihat. Para ulama bermazhab salaf berpendapat ayat mutasyabih itu tidak dapat diketahui tafsirnya atau takwilnya oleh siapa pun kecuali Allah sendiri. Mereka menyarankan  agar orang tidak mencari-cari takwilnya dan mengembalikan persoalan itu kepada Allah.

Menurut ulama bermazhab khalaf, beberapa ulama’ seperti Abu Hasan al-Asy’ari dan juga Abu Ishaq al-Shirazy mengatakan bahwa pengetahuan Allah mengenai takwil ayat-ayat mutasyabihat itu juga dilimpahkan kepada para ulama yang mendalam ilmunya.

Penyunting: Bukhari

Luthfi Mutawwali AN
Mahasiswa jurusan ilmu al-Qur'an dan tafsir STIQSI Lamongan