Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 27: Orang-orang yang Rugi

Mansukh
Sumber: unsplash.com

“Yaitu orang-orang yang memecahkan janji Allah sesudah dia diteguhkan.” (pangkal ayat 27).

Apakah janji Allah yang teguh yang telah mereka pecah? Janji Allah terasa dalam diri kita sendiri-sendiri, yang ditunjukkan oleh akal kita. Janji Allah bersuara dalam batin manusia sendiri. Yaitu kesadaran akalnya. Tadi pada ayat 27 disuruh mempergunakan akal buat mencari di mana janji itu. Apabila akal dipakai mestilah timbul kesadaran akan kekuasaan Tuhan dan perlindungan kepada kita manusia, kalau manusia itu insaf akan akalnya pastilah menimbulkan rasa terimakasih dan rasa pengabdian, ibadat kepada Allah. Sekarang janji di dalam batin itu sendirilah yang mereka pecahkan, mereka rusakkan, lalu mereka perturutkan hawa nafsu.

“Dan mereka putuskan apa yang dihubungkan.”

Apa yang mesti dihubungkan? Yaitu fikiran sihat dengan natijah (konklusi) dari fikiran itu. Karena telah fasik mereka putuskan di tengah-tengah, tidak mereka teruskan sampai ke ujung.

Sebagaimana orang-orang yang mengatakan dirinya Free thinker. Katanya dia bebas berfikir. Lalu berfikirlah dia dengan bebas. Karena sihat fikiran, sampailah dia kepada kesimpulan bahwa tidak mungkin alam yang sangat teratur ini terjadi dengan sendirinya, dengan tidak ada pengaturnya. Fikirannya telah sampai ke sana, tetapi dia putuskan hingga itu saja. Tidak diteruskannya sampai ke ujungnya, sebab itu dia telah fasik, dan telah mendustai dirinya sendiri. Katanya dia berfikir bebas, Free thinker, padahal dia tidak bisa lagi.

“Dan merusak mereka di bumi.”

Kalau fikiran sihat sudah diperkosa itu di tengah jalan, dan dengan paksa dibelokkan kepada yang tidak benar, niscaya kekacauanlah yang timbul. Kekacauan dan kerusakan yang paling hebat di atas dunia ialah jika orang tidak bebas lagi menyatakan fikiran yang sihat. Inilah dia fasik.

Mereka itulah orang-orang yang merugi.” (ujung ayat 27).

Sebab mereka telah berjalan di luar garis kebenaran.

Baca Juga  Tafsir Surah al-Fatihah Ayat 6

Rugilah mereka karena kehinaan di dunia dan azab di akhirat. Yang lebih merugikan lagi ialah karena biasanya orang-orang penentang kebenaran itu ada yang hidupnya kelihatan mewah, sehingga orang-orang yang dungu fikiran menyangka mereka benar, seumpamanya Qarun di zaman Fir’aun. Orang yang kecil jiwanya menjadi segan kepada mereka kebesaran dan kekayaan mereka, lantaran itu mereka bertambah sombong dan lupa daratan. Bertambah tenggelam mereka di dalam kesesatan dan kerusakan karena puji dan sanjung. Lantaran itu bertambah tidaklah dapat lagi mereka mengendalikan diri sendiri.

Timbulah sifat-sifat angkuh, tak mau mendengarkan nasihat orang. Akhirnya mereka bertambah terang-terang berbuat fasik dan berbangga dengan dosa. Akhir kelaknya karena tenaga manusia terbatas, usiapun tidak sepanjang yang diharap, timbullah penyakit, baik rohani atau jasmani. Penyakit gila hormat menimbulkan penyakit lain pula, yaitu cemburu kepada segala orang, bahwa orang itu akan menentangnya. Takut akan jatuh, timbul berbagai was-was; sehingga pertimbangan akal yang sihat dikalahkan oleh prasangka. Tadinya ingin bersenang-senang, hasilnya ialah kepayahan yang tidak berujung. Dicari sebabnya, tidak lain ialah karena kosongnya dada dari pegangan kepercayaan.

Tadinya mereka mencari bahagia tetapi salah memahamkan bahagia. Lantaran iman tidak ada, amalpun tidak menentu. Padahal kalau hendak mencari bahagia, amallah yang akan diperbanyak. Kesenangan dan istirahat jiwa ialah bila dapat mengerjakan suatu amalan yang baik sampai selesai untuk memulai lagi amal yang baru, sampai berhenti bila jenazah telah dihantar ke kubur. Orang yang telah fasik, yang telah terpesona haluan bahtera hidupnya dari tujuan yang benar, akan tenggelamlah dia ke dalam kesengsaraan batin, yang walaupun sebesar gunung emas persediaannya, tidaklah akan dapat menolongnya

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 62 (3): Iman dan Islam

Adakah rugi yang lebih dari ini?

Kemudian datanglah bujuk rayuan Allah kembali untuk menyadarkan manusia supaya jangan menempuh jalan yang fasik dan kufur itu.

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura