Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Ar-Ruum Ayat 41: Siapakah Penyebab Terjadinya Bencana Alam?

bencana
Sumber: https://www.atmago.com

Dimulai pada bulan Februari tahun 2019, semua negara dikagetkan dengan bencana yang melanda hampir sebagian negara di dunia. Termasuk Indonesia sendiri, yang ikut juga merasakan bencana besar itu. Siapa yang tidak kenal dengan virus corona (Covid-19), bentuknya kecil bahkan nyaris tidak kelihatan bentuknya oleh kasat mata. Tetapi akibat yang ditimbulkan betul-betul telah memakan ratusan bahkan ribuan nyawa manusia, Indonesia adalah negara yang banyak memakan korban akibatnya dampaknya virus corona.

Di tahun 2021, di satu sisi wabah pandemi Covid-19 yang tak kunjung pergi meninggalkan bumi pertiwi ini. Muncul lagi berbagai musibah atau bencana baru yang menimpah bangsa ini, sebut saja gempa bumi, tanah longsor, dan banjir yang tengah melanda beberapa daerah di Indonesia.

Maka berangkat dari situlah, penulis berkeinginan untuk menuliskan tulisan ini. Dengan merujuk pada salah satu surah dalam al-Qur’an, yaitu surah ar-Ruum ayat 41 tentang penyebab terjadinya bencana di Bumi maupun di lingkungan sekitar manusia itu tinggal.

Tafsir Surah Ar-Ruum Ayat 41 Menurut Dua Mufasir

Mengenai penyebab terjadinya bencana atau kerusakan di muka bumi. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Surah ar-Ruum: 41).

Tidak terlepas dari terjemahan ayat di atas, bahwa penyebab terjadinya suatu bencana alam adalah akibat dari perbuatan tangan manusia itu sendiri. Lalu, bagaimanakah pandangan para mufasir mengenai ayat tersebut. Berikut penafsiran dari beberapa mufassir:

Pertama, Prof. Dr Wahbah Az-Zuhaili. Beliau mengatakan bahwa kerusakan, kekacauan, dan penyimpangan telah muncul di mana-mana di alam ini, banyaknya kemadrahatan, kekeringan, kekurangan hasil alam. Semua itu akibat dari kemaksiatan-kemaksiatan, kedurhakaan, dan dosa-dosa manusia, baik berupa kekafiran, kezaliman dan hal-hal yang lainnya. Hal ini sebagai teguran dari Allah untuk mereka yang berbuat kemaksiatan, kedurhakaan, dan dosa-dosa yang lain. Ketika hal itu terjadi, diharapkan barangkali mereka sadar, insyaf dan menyadari kesalahan mereka. (Prof. Dr Wahbah Az-Zuhaili; Tafsir Al-Munir Vol. 11 Hal. 121)

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 76 - 78: Fanatik Tapi Tak Mengerti

Kedua, Al-Qurthubi. Di dalam kitab tafsirnya beliau menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi di daratan adalah meliputi pedesaan ataupun perkampungan yang ada di pegunungan, sedangkan kerusakan di laut adalah desa atau kampung yang ada di pinggir laut. (Tafsir Al-Qurthubi Vol. 14 Hal. 4).

Ibnu Abbas RA, Ikrimah dan Mujahid berkata,”Kerusakan di daratan adalah pembunuhan anak Adam akan saudaranya. Qabil membunuh Habil. Sedangkan kerusakan di laut adalah penguasa yang ingin setiap kapal secara paksa”. ( Tafsir Al-Qurthubi Vol. 14 Hal. 95).

Memetik Hikmah dari Sebuah Musibah

Bencana sedang dialami oleh bangsa kita saat ini, bukanlah bencana yang sepeleh. Kita bisa menerka-nerka kapan bencana ini akan hilang, apalagi di tambah dengan bencana-bencana yang lain terus berdatangan. Lalu, siapakah yang patut kita salahkan? Sebut saja pemerintah, alam, hewan, dan tumbuhan bahkan Allah pun kita persalahkan. Kita tidak mau menyalahkan diri kita sendiri, dalam artian menyalahkan disini adalah untuk memperbaiki diri kita. Mulai dari sikap, tingkah laku, sopan santun baik terhadap Allah maupun sesama makhluk yang hidup di muka bumi.

Satu persatu perlahan kita memperbaikinya, dimulai dari kesadaran masing-masing bahwa kehidupan kita di dunia ini adalah ladang kita untuk berbuat kebaikan. Bencana yang sedang melanda kita hadapi dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan menjalankan segala peraturan yang di tentukan oleh pemerintah untuk kebaikan bersama.

Pandanglah beberapa bencana yang melanda negeri kita akhir-akhir ini sebagai sebuah wujud sekaligus bukti bahwa Allah betul-betul mencintai kita dan negeri kita. Hilangkan pikiran-pikiran kotor kita yang hanya menghambat segala bentuk penghambaan kita kepada-Nya.

Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. al-A’raaf: 168).

Baca Juga  Penafsiran Ibnu 'Asyur (2): Kritik Terhadap Kaum Tekstualis

Mengambil sikap yang bijak dan tidak terbawa dengan pikiran-pikiran yang negatif akan mampu membawa kita melewati ini semua. Kehidupan di dunia ini tidak akan terlepas dari yang namanya cobaan dan uji, karena dia hanyalah bersifat sementara. Semoga dengan adanya wabah yang belum selesai dan bencana yang terus berdatangan, mampu menjadikan kita sebagai umat yang kuat dan tangguh dalam menerima musibah.

Menjadi manusia yang selalu bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya kepada kita, dengan melaktsanakan segala bentuk kewajiban kita, serta menjaga dan melestarikan bumi ini dengan kecintaan kita masing-masing. Sehingga negeri ini menjadi negeri yang selalu diberikan kemakmuran dan kesejahteraan (Baldatun Tayyibatun Warabbun Ghaffur). Aaminn

Editor: An-Najmi Fikri R