“Dan sesungguhnya telah Kami turunkan kepada engkau akan ayat-ayat yang jelas-jelas.” (pangkal ayat 99).
Ayat-ayat itu ialah perintah, suruhan dan larangan dan peraturan dan perbandingan, dan ajakan buat berfikir. Semuanya diturunkan dengan jelas dan dengan keterangan yang cukup, tidak ada yang nendatangkan ragu. Kalau orang sudi berfikir dan mempergunakan akal, pastilah al-Quran itu diterimanya dengan baik.
“Dan tidaklah kafir kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.” (ujung ayat 99).
Orang yang fasik, yang keluar daripada jalan yang benar, orang yang telah sakit jiwanya, sebagaimana syair dari Bukhari:
Kadang-kadang mata melawan matahari, karena dia ditimpa penyakit belas (ramad atou trachom).
Dan mulut menentang manisnya air karena ditimpa demam.
Sehingga keterangan betapapun jelasnya, tidak mau masuk lagika dalam jiwa, karena diri telah dipenuhi oleh kefasikan, kejahatan dan kedurjanaan.
Segala helah dan dalih yang mereka pakai sehingga sampai memusuhi Malaikat segala, lain tidak memanglah karena jiwa telah mendurhaka. Karena kedurhakaan itu akan macam-macam saja jawab mereka yang tidak masuk akal yang remeh dan yang bisa dipatahkan oleh orang yang berakal sihat.
***
Sebab itu selanjutnya Tuhan bersabda:
“Apakah tiap tiap kali mereka membuat perjanjian, dilenyapkan (saja) oleh segolongan dari mereka? Bahkan yang terbanyak di antara mereka tidaklah percaya.” (ayat 100).
Inilah satu ayat tempelak yang jitu. Berkali-kali mereka telah memperbuat perjanjian dengan Allah, dengan perantaraan Rasul Allah Musa a.s., pemimpin mereka sendiri, dan tertulis bunyi perianjian itu di dalam Kitab yang mereka pegang setia; maka berkali-kali pula mereka mungkiri perjanjian itu, meskipun mereka mengatakan bersedia memegang Hukum Taurat.
Sekarang datang Utusan Tuhan yang baru; isi seruannya adalah memperkuat yang dahulu itu. Maka apakah akan berulang lagi laku yang lama? Diperbuat janji yang baru, lalu segolongan memungkirinya lagi dan melemparkan saja janji itu, sebagai kata ahli-ahli siasat kita sekarang “janji di atas kertas?” Yang segolongan membuat janji untuk dimungkiri, dan bagian yang terbesar tidak mau berjanji, karena tidak percaya.
***
Sikap tidak mau percaya ini dijelaskan lagi pada ayat selanjutnya:
“Dan tatkala telah datang kepada mereka seorang Rasul di sisi Allah.” (pangkal ayat 101).
Yaitu Nabi Muhammad s.a.w. yang diturunkan kepadanya wahyu,
“menyetujui apa yang ada serta mereka”,
sama-sama berisi ajaran Tauhid, menghormati ibu-bapa, melarang berzina dan mencuri, mengasihi sesama manusia, menyuruh mengasihi keluarga, anak-yatim dan fakir-miskin, menyuruh berlaku baik kepada sesama manusia dan memperkuat ibadat sembahyang dan berzakat.
“Telah melemparkan segolongan dari mereka yang diberi kitab itu.”
Yaitu mereka yang telah diberi Kitab Taurat itu,
“akan Kitab Allah ke belakang mereka.”
Yaitu al-Quran
“Seolah-olah mereka tidak mengetahui.” (ujung ayat 101).
Seolah-olah tidak mau tahu, atau seolah-olah mereka memandang bahwa apa yang bernama al-Quran itu tidak ada dan apa yang bernama Rasul Allah atau Nabi Allah itu tidak ada. Yang ada hanya orang-orang Arab dan yang bemama Muhammad, adalah Arab biasa.
Inilah satu kekafiran yang memang sudah sengaja membeku: “Kami tidak mau tahu! Habis perkara. Kalian mau apa?”
Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura
Leave a Reply