Surah al-Hajj diturunkan di Madinah terdiri dari 78 ayat, namun sebagian mufasir berpendapat bahwa surah ini diturunkan di Mekkah. Dihiasi dengan ayat-ayat yang bermakna jelas (muhkam) dan bermakna tidak jelas (mutasyabihat). Diberi nama surah al-Hajj karena mengemukakan tentang syiar, faedah dan hikmah disyariatkannya ibadah haji.
Terbesit dalam benak kita mengenai bagaimana Sang Pencipta menciptakan kita sebagai manusia. Manusia diciptakan dari beragam unsur, seperti segumpal darah, air mani, hingga tanah. Ini membuktikan bahwa untuk menuju lahirnya janin dari rahim seorang ibu, maka Allah Swt. menetapkan tahapannya secara khusus. Setiap tahapan menjadi babak baru tentang penciptaan manusia. Menjadi awal bagi hadirnya tahapan selanjutnya. Hal tersebut merupakan proses baku dari penciptaan manusia oleh Yang Maha Kuasa.
Surah Al-Hajj
Menurut Jamaluddin Al-Ghaznawi dalam kitab Ushul Ad–Din, mengutarakan bahwa surat al-Hajj termasuk di antara surat-surat yang ajaib. Di dalamnya berisi ayat-ayat yang diturunkan di Mekah dan Madinah. Berisi pembahasan tentang peperangan dan perdamaian.
Allah berfirman di dalam Q.S. al-Hajj [22] ayat 5:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ ٥
Artinya: “Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.”
Tafsir Ayat
Di dalam kitab tafsir Al Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an Al Karim karya Tanthawi Jauhari, disebutkan bahwa di dalam ayat ini diberikan kiasan bahwa manusia berasal dari tanah. Sebagaimana juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Unsur air pun menjadi penyebab tumbuhnya makhluk yang lainnya. Setelah hadirnya proses keajaiban manusia di dalam rahim seorang ibu, Tanthawi pun menegaskan terkait pentingnya ilmu al–Ajnah atau embriologi manusia.
Tanthawi berpendapat bahwa ilmu alam wajib untuk dipelajari. Terlebih lagi, al-Qur’an hanya memberikan penjelasannya secara global. Untuk menyempurnakannya, dibutuhkan pengetahuan yang lainnya. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah berfirman di dalam Q.S. at-Tin [95] ayat 4:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤
Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Tujuan Penciptaan Manusia
Lalu, di dalam kitab Tafsir Al–Misbah karya Muhammad Quraish Shihab, disebutkan bahwa di dalam ayat ini mengilustrasikan peristiwa kebangkitan manusia dari kematian. Akan hadirnya hari kebangkitan manusia yang harus diimani. Hal itu berhubungan erat dengan tujuan penciptaan manusia, yakni sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.
Kemudian, di dalam kitab tafsir Fath Al–Qadir karya Asy-Syaukani, ia menjelaskan bahwa ia menemukan diksi “al–Bahjah” yang direpresentasikan dalam lafadz “bahiij” pada ayat ini. Ia berpendapat bahwa “bahiij” diartikan sebagai sesuatu yang baik, lalu menarik bagi yang melihatnya. Seperti halnya Allah Swt. pun menumbuhkan beragam tumbuhan dalam bentuk yang indah dan menarik.
Ibnu Katsir di dalam karyanya kitab tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, menjelaskan bahwa bukti kekuasaan Allah SWT pada ayat ini terdapat pada kalimat “wataral ardha haamidatan”. Seperti halnya Allah SWT menurunkan hujan agar tanah di muka bumi menjadi subur hingga melahirkan pundi-pundi keberkahan bagi umat manusia.
Hemat penulis, secara khusus ayat ini memberikan gambaran tentang pentingnya nilai keimanan manusia sebagai ciptaan-Nya yang indah hingga ia kembali pada-Nya. Maka, sekiranya manusia dalam wujud janin mengetahui tentang proses ia diciptakan. Sungguh, ia akan menjadi ciptaan-Nya yang taat. Wallahu a’lam.
Editor: Bukhari
Leave a Reply