Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 107: Milik Allah-lah Langit dan Bumi

Mansukh
Sumber: unsplash.com

“Tidakkah engkau ketahui?” (pangkal ayat 107).

Gaya pertanyaan seperti ini adalah menguatkan kata, yang dinamai Istifham-Inkari. Tidakkah engkau tahu wahai utusanKu? Untuk menekankan perhatian kepada hal yang tengah dibicarakan.

“Bahwasanya Allah itu, kepunyaanNyalah kerajaan langit dan bumi.”

Dia Yang Maha Kuasa mengatur semuanya. Maka jika perhatian telah ditumpahkan kepada Maha Kekuasaan yang meliputi semua langit dan bumi itu, menjadi kecillah urusan menghapuskan satu ayat atau menjadikan suatu ayat terlupa di hati manusia. Maha Kuasalah Tuhan mengatur dan menggantinya dengan yang baru dan lebih baik, atau yang serupa. Karena semua langit dengan berbagai isinya, dengan berjuta-juta bintangnya, dan bumipun dengan semua isinya; lautnya, dan daratnya, adalah seluruhnya di bawah kuasaNya.

Dan yang menentukan perubahan ruang dan perbedaan waktu. Semuanya beredar berirama. Pergaulan manusia, tingkat-tingkat kehidupan, tegaknya kebenaran dan sirnanya kebatilan, semuanya menurut hukum-hukum yang telah tertentu. Semuanya menurut Hukum Sunatullah, mempunyai illat dan ma’lul, sebab dan akibat. Hanya manusia yang picik fikiran jualah yang tidak mengerti akal hal itu:

“Dan tidaklah ada bagi kamu, selain Allah, akan pelindung dan penolong.” (ujung ayat 107).

Yah, kalau manusia sudah faham bahwa kekuasaan atas semua langit dan bumi adalah pada Allah semata-mata, sedang manusia hanyalah sekelompok makhluk yang hidup di dalam bumi, dan bumi hanya satu bintang kecil saja dari antara berjuta-juta bintang yang di lingkungi langit, siapakah lagi kekuasaan lain tempat berlindung, dan di mana lagi kekuatan lain yang dapat menolong?

Seluruh langit dan bumi adalah besar, tetapi Tuhan yang mencipta dan menguasainya adalah Maha Besar. Langit dan bumi yang begitu besar, tiada terjadi atas dayanya sendiri, melainkan atas kehendak Allahu Akbar itu. Manusia kecil di dalam alam, tetapi bila dia insaf akan kedudukan dirinya karena dia ada berakal, lekas-lekaslah dia melindungkan diri dan memohon pertolongan kepada Allah. Lalu diungkapkan dengan kata: Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’inu: Engkau saja yang kami sembah, dan kepada Engkau saja kami memohon pertolongan.

Baca Juga  Watak Sosiologis Suku Quraisy dalam Al-Qur'an

Kesadaran manusia akan kekecilan dirinya itulah yang menyebabkan diapun menjadi makhluk yang berarti di tengah-tengah alam ini.

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura