Kepercayaan yang dibatasi hanya pada taqlid (penerimaan buta), ritual, ibadah keagamaan, dan dogma teologis menciptakan kondisi yang sulit. Hal ini menyebabkan banyak diantara kita yang merasa sulit untuk menemukan titik temu antara tauhid dan pembebasan. Sehingga, tauhid sebagai teologi Islam menjadi kurang bermanfaat bagi umat manusia. Ditambah adanya konsep berkah yang bisa melanggengkan ketidakadilan.
Saat ini, rekonstruksi teologi Islam menjadi masalah yang sangat mendesak dalam konteks peningkatan keadaan umat Islam untuk mencapai negara yang lebih baik. Teologi Islam dengan nada pembebasan bertujuan untuk memperbaiki situasi umat agar tidak tertinggal dengan penganut agama lain. Untuk membangun format kerangka teologi pembebasan inilah dibutuhkan sebuah interpretasi baru yang rasional dan ilmiah. Kemudian mempertahankan referensi doktrinal pada Al-Qur’an dan Hadits dalam merumuskan kerangka kerja teologi konstruktif bagi seluruh umat Islam.
Biografi Ali Syariati
Tanggal 23 Nopember 1933, Ali Syari’ati, terlahir dengan nama Muhammad Ali Mazinani di desa Mazinan, propinsi Khorasan. Yaitu daerah pinggiran kota Masyhad dan Sabzavar, Iran. Ayahnya yaitu Muhammad Taqi Syari’ati yang merupakan Guru pertamanya. Muhammad Taqi Syari’ati mendirikan usaha penerbitan bernama Pusat Penyebaran Kebenaran Islam (The Center for Propagation of Islamic Truth) pada awal 1940-an.
Ali Syari’ati merupakan seorang intelektual sekaligus pemikir besar yang memicu energi intelektual untuk Revolusi Islam di Iran. Selain itu, ia menaruh perhatian lebih pada humanisme. Inti pemikirannya adalah bahwa manusia merupakan makhluk merdeka; mempunyai potensi untuk menentukan sendiri nasibnya. Nasib manusia tidak ditentukan oleh faktor eksternal, akan tetapi faktor semangat Tauhid. Serta, memberikan pemahaman ideologi berdasarkan Islam yang berdampak dalam kehidupan nyata.
Pandangan Dunia Tauhid: Tauhid yang Membebaskan
Sebagai dasar utama tauhid, Ali Syari’ati berpendapat bahwa segala sesuatu harus dilihat dan dipahami dengan memandang seluruh alam semesta sebagai satu kesatuan. Menurutnya, tidak ada pembagian dalam alam semesta antara dunia dengan akhirat, alamiah dengan sura alamiah. Bahkan antara substansi dengan esensi. Karena kesemuanya adalah satu. Yaitu sebagai organisme tunggal, sedangkan dunia ini dipandang sebagai emporium tunggal. Pemahaman syirik yang memandang dunia serba terbagi, kacau, kontradiksi dan menggunakan sistem feodal kontras.
Kenyataan yang dipandang sebagai realitas yang integral, holistik, dan monistik serta universal dikatakan sebagai pandangan dunia Tauhid. Manusia dapat menentukan nasibnya, jika memiliki pandangan hidup yang didasarkan pada tauhid. Hal ini mampu mengembalikan pemahaman spiritual kepada seluruh alam dan memberikan kemampuan untuk meraih kesadaran dalam agamanya.
Serta memberikan pemahaman kepada manusia dalam mengerjakan segala tugas dan fungsi di muka bumi sebagai wakil Allah. Sikap kontras tauhid juga tampak dalam berbagai pertentangan masyarakat pada seluruh aspek kehidupan. Mulai dari dalam manusia itu sendiri, dunia eksistensi yang berada antara dunia fisik dan dunia metafisik. Dalam keyakinan tentang keesaan Allah, manusia memiliki makna, tujuan dan kesadaran diri. Sehingga, ia percaya akan keberadaan alam dan manusia itu sendiri.
Konsep Religius Humanistik
Pandangan dunia yang religius menjadi pilihan Ali Syari’ati dari banyak pandangan tentang dunia yang telah didominasi dengan pandangan materialistik. Alam berasal dari Tuhan menurut pandangan dunia yang religius ini. Kemudain sadar dan responsif kepada bentuk spiritual serta perkembangan manusia.
Namun, dasar yang menjadi kerangka dunia yang religius ini adalah pandangan yang berdasarkan kepada hasil penelitian ilmiah didasarkan pada sains. Tidak pada pandangan dalam bentuk ortodoks. Pandangan hidup sintetik yang religius humanistik memasukkan manusia sebagai makhluk yang selalu mencari kesempurnaan. Memegang konsep manusiawi dan progresif yang berada di antara dua pandangan di atas menjadi pandangan yang diambil oleh Ali Syari’ati.
Mengikuti kisah terkenal di Al-Qur’an, Ali Syari’ati memperkenalkan manusia sebagai makhluk dua dimensi yang terdiri dari tubuh dan jiwa. Ia menggambarkan manusia sebagai makhluk yang terbuat dari tanah liat dengan Roh milik Allah yang dihembuskan napas padanya. Karena itu manusia adalah dikotomi tubuh dan roh, materi dan spiritual.
Gagasan yang ditawarkannya tentang pandangan dunia yang religius humanistik tidak lain adalah untuk menghilangkan bentuk dualism. Yaitu kelas penguasa dengan yang dikuasai, serta kelas borjuasi dengan proletariat. Kemudian pada akhirnya manusia dengan sendirinya akan memahami keesaan yang hakiki yang diharapkan dapat menyadarkan sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Karena menurut Syariati, manusia dengan tauhid memiliki potensialitas tanpa batas dalam membawa nasibnya tanpa pengaruh eksternal. Selain itu, manusia adalah makhluk yang merdeka. Pandangannya tentang kehidupan dalam pandangan dunia tauhid adalah pandangan dunia yang melihat kenyataan sebagai realitas yang holistik. Serta universal, integral dan monistik dalam kesatuan tiga hipotesis. Yaitu Tuhan, manusia, dan alam.
Penyunting: Ahmed Zaranggi Ar Ridho
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.