Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Telaah Rasionalitas Pohon Zaqqum dalam Al-Qur’an

zakum
Sumber: https://surahquran.org

Kutipan di atas menegaskan salah satu kajian penting dalam penafsiran menggunakan sudut pandang linguistik. Penafsiran dengan analisis bahasa berfokus untuk mengungkap; aspek semantis (makna ayat), morfologi (bentuk dan perubahan kata), derivasi, fonologi (pembacaan atau Qira’at); majaz atau amtsal (peralihan makna) dan mendapatkan logika sebuah ayat. Bahasa Arab yang digunakan Al-Qur’an berbeda dengan syair jahiliyah Arab. Perbedaan tersebut tidak hanya dipahami melalui aspek teologis normatif akan tetapi juga dapat dibuktikan dengan teori linguistik dan lain sebagainya. Analisis linguistik mendapatkan momentumnya ketika menjelaskan ayat tentang hal ghaib seperti realitas surga dan neraka. Kenyataan surga dan neraka hanya Allah yang mengetahui. Terdapat ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keduanya menggunakan struktur bahasa yang berbeda. Al-Qur’an menyebutkan keberadaan pohon zaqqum di nerakadalam beberapa ayat; Q.S Al-Dukhan (44): 43, Q.S Al-Waqi’ah (56): 52, dan Q.S Al-Shaffat (37): 62.

Analisis bahasa

“Sangat aneh jika sebuah penafsiran Al-Qur’an tidak berangkat dari pemahaman teks secara linguistik terlebih dahulu”

Secara etimologi lafadz zaqqum terambil dari kata za-qa-ma yang berarti menelan atau menyuap. Bentuk kata lain adalah tazaqqama memiliki arti; makan dengan cepat, minum berlebihan sampai melewati batas (Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Lentera Hati, 1128). Adapun pengertian zaqqum yang mendekati maksud Al-Qur’an adalah makanan penghuni neraka yang berasal dari pohon (Kamus Al-Munawwir, Pustaka Progressif, 576). Tulisan ini menjelaskan susunan bahasa di beberapa ayat yang memuat lafadz zaqqum dan menguraikan penafsiran para ulama. Penjelasan pohon zaqqum di dalam Q.S Al-Dukhan (44): 43 menggunakan ‘amil nawasikh berupa inna.

إِنَّ شَجَرَتَ ٱلزَّقُّومِ ٤٣

 “Sungguh pohon zaqqum itu”

Pengamalan huruf inna adalah menasabkan mubtada dan merafa’kan khabar (Nahwu Tatbiqi, Darul Lu’lu’ah,335). Huruf inna menyebabkan lafadz syajarata dibaca fathah (nasab). Berbeda dengan tanpa kemasukan inna yaitu dibaca syajaratu az-zaqqumi sebagai susunan idlafah. Khabar inna pada ayat ini memiliki 2 khabar terletak pada ayat selanjutnya; Q.S Al-Dukhan (44): 44 dan 45 (Tafsir Jalalayn, Madar al-Watan, 495).

Baca Juga  Keragaman Makna "An-Nur" dalam Al-Qur'an
***

Di dalam Q.S Al-Waqi’ah (56): 52 pohon zaqqum dijelaskan menggunakan susunan makhfud bi al-harf yaitu huruf من. Hal ini berfungsi sebagai penjelasan secara spesifik mengenai sesuatu. Huruf min pertama memiliki makna li ibtidaai al-ghayah (permulaan). Min kedua bermakna li al-bayani al-jinsi menjelaskan maksud lafadz syajarin (Tafsir al-Kasyaf, Dar Al-Marefah, 1077). Firman Allah SWT.

لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْم٥٢

“Pasti akan memakan pohon zaqqum”

Q.S Al-Shaffat (37): 62

أَذَٰلِكَ خَيْرٌ نُّزُلًا أَمْ شَجَرَةُ ٱلزَّقُّوم٦٢

“Sungguh (makanan surga) itu hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum”

Huruf athaf أم befungsi menunjukkan 2 aspek yaitu antara kompromi dan penentuan atas dua hal; baik yang memiliki persamaan makna atau dua makna yang berbeda (Nahwu Tatbiqi, 562). Lafadz syajaratu merupakan ma’tuf alaih kepada lafadz khairun yang berkedudukan rafa’ sebagai khabar dzalika. Huruf hamzah sebelum isim isyarah adalah hamzah istifham yang memiliki makna menentukan sesuatu; di antara ma’tuf atau ma’tuf alaih dengan makna yang berbeda antara keduanya.

Gambaran pohon zaqqum

Bentuk pohon zaqqum secara spesifik dijelaskan dalam dua surat yaitu sebagai berikut. Pertama Q.S Al-Dukhan (44): 44 dan 45.  

طَعَامُ الْاَثِيْم٤٤ كَالْمُهْل٤٥

“Makanan bagi orang yang banyak dosa. Seperti cairan tembaga”

Kedua Q.S Al-Shaffat (37): 64 dan 65.

اِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِيْٓ اَصْلِ الْجَحِيْم٦٤ طَلْعُهَا كَاَنَّهٗ رُءُوْسُ الشَّيٰطِيْن٦٥

“Sungguh itu adalah pohon yang keluar dari dasar neraka jahim. Mayangnya seperti kepala-kepala setan”

Menurut Quraish Shihab pohon zaqqum berbeda dalam segi bentuk dan lingkungan tumbuhnya dengan pohon-pohon yang ada di dunia. Berbeda dengan al-Mahalli dan al-Suyuti, menurutnya pohon zaqqum merupakan pohon yang tumbuh di daerah Tihamah dan kelak Allah akan menumbuhkannya di neraka. Terdapat perbedaan pendapat mengenai keberadaan pohon ini. Oleh sebab itu, penting kiranya mengungkap pendapat dari Al-Qurtubi, menurutnya terdapat dua pandangan berkaitan dengan masalah ini sebagai berikut.

Baca Juga  Lingkungan Hidup dalam Perspektif Al-Qur'an

Pertama pohon yang diketahui orang-orang Arab dari pohon yang ada di dunia. Pandangan ini kemudian terbagi lagi dalam dua pendapat yaitu; Pohon yang berasal dari Tihamah yang diketahui sebagai pohon yang buruk dan rasanya pahit. Setiap tumbuh-tumbuhan yang mematikan. Pandangan kedua; pohon yang tidak diketahui di dunia sebagaimana perkataan orang-orang kafir Quraish mengatakan. “kami tidak mengetahui pohon ini”. Bersamaan dengan itu kafir Quraish menentang keberadaan pohon yang tumbuh di neraka sedangkan apinya membakar pohon.

Bentuk Siksa

Terdapat perbedaan redaksi mengenai siksa penghuni neraka disebabkan pohon zaqqum. Lafadz yaghli berasal dari kata غَلًى )ghala) berarti mendidih (Kamus Al-Munawwir,1016) terdapat dalam Q.S Al-Dukhan (44): 45. Redaksi lain yaitu dalam Q.S Al-Waqi’ah (56): 53 dan Q.S Al-Shaffat (37): 66 menggunakan lafadz yang sama yaitu maaliuna terambil dari kataمًلِئَ ) malia( yang berarti memenuhi atau menjadi penuh (Kamus Al-Munawwir, 1353). Walaupun demikian terdapat perbedaan makna pada kedua ayat ini yang disebabkan karena struktur bahasa yang melingkupinya.

Q.S Al-Dukhan (44): 45.

يَغْلِيْ فِى الْبُطُوْن٤٥

“Yang mendidih dalam perut”

***

Q.S Al-Waqi’ah (56): 53.

فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْن٥٣

“Maka akan penuh perutmu dengannya”

Q.S Al-Shaffat (37): 66.

فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْن٦٦

“Dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqqum)”

Tafsir Al-Qurthubi menjelaskan pohon zaqqum merupakan pohon terlaknat yang Allah ciptakan di neraka jahanam, sebuah hidangan penghuni neraka yang bercirikan; mendidih dalam perut seperti mendidihnya air panas, dalam keterangan lain disebutkan pohon yang menjijikkan dan terasa pahit, (Juz 19/204). Hamka menjelaskan siksa neraka menyebabkan penghuninya kelaparan. Adapun makanan yang ada hanya buah zaqqum kemudian mereka terpaksa makan buah itu hingga perut mereka penuh dengannya.

Baca Juga  QS. Hud 114: Makna Kebaikan Menghapus Kesalahan

Kesimpulan

Memahami ayat-ayat pohon zaqqum menggunakan analisis bahasa serta mengungkap tafsir para ulama dapat menjelaskan perkara ghaib yang mudah dimengerti logika. Dalam konteks penggunaan amil inna jika seseorang mengerti kaidah bahasa Arab maka pemahaman awal atas sebuah ayat dipahami sebagai penegasan li at-taukid terhadap sesuatu. Begitu juga dengan huruf jar dan huruf athaf seperti penjelasan sebelumnya.

Pohon zaqqum dalam Al-Qur’an merupakan peringatan kepada manusia supaya condong terhadap ibadah dan amal saleh. Adapun penggambaran siksa di dalamnya dapat dengan mudah dipahami dengan akal. Penghuni neraka tersiksa dengan kelaparan dan makan pohon zaqqum berlebihan. Begitu juga dengan kehidupan saat ini; kekurangan dan berlebihan terhadap sesuatu menyebabkan manusia sengsara.

Memiliki minat studi tafsir dan kajian keislaman, mahasiswa dan nyantri (keduanya aktif) di Yogyakarta since 2021 M. Motto hidup: usaha, do’a, dan amor fati.