Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 78: Kematian Tidak Bisa Dihindari

kematian
Sumber: freepik.com

Masyarakat Indonesia kembali dirundung duka kematian setelah kabar Kapal Selam KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak. Setelah berhari-hari melakukan pencarian, per tanggal 24 April 2021 Kapal Selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam setelah ditemukan beberapa serpihan bagian kapal selam. Doa terus terulang disampaikan dari berbagai pihak berharap masih ada harapan untuk keselamatan 53 kru yang berada dalam kapal selam. Sulit membayangkan apa dan bagaimana yang dirasakan ke 53 kru kapal selam dalam kegelapan bawah laut dengan situasi yang demikian.

Masih dalam tahun ini, sebelumnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang mengangkut 50 penumpang dan 12 kru juga hilang kontak dan akhirnya diketahui jatuh ke laut setelah ditemukan serpihan dan jasad penumpang. Kondisi dan situasi yang sama sangat amat mencekam bagi para penumpang atau kru, hanya berbeda tempat yakni pesawat beroperasi di atas udara dan kapal selam berada di dalam laut.

Situasi dan kondisi kecelakaan seperti disebutkan di atas direspon oleh masyarakat dengan beragam tanggapan. Satu diantara respon yang sering muncul adalah kekhawatiran menggunakan atau melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi yang ada (pesawat dan kapal).

Mereka takut hal serupa yakni kecelakaan menimpa mereka dan berujung pada kematian, padahal kecelakaan di darat tidak lebh sedikit dibanding di laut atau di udara, bahkan mungkin bisa dikatakan yang menemui ajal di atas tempat tidur jauh lebih banyak dibanding yang mengalami kecelakaan.

Lantas bagaimana hakikat kematian yang sebenarnya?

Yang Tidak Bisa Dihindari

Allah Swt berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ ۗ وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِنْدِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 55 - 56: Dihidupkan Setelah Mati

Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (Q.S An Nisa: 78)

Ayat ke 78 dari Surah An Nisa ini memiliki keterkaitan kuat dengan ayat sebelumnya yakni ayat ke 77 yang mana menyinggung soal keengganaan beberapa orang yang takut mati dalam mengikuti peperangan. Maka ayat ke 78 ini adalah jawaban bagi mereka. Lebih dari itu terdapat makna mendalam mengeai hakikat kematian yang dijelaskan pada ayat ke 78 dari surah An Nisa ini.

Hamka menjelaskan dalam Tafsir Al Azhar bahwa ayat ini sangatlah besar memiliki kesan bagi orang-orang beriman. Hal ini dikarenakan orang beriman tidak takut akan datang yang namanya kematian. Jika memang takut akan kematian kemanakah harus lari? Padahal ke manapun lari, di sana maut menunggu.

Meskipun bersembunyi di benteng terkuat, atau kendaraan yang dilengkapi teknologi tercanggih sekalipun yang namanya kematian yang telah ditentukan tidak bisa dihindari.

Tentu bukan mengesampingkan usaha manusia yang berbuat terbaik dengan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi. Bagaimanapun diberikannya akal pada manusia adalah untuk memudahkan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah pada kehidupan ini, tetapi ketika suratan kematian telah datang bagimanapun usaha yang manusia usahakan akan terjadi juga (kematian).

Hamka dalam tafsirnya menyinggung apa yang sempat disebutkan di pendahuluan tadi yakni takutnya orang-orang akan datangnya kematian lewat kecelakaan pada penggunaan transportasi udara ataupun laut. Dia menuliskan bahwa kita tidak akan bisa mengelak dari maut, walaupun bersembunyi ke atas puri (benteng) yang tinggi.

Baca Juga  Isra’iliyyat dan Posisinya dalam Kajian Tafsir Era Formatif

Laksana puri daripada Raja-raja di Eropa di zaman tengah, yang membangunkan purinya di puncak bukit-bukit yang curam dan diberi parit besar di sekeliling, untuk menjaga musuh jangan sampai masuk. Namun mereka tidak dapat menghambat datangnya Malaikat-Maut.

Barangkali sebagai pengingat betapa kecilnya kita manusia dibanding kuasa dan ketentuan yang dimiliki Allah Swt, kita perlu menengok ayat yang umum diketahui, yang mana Allah Swt berfirman كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ (Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian).

Secemerlang apapun pencapaian yang manusia gapai dan sekuat apapun usaha yang manusia lakukan, ketika suratan takdir kematian telah datang tidak akan ada lagi tangan-tangan yang mampu menghalanginya. Entah dalam kondisi perang, menaiki pesawat/kapal canggih dengan teknologi mutakhir, berjalan kaki, tidur di kasur, dll, kematian akan selalu mengintai.

Tidaklah Hina Mati Tenggelam Atau Jatuh dari Udara

Tidaklah hina mereka yang menjumpai kematian dengan cara jatuh dari pesawat, atau tenggelam di bawah laut, tak juga pasti mulia orang yang menjumpai kematian di atas kasur yang empuk.

Hamzah radiyallahuanhu, salah seorang paman Nabi Muhammad yang terkenal kuat yang mendapat gelar “Singa Allah” dan pembela nabi di garis depan perjuangan menemui ajalnya di medan perang dengan akhir kondisi jasadnya yang telah dikeluarkan organ dalamnya oleh kaum kafir Quraisy. Betapa banyak orang-orang yang berbuat hina, penuh maksiat kepada Allah Swt yang di akhir hidupnya terbaring di kasur empuk diselimuti berbagai kemewahan. Apakah kematian seperti ini lebih indah dibanding kematian Hamzah radiyallahuanhu yang disebutkan tadi? Tentu jawabannya adalah tidak.

Begitu juga dengan orang-orang yang menemui ajal dengan situasi dan kondisi tenggelam tak tertolong di bawah gelapnya laut atau jatuh dari ketinggian di udara. Hanyalah dengan ketaqwaan penuh kepada Allah Swt nilai seorang bisa dilihat mulia atau tidak.

Baca Juga  Konsep Keadilan Sosial Perspektif Al-Qur’an

Allah Swt berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Alasan Para Orang-orang Munafik

Hamka menjelaskan bahwa inilah jawaban dari orang-orang munafik dan beberapa orang Yahudi di Madinah yang mana mereka memuji Allah atas harta rampasan perang yang di dapat sehingga membuat mereka mendapat nikmat yang bisa dirasakan. Namun ketika terjadi kesulitan seperti kekalahan pada perang Uhud, mereka justru menyalahkan nabi.

Lanjutan ayat yang artinya “”Semuanya (datang) dari sisi Allah” adalah jawaban terhadap sikap orang-orang munafik tadi yang hanya mau mendapat kesenangan semata. Dalam lanjutan tafsirannya, Hamka menyebut bahwa di dalam membangunkan masyarakat yang baru, atas dasar cita-cita murni, mestilah bertemu laba dan rugi, senang dan susah, sekali kalah banyak menang, nikmat ada cobaanpun ada. Dan sama sekali adalah dari Tuhan. Sederhananya adalah perlu adanya pengorbanan yang harus ditanggung jika memang ingin menyongsong cita-cita murni (kebahagiaan yang hakiki).

Editor: Ananul