Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 66: Yang Dikutuk Menjadi Monyet

Mansukh
Sumber: unsplash.com

Tafsir Ayat 66

“Maka Kami jadikanlah dianya sebagai suatu teladan bagi mereka yang semasa dengannya dan bagi yang di belakangnya.” (pangkal ayat 66).

Itulah orang-orang yang merasa bangga karena telah banyak mendapat keuntungan, tetapi tidak insaf bahwa mereka telah tersisih dari masyarakat manusia yang berbudi. Yang mereka ingat hanya keuntungan sebentar itu saja. Budi mereka menjadi kasar. Semua orang yang berakal budi dan memegang agama dengan baik, tidak mau lagi mendekati mereka. Sebab perangai orang yang demikian tidak ubahnya dengan kera dan beruk.

Kawan sendiripun kalau dapat dimakan-nya, akan dimakannya juga. Diisinya lehernya banyak-banyak dan penuh-penuh dengan persediaan makanan walaupun bentuk hidupnya sudah menjemukan dan membencikan orang. Ini menjadi pengajaran bagi ummat yang hidup di zaman mereka, dan menjadi pengajaran juga bagi ummat yang datang di belakang, sebab di mana-mana jika ada orang demikian, tidak ubahnya mereka dengan beruk dan kera, menjemukan dan menimbulkan muak.

“Dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (ujung ayat 65).

Karena bagi orung yang bertakwa biarlah sedikit mendapat, asal halal. Asal jangan menghelah-helah agama dengan cerdik beruk.

Sebab itu maka penafsir ini tidaklah berpegang pada setengah ahli tafsir yang menafsirkan bahwa mereka disumpah Tuhan, sehingga langsung bertukar jadi beruk, jalan dengan kaki empat, gigi berganti dengan saing. Tetapi lebih hebatlah azab itu; tubuh tetap tubuh manusia tetapi perangai sudah menjadi perangai beruk dan kera. Dia datang berkelompok-kelompok ke ladang orang bukan saja hasil ladang itu dimakannya sekenyang perut sampai berlebih dalam lehernya, tetapi batang-batang pisang, ketela, jagung yang bertemu mereka rusakkan dan patahkan. Sesudah hasil mereka ambil, dasar yang tinggal mereka rusakkan pula, sehingga tidak bisa tumbuh lagi. Kalau dikejar merekapun lari, dan dari tempat jauh mereka menjijir dan mencibir kepada orang-orang yang mengejarnya.

Baca Juga  Pesan Tuhan Kepada Sekalian Alam

Mereka lari dan hilang bersembunyi ke hutan dengan perut kenyang dengan harta dicuri, lehernya gembung menyimpan makanan yang dirampok, dan orang yang empunya kebun tinggallah mengutuk dan menyumpah, karena mereka ditinggalkan dengan dua kerugian; kerugian hasil ladangnya yang dirampas dan kerugian bekas yang telah hancur rusak, padahal sudah berbulan-bulan dipelihara karena mengharapkan hasilnya. Bukankah perangai beruk itu menimbulkan benci?

Ada beberapa riwayat penafsiran tentang Bani Israil yang dikutuk Tuhan menjadi kera atau monyet itu.

Menurut riwayat dari Ibnu Ishak, Ibnu Jarir dan lbnu Abbas, semua mereka itu dikutuk sehingga berubah rupa menjadi monyet. Tetapi setelah mereka menjadi monyet itu, mereka tidak bisa makan dan tidak bisa minum, sehingga tidak sampai tiga hari sesudah perubahan rupa itu, merekapun mati semua.

Satu riwayat pula dari Ibnul Mundzir, katanya dari Ibnu Abbas juga, bahwa segala monyet dan segala babi yang ada sekarang ini adalah dari keturunan mereka. Tetapi pada riwayat Ibnul Mundzir yang diterimanya dari al-Hasan, keturunan mereka terputus. Sebab itu menurut pendapat al-Hasan ini, kera dan babi yang ada sekarang tidaklah dari keturunan mereka.

Di dalam riwayat yang lain dari Ibnul Mundzir juga disertai riwayat dari Ibnul Abi Hatim, yang mereka terima dari Mujahid: “Yang disumpah Tuhan sehingga menjadi kera dan monyet itu ialah hati mereka, bukan badan mereka.” Kejadian ini adalah sebagai suatu perumpamaan sebagaimana tersebut dalam ayat:

“Laksana keledai memikul kitab-kitab.” (al-Jum’ah: 5)

Maka penafsiran Mujahid yang diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir inilah yang lebih dekat kepada faham saya sebagai penafsiran sekarang ini.

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura

Baca Juga  Tafsir Surah Ar-Ruum Ayat 41: Siapakah Penyebab Terjadinya Bencana Alam?
Tanwir.id
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.