Kemudian kita teruskan lanjutan ayat. Setelah itu Allah pun melanjutkan apa yang telah Dia tentukan, yaitu menciptakan Khalifah itu; itulah Adam.
“Dan telah diajarkanNya kepada Adam nama-namanya semuanya.” pangkal ayat 31.
Artinya diberilah oleh Allah kepada Adam itu semua ilmu:
“Kemudian Dia kemukakan semuanya kepada Malaikat, lalu Dia berfirman: Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar.” ujung ayat 31.
Sesudah Adam dijadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Tuhan nama-nama yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan panca indera ataupun dengan akal semata-mata, semuanya diajarkan kepadanya. Kemudian Tuhan panggil malaikat-malaikat itu dan Tuhan tanyakan adakah mereka tahu nama-nama itu? Jika benar pendapat mereka selama ini bahwa jika Khalifah itu terjadi akan timbul bahaya kerusakan dan pertumpahan darah, sekarang cobalah jawab pertanyaan Tuhan: Dapatkah mereka menunjukkan nama-nama itu?
“Mereka menjawab: Maha Suci Engkau! Tidak ada pengetahuan bagi kami kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Tahu, lagi Maha Bijaksana.” ayat 32
Di sini nampak penjawaban Malaikat yang mengakui kekurangan mereka. Tidak ada pada mereka pengetahuan, kecuali apa yang diajarkan Tuhan juga. Mereka memohon ampun dan kurnia, menjunjung kesucian Allah bahwasanya pengetahuan mereka tidak lebih daripada apa yang diajarkan jua, lain tidak. Yang mengetahui akan semua hanya Allah. Yang bijaksana membagi-bagikan ilmu kepada barangsiapa yang Dia kehendaki, hanyalah Dia juga.
Sekarang Tuhan menghadapkan pertanyaanNya kepada Adam:
“Berkata Dia: Wahai Adam! Beritakanlah kepada mereka nama-nama itu semuanya.” pangkal ayat 33.
Oleh Adam titah Tuhan itupun dijunjung. Segala yang ditanyakan Allah dia jawab, dia terangkan semuanya di hadapan Malaikat banyak itu.
“Maka tatkala diberitahukannya kepada mereka nama-nama itu semuanya berfirmanlah Dia: Bukankah telah Aku katakan kepalamu, bahwa sesungguhnya Aku lebih mengetahui rahasia semua langit dan bumi, dan lebih Aku ketahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.” ujung ayat 33.
Dari merenung ayat ini, ahli-ahli tafsir dan kerohanian Islam mendapat kesimpulan bahwasanya dengan menjadikan manusia. Tuhan Allah memperlengkap pernyataan kuasaNya. Mereka namai tingkat-tingkat alam itu menurut tarifnya masing-masing. Ada alam Malaikat yang disebut Alam Malakut sebagai kekuatan yang tersembunyi pada seluruh yang ada ini.
Ada pula Alam Nabati, yaitu alam tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hidup juga, tetapi hidup yang tidak mempunyai kemajuan. Ada Alam Hayawan, yaitu alam binatang yang hidupnya hanya dengan naluri belaka (instinct, gharizah) dan lain-lain sebagainya. Maka diciptakan Tuhanlah manusia, yang dinamai oleh setengah orang Alam Insan atau AIam Nasut.
Maka penciptaan Insan itu lainlah dari yang lain. Kalau Malaikat sebagai salah satu kekuatan bersembunyi dan pelaksana tugas-tugas tertentu, dan kalau alam hayawan (hewan) hanya hidup menuruti naluri, maka insan diberi kekuatan lain yang bernama akal. Insan adalah dari gabungan tubuh kasar yang terjadi daripada tanah dan nyawa atau roh yang teriadi dalam rahasia Allah termasuk di dalamnya akal itu sendiri.
Dan akal itu tidak sekaligus diberikan, tetapi diangsur, sedikit demi sedikit. Mulai lahir ke dunia dia hanya pandai menangis, tetapi kelak, lama kelamaan, dia akan menjadi sarjana, dia akan menjadi Failasuf, dia akan mengemukakan pendapat-pendapat yang baru tentang rahasia alam ini. Bahkan dia akan membongkar rahasia alam yang masih tersembunyi, untuk membuktikan kekayaan Allah. Dan dia akan menjadi Nabi. Tuhan menciptakan manusia menjadi alatNya untuk menyatakan kekuasaanNya yang masih Dia sembunyikan dalam alam ini.
Bukan karena Malaikat tidak sanggup berbuat demikian. Tetapi karena Tuhan telah menentukan tugas dan ilmu yang tertentu buat Malaikat pula. Takdir llahi, sebagai diakui oleh jawaban Malaikat itu adalah Maha Bijaksana.
Untuk itulah manusia itu dijadikan Khalifah. Karena tugas menjadi Khalifah itu memang berat, maka manusia itupun selalu dipimpin. Itu sebab dikirim kelaknya Rasul-rasul dan wahyu, sehingga pantaslah sebagaimana tersebut di dalam Surah al-Qiyamah (Surah 75, ayat 36):
أَيَحْسَبُ ألاِنْسَانُ اَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia menyangka bahwa dia akan dibiarkan percuma?” (al-Qiyamah: 36)
Akan dibiarkan menjadi Khalifah dengan tidak ada tuntunan?
Dengan demikian bukanlah Tuhan tidak tahu bahwa akan ada kerusakan dan pertumpahan darah, sebagai yang disembahkan oleh Malaikat itu. Bahkan pengetahuan Malaikat tentang itupun adalah dari Tuhan juga. Tetapi kerusakan tidak akan banyak, jika dibandingkan dengan manfaat bagi alam. Dan penumpahan darah niscaya akan terjadi juga tetapi bumi akan mengalami perubahan besar karena pekerjaan dan usaha daripada makhluk yang dilantik menjadi Khalifah ini.
Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura
Leave a Reply