Ditinggalkan oleh seorang sahabat dekat, pastinya akan sangat bersedih hatinya sampai berhari-hari. Bahkan sampai berminggu-minggu dan bahkan pula lebih. Orang yang dianggap sangat dekat dengan dirinya tiba-tiba hilang tanpa kabar, seperti halnya istilah populer anak-anak muda sekarang yaitu pergi disaat sayang-sayange.
Itu baru antar sesama manusia, bagaimana kalau semisal ditinggalkan oleh Tuhannya? Terlebih sang manusia agung, yang pastinya sudah dipastikan sangat dekat dengan Allah SWT. Ketika beliau beranggapan sudah ditinggalkan, pastinya cukup besar kegelisahan yang dirasakan.
Surat Ad-Dhuha Ayat 1-3
Pada Q.S. ad-Dhuha [93] ayat 1-3 :
وَالضُّحٰىۙ – ١ وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ – ٢ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ – ٣
Artinya : Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.
Kita semua tahu, bahwasanya surat ad-Dhuha merupakan wahyu atau ayat al-Qur’an yang ke 11 yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, setalah ayat al-‘Alaq, al-Qalam, al-Mudatsir, al-Faatihah, al-Lahab, at-Takwir, al-A’laa, al-Lail, dan al-Fajr.
Setelah turun surat al-Fajr atau surat yang ke-10, Jibril tidak kunjung datang-datang seperti biasanya untuk menemui Nabi Muhammad. Sehingga mengakibatkan kegelisahan yang begitu sangat luar biasa, apa yang terjadi? Beragam pertanyaan tersebut muncul dari benak Nabi Muhammad yang mengakibatkan kegelisahan.
Kegelisahan Nabi Muhammad Ditinggal Tuhannya
Selama ini, beliau sudah merasakan nikmatnya mendapat wahyu, nikmatnya berdialog dengan Allah, kenapa kok tiba-tiba tidak datang. Kemudian ada beberapa orang dari kaum musyrikin yang mendengar hal tersebut, dan berkata kepada teman-temannya “Hai Muhammad gelisah, sudah tidak ada lagi wahyu yang datang kepada dia” lantas mereka beranggapan bahwa Nabi Muhammad sudah ditinggalkan oleh Tuhannya.
Dalam hal ini, ulama-ulama berbeda pendapat mengenai berapa lama waktu jarak turunnya antara wahyu yang ke 10 yaitu surat al-Fajr dengan ad-Dhuha. Ini ada yang berkata 2 hari, ada juga yang 4 hari, 7 hari, 15 hari dan yang paling lama dalam sebuah riwayat mengatakan 40 hari, di waktu-waktu tersebutlah Nabi Muhammad gelisah.
Mendapatkan wahyu dan bisa berdialog dengan Tuhan itu sangat nikmat sekali, itulah sebabnya kata ulama, Nabi Musa waktu ditanya oleh Allah SWT yang dijelaskan pada Q.S. Thoha [20] ayat 17.
وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يٰمُوْسٰى – ١٧
Artinya : Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa ?
Harusnya kan pertanyaan tersebut beliau bisa jawab dengan singkat “ini tongkat saya”, akan tetapi, justru beliau malah menjawab dengan jawaban yang panjang, itu karena beliau merasakan begitu nikmatnya ketika sedang berdialog dengan Allah.
قَالَ هِيَ عَصَايَۚ اَتَوَكَّؤُا عَلَيْهَا وَاَهُشُّ بِهَا عَلٰى غَنَمِيْ وَلِيَ فِيْهَا مَاٰرِبُ اُخْرٰى – ١٨
Artinya : “Dia (Musa) berkata, “ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” (Q.S. Thoha [20]:18)
Penafsiran Ayat
Wajar kalau Nabi Muhammad gelisah, kemudian barulah turun surat Ad-Dhuha untuk membantah.
الضُّحٰىۙ itu ketika matahari naik sepenggalah, cahayanya enak, bercampur antara kesejukan dan kehangatan dan tidak terlalu panas, itu merupakan gambaran dari sebuah wahyu.
الَّيْلِ itu artinya bisa bertingkat-tingkat, kapan malam yang paling kelam, kapan malam yang paling gelap, paling pekat, tentunya malam di tengah malam. Dimana waktu tersebut adalah waktu yang sangatsunyi, hening, sayu, dan diam.
وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ “dan demi malam apabila telah sunyi” merupakan gambaran ketika tidak hadirnya wahyu adalah malam. Akan tetapi, bukan malam awal dalam artian masih ada cahaya. Kemudian Allah bersumpah pada ayat yang ketiga.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ “Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula membenci”, seakan-akan Allah berkata begini, “Hai Nabi Muhammad kamu kan lihat pagi datang, apakah kalau pagi datang itu malam tidak akan datang lagi ? Malam pasti akan datang. Kalau malam datang apa menurut pengalaman kamu pagi tidak akan datang lagi? Pastinya juga akan masih datang pula. Kalau begitu, kalau ada dhuha, cahaya wahyu datang kepadamu dan dalam beberapa hari yang lalu tidak datang. Wahyu itu, sehingga engkau merasakan adanya bagaikan kegelapan. Mestinya, kamu tidak perlu ragu, kamu tidak perlu takut, karena apa? Karena besok masih akan datang lagi.”
***
Itu seakan-akan Allah menghibur Nabinya seperti itu. Kita lihat lagi, waktu siang itu adalah waktu dimana orang-orang bekerja, sedangkan malamnya adalah waktu dimana orang-orang beristirahat, seakan-akan Allah berfirman: “Hai, kedatangan wahyu merupakan tugas-tugas yang berat bagi kamu, sehingga kamu perlu beristirahat seperti halnya orang-orang beristirahat diwaktu malam”. Nah kalau begitu ketidak datangan wahyu ini kepadamu bukan karena Allah membenci kamu, bukan karena Allah meningggalkanmu, tapi Allah ingin kamu beristirahat.”
Editor: An-Najmi Fikri R
Leave a Reply