Apakah pagi ini kita sudah tersenyum? Atau justru kita sedang menyembunyikan dengan rapat senyuman kita? Bayangkan, orang yang kita kasihi sedang tersenyum dengan tulus kepada kita. Tentu sangat menarik untuk dipandang menentramkan dan meneduhkan jiwa kita.
Bayangkan lagi, seseorang yang kita temui memasang wajah tidak bersahabat, tatapannya tajam, dengan ekpresi muka muram dan berkerut-kerut. Apa yang kita rasakan? Apakah kita tentram dan merasa teduh sebagaimana jika kita menghadapi orang yang tersenyum disertai muka yang ramah kepada kita? Berbeda, bukan? Kita kadang malah merasa takut, malas berbicara dengannya, atau mengambil langkah buru-buru menghindarinya.
Tersenyumlah!
Begitu pula dengan kita. Pasanglah selalu seulas senyum, terutama jika kita berjumpa dengan orang yang kita kenal. Lebih indah jika dilengkapi dengan ucapan salam, dengan ucapan yang lembut dan sopan. Tentu orang lain akan menemukan kita sebagai sosok yang bersahabat.
Begitu pula ketika kita harus menghadapi tahap demi tahap dalam kehidupan ini. Ada beberapa peristiwa yang membuat kita kesal atau kecewa. Kadang kita merasa tak ada lagi senyum, yang ada hanya masalah-masalah yang sedang numpuk. Seakan senyum kita telah hilang lenyap begitu saja ditimbun dengan kesedihan-kesedihan.
Apakah dengan memasang muka muram, marah-marah, memasang muka kusut, maka beban permasalahan kita akan terselesaikan begitu saja dengan sendirinya? Tak ada salahnya mencoba cara super gampang ini: Tersenyumlah!
Atau mungkin masih sulit karena beban kita memang terlalu berat, kekecewaan kita terlalu? Atau ada angapan bahwa seseorang bisa tersenyum jika masalah yang dihadapi sudah selesai? Sekali lagi, cobalah untuk tersenyum, sebisa mungkin. Meskipun awalnya tersenyum dengan terpaksa, ketika kita sudah menemukan manfaatnya, maka senyum akan menjadikan salah satu cara meringankan beban. Senyum bisa kita lakukan kapan saja, baik di saat senang ataupun susah. “Jangan menunggu bahagia untuk tersenyum, tetapi tersenyumlah untuk bahagia.”
Manfaat Senyuman
Senyum memberikan harapan dan kebahagiaan. Energi senyum memberikan muatan yang positif untuk pikiran kita. Senyum adalah harapan. Ketika di pagi hari kita bangun tidur, lontarkan seulas senyuman kepada kita. Senyuman adalah harapan. Dengan senyuman tersebut kita berharap bahwa setiap hari adalah hari baru yang membawa kebahagiaan, masalah yang belum dapat terselesaikan di hari kemarin, ada harapan untuk menyelesaikan di hari ini. Semoga dipermudah, diberi kelancaran, dan sebagainya. Senyuman pagi hari dan harapan akan keberhasilan menjadi sesuatu yang sinkron dan membahagiakan hati kita.
Dengan senyuman, beban permasalahan akan terkurangi, perlahan-lahan rasa tenteram akan menyusup ke dalam qalbu kita. Dan orang yang telah berhasil menentramkan dirinya, maka tak lain yang ia rasakan selain kebahagiaan.
Orang yang senantiasa tersenyum, otomatis ia telah memberikaan keringanaan terhadap sesuatu yang ia sedihkan itu. Ia akan merasa rileks. Hidup ini indah. Senyuman juga memberikan manfaat lain kepada kita. Kita akan menjadi orang yang awet muda, selalu berpikir positif, serta memancarkan kesejukan dan keteduhan bagi siapa saja yang kita temui.
Tersenyum juga memberikan energi yang dahsyat untuk orang lain. Rasulullah saw. mengajarkan bahwa senyuman itu sedekah. Senyuman adalah amalan yang sungguh mulia. Jika kita sedang tidak memiliki harta benda untuk disedekahkan hari ini, gantilah dengan senyuman.
Tersenyumlah Untuk Bahagia!
Tersenyumlah dengan tulus, pasanglah wajah yang memancarkan kesejukan, serta bertutur katalah dengan lisan yang lembut ketika kita menghadapi orang yang sedang dihimpit permasalahan. Maka, Insya Allah, energi positif yang kita pancarkan akan menular kepada teman kita yang sedang menderita itu.
Senyuman laksana setitik api yang mampu meluruhkan bekunya es. Jika setitik api itu kita hidupkan, maka perlahan-lahan bongkahan es yang keras membatu akan meluruh menjadi titik-titik air yang menyejukkan.
Senyuman juga bisa menebarkan rasa senang dan nyaman bagi orang di sekitar kita. Mulai sekarang, mari kita biasakan untuk tidak pelit dengan senyuman kita. Jangan sembunyikan senyum kita, meskipun dengan bawahan kita, atau orang-orang yang kita pimpin. Keramahan pemimpin justru menjadi suri tauladan yang baik bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kita akan menjadi orang yang ramah yang ditiru, bukan sebagai orang yang ditakuti sehingga menciptakan jarak sebenarnya tidak memberikan keuntungan. Karena itu, jangan menunggu bahagia untuk tersenyum.
Editor: M. Bukhari Muslim
Leave a Reply