Rasa cinta (al-hubb) adalah karunia yang Allah berikan kepada para hamba-Nya. Sekaligus menjadi fitrah yang dimiliki oleh setiap insan. Dengan cinta, kehidupan ini akan terasa indah, nyaman, tenang, dan tenteram. Selanjutnya akan dijelaskan 6 hal yang disukai manusia.
Namun, perlu diperhatikan juga, jangan sampai rasa cinta tersebut berlebihan dan membuat terlena. Karena cinta yang berlebihan akan berdampak negatif pada diri pelakunya. Terlebih pada hal-hal yang telah diharamkan oleh syari’at Islam; Al-Qur’an dan as-Sunnah.
6 Hal yang Disenangi Manusia
Di dalam al-Qur’an Allah swt menyebutkan 6 hal yang telah Allah jadikan indah dalam pandangan manusia. Sehingga kebanyakan manusia akan cenderung untuk senang (cinta) terhadapnya. Serta ada keinginan dalam dirinya untuk memiliki atau menguasai enam hal tersebut. Allah swt berfirman:
Artinya: Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali-Imran: 14)
Dalam ayat ini, Allah swt menyebutkan secara eksplisit mengenai enam hal yang dicintai oleh kebanyakan manusia. Yaitu wanita, anak-anak, harta benda bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan ladang (kebun). Lalu, bolehkah cinta (senang) terhadap enam hal tersebut?
Ibnu Katsir (w. 774 H) dalam kitab Tafsir al-Qur’ān al-‘Azhim beliau menafsirkan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah Allah swt mengabarkan terkait dengan 6 hal dalam kehidupan dunia ini yang telah dijadikan-Nya indah dalam pandangan manusia. Adapun jenis-jenis kesenangan (kegembiraan) tersebut sebagai berikut, dua di antaranya wanita dan anak, selebihnya merupakan benda dan hewan.
Tafsir Surah Ali-‘Imran Ayat 14
Pertama, wanita. Ayat tersebut dimulai dengan penyebutan “wanita”, karena sesungguhnya fitnah terbesar bagi kaum laki-laki berasal dari mereka. Hal ini sebagaimana yang telah ditetapkan dalam hadis sahih bahwasannya Nabi saw bersabda:
Artinya: “Aku tidak meninggalkan fitnah (godaan/ujian) yang lebih membahayakan bagi kaum laki-laki melainkan fitnah dari wanita”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Apabila maksud dan tujuan senang terhadap wanita adalah untuk menjaga diri (dari perbuatan dosa dan maksiat) –yaitu dengan menikahinya— dan untuk melangsungkan keturunan, maka hal ini mandub (dianjurkan) untuk dilakukan. Sebagaimana keterangan dalam beberapa hadis mengenai motivasi (anjuran) untuk menikah dan memperbanyak keturunan. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Kehidupan dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (istri) salehah. jika ia (suami) memandangnya, maka ia (istri) akan menyenangkannya, dan jika ia memerintahnya, maka ia akan menaatinya, serta jika ia sedang tidak ada, maka ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya”. (HR. Muslim). Ada juga hadis lainnya:
Artinya: Telah dijadikan rasa cinta (senang) pada diriku terhadap wanita dan minyak wangi, serta salat telah dijadikan permata hati bagiku”. (HR. an-Nasa’i dan Ahmad)
Kedua, anak-anak. Terkadang anak-keturunan oleh sebagian kalangan dijadikan ajang untuk berbangga diri atau menyombongkan diri. Anak-keturunan juga dapat menjadi az-Zinah (perhiasan).
Namun, apabila cinta terhadap anak-keturunan untuk memperbanyak keturunan. Yaitu memperbanyak umat Nabi Muhammad saw, maka hal ini boleh dan terpuji, sebagaimana telah ditetapkan dalam hadis:
Artinya: “Menikahlah kalian dengan sosok (wanita) yang memiliki kasih-sayang dan subur (ada potensi untuk memiliki banyak anak), karena sesungguhnya aku akan bangga dengan banyaknya umat di Hari Kiamat kelak.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)
4 Hal Kesukaan Manusia
Ketiga, harta yang bertumpuk. Harta yang dimaksud di sini jenisnya adalah emas, perak, logam mulia, dan sebagainya. Ibnu Katsir menjelaskan apabila harta dijadikan sebagai objek untuk berbangga diri terhadap orang-orang yang lemah, berbuat zalim atau sewenang-wenang terhadap kaum fakir, maka hal ini termasuk perbuatan yang sangat tercela.
Namun, apabila harta digunakan untuk berinfak kepada karib-kerabat, dan juga menjadi wasilah untuk menyambung silaturahmi antar sesame. Serta untuk hal-hal lain yang bersifat kebaikan dan ketaatan. Maka hal ini sangat terpuji dalam pandangan syara’.
Keempat, kuda pilihan. Pada masa lalu, ada tiga motif cinta (senang) terhadap kuda; pertama, para pemiliknya senantiasa menjadikannya hewan untuk berjuang di jalan Allah. Ketika mereka butuh terhadapnya, maka mereka akan menggunakannya untuk berjihad di jalan-Nya. Mereka itulah orang-orang yang kelak akan diganjar pahala.
Kedua, para pemiliknya menjadikan hewan kudanya untuk ajang berbangga diri dan bahkan menjatuhkan/melecehkan umat Islam. Maka, hal seperti ini termasuk wizrun (perbuatan dosa). ketiga, kesenangannya terhadap kuda hanya untuk memelihara diri dari hal-hal yang negatif dan semata-mata hanya untuk mengembangbiakkannya (untuk ternak saja).
Kelima, hewan ternak. Ibnu Katsir merincikan hewan ternak di sini berupa unta, sapi, dan kambing. Keenam, ladang (sawah/kebun). Yaitu setiap tanah yang digunakan atau dimanfaatkan untuk bertani dan berkebun. (Tafsir Ibnu Katsir)
Pendapat Abdurahman As-Sa’diy
Selanjutnya, Abdurrahman as-Sa’diy (w. 1376 H.) dalam kitab Taisir al-Karīm ar-Rahmān fī tafsīr kalāmil Mannān menjelaskan bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang pengabaran Allah swt perihal keadaan manusia yang lebih mengutamakan kehidupan dunia atas kehidupan akhirat.
Lalu, Allah juga mengabarkan bahwasannya segala hal (kehidupan dunia) ini telah dijadikan begitu indah dalam pandangan mata manusia. Mereka akan menganggap bahwa hal tersebut boleh (wajar) berdasarkan hati nuraninya. Dampaknya, diri mereka mulai disibukkan dengan hal tersebut (mencari kesenangan dunia).
Kemudian, sebagian dari kalangan manusia akan cenderung minimal pada salah satu jenis dari jenis-jenis ini (enam hal yang disebutkan dalam ayat). Sungguh, kebanyakan manusia menjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan terbesar (utama) dalam hidup. Oleh karena itu, perlu diingat –pesan yang disampaikan Allah swt di akhir ayat— bahwasannya kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang sedikit dan akan lenyap (musnah) dalam kurun waktu singkat dan di sisi Allah-lah sebaik-baik tempat untuk kembali. (Tafsir as-Sa’diy, 1422 H.)
Demikianlah, 6 hal yang telah Allah swt jadikan indah dalam pandangan manusia. Sesungguhnya kesenangan atau kecintaan terhadap enam hal tersebut adalah wajar. Dengan catatan, kita sebagai hamba-Nya dapat menjadikan enam hal tersebut sebagai wasilah bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita termasuk dari hamba-hamba Allah yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.