“Bukan jalan mereka yang dimurkai atasnya.”
(Ayat 7)
Siapakah yang dimurkai Tuhan? Ialah orang yang telah diberi kepadanya petunjuk, telah diutus kepadanya rasul-rasul, telah diturunkan kepadanya kitab-kitab wahyu, namun dia masih saja memperturutkan hawa nafsunya. Telah ditegur berkali-kali, namun teguran itu, tidak juga diperdulikannya. Dia merasa lebih pintar dari pada Allah, rasul-rasul dicemuhkannya, petunjuk Tuhan diletakkannya ke samping, perdayaan syaitan diperturutkannya.
Dalam hikayat lama ada disebutkan bahwa pada suatu hari seorang orang besar kerajaan datang menghadap raja bersama-sama dengan orang besar besar yang lain, setelah masuk ke dalam majlis raja, maka baginda menunjukkan wajah yang girang dan tersenyum simpul melihat tiap-tiap orang besar itu, tetapi kepada seseorang baginda tidak melihat, entah karena lupa, entah karena sibuk. Maka sangatlah duka cita hati orang besar yang seorang itu, apakah baginda murka kepadanya, ataukah baginda tidak senang lagi.
Maka setelah bubar majlis itu diapun kembali pulang ke rumahnya dengan hati sedih, lalu diminumnya racun setelah menulis sepucuk surat yang diwasiatkannya supaya disampaikan ke tangan baginda. Di situ dia tuliskan: “Oleh karena Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak senang lagi melihat patik.”
Begitulah perasaan orang yang berkhidmat kepada raja apabila dia merasa bahwa rajanya tidak senang lagi kepadanya. Maka betapalah perasaan kita, wahai insan yang ghafil, kalau Tuhan Allah yang murka kepada kita? Kitapun akan dihadirkan juga ke hadapan Tuhan bersama orang yang lain, tetapi kalau Tuhan murka kepada kita, akan betapalah sikap kita.
Dan Tuhanpun bersabda memang ada orang yang tidak akan dilawan bercakap oleh Tuhan pada waktu itu karena murkaNya, sebagaimana tersebut di dalam Surah ali-Imran ayat 77 tentang orang yang memperjualbelikan janji Allah dan mempermudah-mudah sumpah, karena mengharapkan harga yang sedikit. Padahal walaupun mendapat tukaran harga sebesar bumi dan langit, masih amat sedikit juga, karena ada yang akan dibawa ke akhirat.
أُولٰٓئِكَ لَا خَلٰقَ لَهُمْ فِى الْأَاخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Itulah orang yang tidak ada bagian untuk mereka di akhirat dan tidaklah Allah akan bercakap dengan mereka dan tidak akan memandang kepada mereka di hari kiamat dan tidak Dia akan membersihkan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.” (ali-lmran: 77)
Dan seperti itu pula tertulis pada Surah al-Baqarah ayat 179. Tidak diajak bercakap oleh Tuhan, tidak dipandang oleh Tuhan, seakan-akan Tuhan dalam bahasa umum “membuang muka” apabila berhadapan dengan dia. Begitulah nasib orang yang dimurkai.
Orang yang dimurkai ialah yang sengaja keluar dari jalan yang benar karena memperturutkan hawa nafsu, padahal dia sudah tahu. Orang yang telah sampai kepadanya kebenaran agama, lalu ditolak dan ditantangnya. Dia lebih berpegang kepada pusaka nenek moyang, walaupun dia telah tahu bahwa itu tidak berat. Maka siksaan azablah yang akan dideritanya.
Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura
Leave a Reply