Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 2: Taqwa Bukan Hanya Berisi Takut

Darah
sumber: unsplash.com

lnilah kitab itu; tidak ada sebarong keraguan padanya; satu petunjuk bagi orang-orang yang hendok bertaqwa.

Ayat 2

Inilah dia kitab Allah itu. Inilah dia al-Quran, yang meskipun seketika ayat ini diturunkan belum merupakan sebuah naskah atau mushaf/berupa buku, namun setiap ayat dan surah yang turun sudah mulai beredar dan sudah mulai dihafal oleh sahabat-sahabat Rasulullah; tidak usah diragukan lagi, karena tidak ada yang patut diragukan.

Dia benar-benar wahyu dari Tuhan, dibawa oleh Jibril, bukan dikarang-karangkan saja oleh Rasul yang tidak pandai menulis dan membaca itu. Dia menjadi petunjuk untuk orang yang ingin bertakwa atau muttaqin. Kita baru saja selesai membaca surah al-Fatihah. Di sana kita telah memohon kepada Tuhan agar ditunjuki jalan yang lurus, jalan orang yang diberi nikmat, jangan jalan orang yang dimurkai atau orang yang sesat.

Baru saja menarik nafas selesai membaca surah itu, kita langsung kepada surat al-Baqarah dan kita langsung kepada ayat ini. Permohonan kita di surah al-Fatihah sekarang diperkenankan. Kamu bisa mendapat jalan yang lurus, yang diberi nikmat, bukan yang dimukai dan tidak yang sesat, asal saja kamu suka memakai pedoman kitab ini. Tidak syak lagi, dia adalah petunjuk bagi orang yang suka bertakwa.

Apa arti takwa? Kalimat takwa diambil dari rumpun kata wiqayah artinya memelihara. Memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan. Memelihara diri jangan sampai terperosok kepada suatu perbuatan yang tidak diridhaikan oleh Tuhan. Memelihara segala perintah-Nya supaya dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang lumpur atau berduri.

Sebab pernah ditanyakan orang kepada sahabat Rasulullah, Abu Hurairah (ridha Allah untuk beliau), apa arti takwa? Beliau berkata: “Pernahkah engkau bertemu jalan yang banyak duri dan bagaimana tindakanmu waktu itu?” Orang itu menjawab: “Apabila aku melihat duri, aku mengelak ke tempat yang tidak ada durinya atau aku langkahi, atau aku mundur.” Abu Hurairah menjawab: “ltulah dia takwa!” (riwayat dari lbnu Abid Dunya).

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 31-33: Tentang Khalifah (2)

Maka dapatlah dipertalikan pelaksanaan jawaban Tuhan dengan ayat ini atas permohonan kita terakhir pada surat al-Fatihah tadi. Kita memohon ditunjuki jalan yang lurus, Tuhan memberikan pedoman kitab ini sebagai petunjuk dan menyuruh hati-hati dalam perjalanan, itulah takwa. Supaya jalan lurus bertemu dan jangan berbelok di tengah jalan.

Ketika pada akhir Desember 1962 kami mengadakan Konferensi Kebudayaan Islam di Jakarta, dengan beberapa teman telah kami bicarakan pokok isi dari kebudayaan Islam. Akhirnya kami mengambil kesimpulan, ialah bahwa kebudayaan Islam ialah kebudayaan takwa. Dan kami pun sepakat mengambil langsung kalimat takwa itu, karena tidak ada kata lain yang pantas menjadi artinya.

Jangan selalu diartikan takut, sebagai yang diartikan oleh orang dahulu-dahulu. Sebab takut hanyalah sebagian kecil dari takwa. Dalam takwa terkandung cinta, kasih, harap, cemas, tawakkal, ridha, sabar dan lain-lain sebagainya. Takwa adalah pelaksanaan dari iman dan amal shalih. Meskipun di satu-satu waktu ada juga diartikan dengan takut, tetapi terjadi yang demikian ialah pada susunan ayat yang cenderung kepada arti yang terbatas itu saja.

Padahal arti takwa lebih mengumpul akan banyak hal. Bahkan dalam takwa terdapat juga berani! Memelihara hubungan dengan Tuhan, bukan saja karena takut, tetapi lebih lagi karena ada kesadaran diri, sebagai hamba. Dia menjadi petunjuk buat orang yang suka bertakwa, apatah lagi bagi orang yang telah bertakwa. Sama irama ayat ini dengan ayat di dalam surat al-Waqi’ah (Surat 56, ayat 79): “Tidaklah akan menyentuh kepadanya, melainkan makhluk yang telah dibersihkan.”

Sehingga kalau hati belum bersih, tidaklah al-Quran akan dapat menjadi petunjuk.

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 44-45: Sabar dan Sembahyang