Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 62 (2): Menjadi Beriman

Mansukh
Sumber: unsplash.com

Tafsir Ayat 62

Baca Sebelumnya….

Kesan pertama yang dibawa oleh ayat ini ialah perdamaian dan hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk sekalian agama dalam dunia ini. Janganlah hanya semata-mata mengaku Islam, Yahudi atau Nasrani atau Shabi’in; pengakuan yang hanya di lidah dan karena keturunan. Lalu marah kepada orang kalau dituduh kafir, padahal iman kepada Allah dan Hari Akhirat tidak dipupuk, dan amal shalih yang berfaedah tidak dikerjakan.

Kesan pertama yang dibawa oleh ayat ini ialah perdamaian dan hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk sekalian agama dalam dunia ini. Janganlah hanya semata-mata mengaku Islam, Yahudi atau Nasrani atau Shabi’in; pengakuan yang hanya di lidah dan karena keturunan. Lalu marah kepada orang kalau dituduh kafir, padahal iman kepada Allah dan Hari Akhirat tidak dipupuk, dan amal shalih yang berfaedah tidak dikerjakan.

Kalau pemeluk sekalian agama telah bertindak zahir dan batin di dalam kehidupan menurut syarat-syarat itu tidaklah akan ada silang-sengketa didunia ini tersebab agama. Tidak akan ada fanatik buta, sikap benci dan dendam kepada pemeluk agama yang lain. Nabi Muhammad sendiri meninggalkan contoh teladan yang amat baik dalam pergaulan antara agama. Beliau bertetangga dengan orang Yahudi, lalu beliau beramal shalih terhadap kepada mereka. Pernah beliau menyembelih binatang ternaknya, lalu disuruhnya lekas-lekas antarkan sebagian daging sembelihannya itu ke rumah tetangganya orang Yahudi.

Seketika datang utusan Najran Nasrani menghadap beliau ke Madinah, seketika utusan-utusan itu hendak menghadap di waktu yang ditentukan, semuanya memakai pakaian-pakaian kebesaran agama mereka (sebagaimana yang kita lihat pada pendeta-pendeta Katholik sekarang ini), sehingga mereka terlalu terikat dengan protokol-protokol yang memberatkan dan kurang bebas berkata-kata, lalu beliau suruh tanggalkan saja pakaian itu dan maribercakap lebih bebas. Yahudi dan Nasrani itu beliau ucapkan dengan kata hormat: “Ya Ahlal-Kitab“: Wahai orang-orang yang telah menerima Kitab-kitab Suci.

Baca Juga  Penafsiran Konservatif sebagai Faktor Kemunduran Pemikiran Islam

Beriman di Zaman Modern

Dalam kehidupan kita di zaman modernpun begitu pula. Timbul rasa cemas di dalam hidup apabila telah ada diantara pemeluk agama yang fanatik. Yang kadang-kadang saking fanatiknya, maka imannya bertukar dengan cemburu: “Orang yang tidak seagama dengan kita, adalah musuh kita.” Dan ada lagi yang bersikap agresif, menyerang, menghina, dan menyiarkan propaganda agama mereka dan kepercayaan yang tidak sesuai ke dalam daerah negeri yang telah memeluk suatu agama.

Ayat ini sudah jelas menganjurkan persatuan agama, jangan agama dipertahankan sebagai suatu golongan, melainkan hendaklah selalu menyiapkan jiwa mencari dengan otak dingin, manakah dia hakikat kebenaran. Iman kepada Allah dan Hari Akhirat, diikuti oleh amal yang shalih.

Kita tidak akan bertemu suatu ayat yang begini penuh dengan toleransi dan lapang dada, hanyalah dalam al-Quran! Suatu hal yang amat perlu dalam dunia moden. Kalau nafsu loba manusia di zaman modern telah menyebabkan timbul perang-perang besar dan senjata-senjata pemusnah, maka kaum agama hendaklah mencipta perdamaian dengan mencari dasar kepercayaan kepada Allah dan Hari Akhirat, serta membuktikannya dengan amal yang shalih. Bukan amal merusak.

Kerapkali menjadi kemusykilan bagi orang yang membaca ayat ini, karena disebut yang pertarna sekali ialah orang-orang yang telah beriman. Kemudiannya baru disusuli dengan Yahudi, Nasrani dan Shabi’in. Setelah itu disebutkan bahwa semuanya akan diberi ganjaran oleh Tuhan, apabila mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, lalu beramal yang shalih.

Beriman dan Beriman Lagi

Mengapa orang yang beriman disyaratkan beriman lagi? Setengah ahli tafsir mengatakan, bahwa yang dimaksud di sini barulah iman pengakuan saja. Misalnya mereka telah mengucapkan Dua Kalimat Syahadat, mereka telah mengaku dengan mulut, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah. Tetapi pengakuan itu baru pengakuan saja, belum diikuti oleh amalan, belum mengerjakan Rukun Islam yang lima perkara. Maka iman mereka itu masih sama saja dengan iman Yahudi, Nasrani dan Shabi’in.

Baca Juga  Nisyan dan Sebab-Sebab Lupa dalam Al-Quran

Apatah lagi orang lslam peta bumi saja atau Islam turunan. Maka Islam yang semacam itu masih sama saja dengan Yahudi, Nasrani dan Shabi’in. Barulah keempatnya itu berkumpul menjadi satu, apabila semuanya memperbaharui iman kembali kepada Allah dan Hari Akhirat, serta mengikutinya dengan perbuatan dan pelaksanaan.

Apabila telah bersatu mencari kebenaran dan kepercayaan, maka pemeluk segala agama itu akhir kelaknya pastibertemu pada satu titik kebenaran. Ciri yang khas dari titik kebenaran itu ialah menyerah diridengan penuh keikhlasan kepada Allah yang Satu; itulah Tauhid, itulah lkhlas, dan itulah Islam! Maka dengan demikian, orang yang telah memeluk lslam sendiripun hendaklah menjadi lslam yang sebenarnya.

Pindah dan Memeluk Islam

Untuk lebih difahamkan lagi maksud ayat ini, hendaklah kita perhatikan berapa banyaknya orang-orang yang tadinya memeluk Yahudi atau Nasrani di zaman moden ini, lalu pindah ke Islam. Mereka yang memeluk Islam itu bukan sembarang orang, bukan orang awam. Seumpama Leopold Weiss, seorang wartawan dan pengarang ternama dari Austria; dahulunya dia beragama Yahudi, lalu masuk Islam. Pengetahuannya tentang Islam, pandangan hidup dan keyakinannya ditulisnya dalam berbagai buku.

Di antara buku yang ditulisnya itu terpaksa ke dalam bahasa Arab, untuk diketahui oleh orang-orang lslam sendiri di negeri Arab, yang telah Islam sejak turun-temurun. Bahkan di waktu dia menyatakan pendapatnya tentang Dajjal di dalam suatu majlis yang dihadiri oleh Mufti Besar Kerajaan Saudi Arabia, Syaikh Abdullah bin Bulaihid, maka beliau ini telah menyatakan kagumnya dan mengakui kebenarannya. Namanya setelah Islam ialah Mohammad Asad.

Pada bulan Mei 1966 seorang ahli ruang angkasa Amerika Serikat bernama Dr. Clark telah menyatakan dirinya masuk Islam, lalu memakai nama Dr. Ibrahim Clark. Apa yang menarik hatinya memeluk Islam, kebetulan setelah dia tiba di Indonesia pula? lalah sebagai seorang ahli ruang angkasa dia bergaul dengan beberapa sarjana Indonesia, beliau mendapat suatu pendirian hidup yang baru dikenalnya, yang tidak didapatnya di Barat.

Baca Juga  Tafsir Surat al-Fatihah Ayat 5

Yaitu bahwa sarjana-sarjana beragama lslam itu, yang berkecimpung di dalam bidangnya masing-masing, selalu berpadu satu antara pendapat akal dan ilmu (Science)nya dengan kejiwaan. Kesan inilah yang memikat minatnya untuk menyelami Islam, sehingga bertemulah dia dengan hakikat yang sebenarnya; memang begitulah ajaran Islam. Akhirnya dengan segenap kesadaran hati, dia memilih Islam sebagai agamanya dengan meninggalkan agama Kristen (Protestan).

Dalam minggu pertama dalam bulan Mei itu juga datang lagi seorang sarjana perempuan bangsa Austria, pergi beri’tikaf ke dalam Mesjid Agung  Al-Azhar selama tiga hari tiga malam, sambil berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala moga-moga tercapailah perdamaian di dunia ini, dan berdamailah kiranya perang Vietnam. Dia bersembahyang dengan khusyu’nya, dan dia mengatakan bahwa dia telah memeluk Islam sejak 7 tahun, dan telah tujuh kali mengerjakan puasa Ramadhan. Namanya Dr. Barbara Ployer.

Kita kemukakan ketiga contoh ini di samping beratus-ratus contoh yang lain, sebagai Malcolm X, Negro dari Amerika dan lain-lain di seluruh perjuangan dunia ini.

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura