Dalam dunia pendidikan terutama di era modern ini tasawuf sangat berperan penting sebagai pedoman seseorang dalam bersikap ketika menimba ilmu. Karena di zaman modern ini pendidikan semakin luas namun jauh dari cara bersikap dan beretika yang baik. Sehingga dengan mempelajari dan mengetahui tentang peran tasawuf di era modern dapat dijadikan sebagai media pendekatan diri kepada Allah dengan seseorang (murid) yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan ilmu yang luas. Tetapi juga mementingkan serta mengedepankan akhlak dalam menempuh pendidikan agar tidak terjadi krisis moral di era modern ini.
Pada dasarnya pendidikan tidak hanya digambarkan sebagai pengetahuan umum saja. Tetapi juga harus ditanamkan dengan nilai-nilai spiritualitas yang bersumber dari amalan tasawuf. Kajian ilmu tasawuf sebenarnya lebih mengarah ke perbaikan akhlak seseorang. Untuk dapat memahaminya ranah ilmu tasawuf dapat dapat diuraikan dari segi etimologis dan terminologi.
Secara etimologis tasawuf berarti shuffah (serambi tempat duduk) yang berada di masjid nabawi madinah kalangan kaum muhajirin pada zaman Rasulullah. Serta shaf yang berarti (barisan) karena pada saat itu kaum sufi ketika sedang berjamaah dengan rasulullah selalu mengambil barisan depan. Mereka percaya akan kuat iman dan takwanya. Begitu pula ketika sedang perang mereka mengambil barisan paling depan karena kuat dan kokoh imannya.
Sementara secara terminologi menurut Junaid Al-Baghdadi tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk. Baik budi perkerti, penahanan nafsu dan menghendaki sifat-sifat suci. Berdasarkan dari uraian etimologis dan terminologi dapat disimpulkan bahwa tasawuf di era pendidikan modern ini sangat perlu ditanamkan dan dipelajari. Karena peran tasawuf sendiri adalah untuk mensucikan jiwa. Sehingga akan terbentuk pribadi yang berwawasan, berilmu, serta memiliki karakter akhlak yang santun dan mulia.
Tasawuf dan Pendidikan Akhlak
Dalam ini tasawuf dalam dunia pendidikan akhlak lebih mengarah kepada keseimbangan hidup manusia dalam aspek jasmani dan ruhani, dunia atau akhirat, kebutuhan individu atau masyarakat. Manusia muslim memiliki peran yang sangat penting akan kesadaran peran bertasawuf dalam pendidikan akhlak.
Pendidikan akhlak sekaligus bertasawuf dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan apapun yang searah dengan dirumuskannya dari sumber Al-Qur’an dan As-Sunnah. Seperti menyeimbangkan pembiasaan ibadah sunnah seperti diiringi berdzikir agar seseorang selalu mengingat dan menyebut nama Allah. Dengan ini konsentrasi seseorang akan sepenuhnya berada pada Allah dan akan meminimalisir terjadinya krisis akhlak.
Tasawuf ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari pendidikan spiritualitas yang berlaku di era modern. Semakin adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin membawa manusia pada kehidupan modern.
Implementasi pendidikan akhlak selanjutnya bisa diterapkan dengan adanya ekstrakulikuler di era modern ini. Biasanya ada ekstrakulikuler yang lebih cenderung pada keagamaan misalnya ekstrakulikuler banjari, gambus, tari sufi, dan lain-lain. Adanya kegiatan ini sudah sepatutnya tidak hanya bernuansa Islam saja tetapi juga harus diiringi dengan pembekalan akhlak melalui ilmu tasawuf, menggambarkan umum tentang bertasawuf minimal dengan mengetahui makna dan arti dari yang mereka lakukan.
Sehingga, karakter pendidikan yang berakhlak akan tertanam pada diri masing-masing melalui pembelajaran tasawuf dasar yang mereka terapkan. Karena dengan bertasawuf maka akan menambah kokoh iman pada seseorang dan terbentuklah akhlak yang sempurna di pendidikan modern ini.
Kesatuan Iman, Islam dan Ihsan
Melalui penjelasan di atas, penulis mengilustrasikan komponen tasawuf (iman, Islam, ihsan) dalam suatu bangunan. Iman adalah pondasi atau dasar berdiri tegaknya suatu bangunan. Semakin kuat iman maka semakin kokoh komponen bangunannya yaitu islam dan ihsan.
Islam adalah bagian dari bangunan rumah (sebagai pelengkap) yaitu jendela, pintu, tembok, dan lain-lain. Kemudian penulis mengilustrasikan ihsan sebagai atap. Jika dalam suatu bangunan tidak memiliki atap maka hilanglah esensi bangunan tersebut. Karena bangunan tidak bisa disebut utuh jika tidak memiliki atap (ihsan).
Maknanya, komponen iman, Islam, dan ihsan adalah tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam tasawuf karena sama-sama memiliki peran yang mampu menjaga keseimbangan bangunan dan tidak bisa dilepaskan atau dipisahkan.
Pendidikan Akhlak Era Modern
Pada akhirnya, fungsi tasawuf dalam dunia pendidikan modern adalah sebagai pembimbing akhlak. Agar seseorang memiliki kepripadian yang baik, salih, serta berkualitas. Pendidikan tasawuf tidak hanya didapatkan pada praktik ibadah, namun juga pada story (cerita) perjalanan Rasulullah.
Sementara itu, melihat kondisi minimnya pendidikan akhlak di kalangan pelajar bisa dilihat dari adanya tawuran, bullying, dan lain-lain. Dengan adanya fakta tersebut menggambarkan bahwa rapuhnya dimensi pendidikan ketika tidak dibarengi dengan bertasawuf. Mungkin seseorang akan mempunyai cukup pengetahuan namun tidak sedikit pula yang mempunyai krisis akhlak. Karena pada dasarnya akhlak itu harus dibentuk dan dibina. Jika terlalu memprioritaskan pada pendidikan umum di era modern ini, maka seseorang akan kehilangan arah, kehilangan wibawa karena tidak adanya etika dalam bersikap.
Pendidikan akhlak di era modern, penulis merasa jika pembekalan sekedar teori yang didapatkan di madrasah atau di tenpat belajar itu tidak cukup. Harus ada pendidikan tersendiri bagi orang tua masing-masing. Orang tua sudah sepatutnya untuk membentuk karakter dan pribadi yang berakhlak pada anak-anaknya, kepandaian didikan orangtua juga sangat berpengaruh membantu pekerjaan guru.
Dengan adanya dorongan pendidikan berakhlak di lingkungan terkecil (keluarga) maka seseorang akan memiliki akal yang bijaksana, sehingga akan mempengaruhi masuknya ilmu pendidikan di era modern ini.
Komponen dasar berakhlak yang dapat dibekalkan orang tua diantaranya dengan membiasakan salim (salam) berjabatan, berpamitan dengan orangtua ketika hendak berpergian kemanapun, membiasakan disiplin waktu untuk berberes rumah, dan lain-lain. Memang seperti terlihat tidak ada kaitannya namun dengan adanya dorongan itu juga akan menjadi alarm (pengingat) seseorang sehingga muncullah karakter baik dan pembentukan akhlak yang baik.
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply