Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 103: Pahala Allahlah yang Lebih Baik

Mansukh
Sumber: unsplash.com

“Padahal jikalau sekiranya mereka beriman dan bertakwa, sesungguhnya pahala dari sisi Allahlah yang lebih baik; jikalau adalah mereka mengetahui.” (ayat 103).

Artinya, kalaulah mereka langsung saja percaya kepada kebenaran yang dibawa Nabi, dan hidup dengan bertakwa, tidak hanya berkeras kepala dan asyik dengan sihir, bahagia jualah yang akan mereka rasai, karena pahala dari Tuhan. Bukankah pahala dari Tuhan itu yang lebih baik? Lebih membawa keberuntungan, daripada hanya sihir dan khayal yang tak menentu? Sampai mempercayai bahwa Nabi mereka sendiri, Nabi Sulaiman a.s. telah kafir. Tetapi mereka tidak mau tahu itu! Mereka masih berkeras pada hawa nafsu dan mempertahankan ajaran- ajaran pendeta-pendeta mereka yang telah banyak memutar-mutar hukum menurut kemauan mereka sendiri.

Dengan ayat-ayat ini dua kesan yang kita dapat. Pertama al-Quran mempertahankan kesucian Nabi Sulaiman. Orang Yahudi mengakui bahwa Sulaiman adalah Rasul dan Nabi mereka dan Raja mereka. Tetapi dengan semena-mena telah mereka katakan bahwa dekat matinya beliau telah murtad. Nabi Muhammad s.a.w. membantah keras tuduhan jahat itu, dengan al-Quran, dengan Wahyu llahi, dan dalam ajaran Muhammad s.a.w. semua Nabi wajiblah dihormati dan tidak boleh dibedakan.

Dan ini pun telah meniadi dasar i’tikad dalam Islam, bahwasanya sekalian Rasul itu, yang diutus Allah membawa Wahyu llahi kepada manusia, mustahil melakukan dosa besar. Apatah lagi dosa kembali menyembah dewa-dewa karena disesatkan oleh isterinya. Padahal seorang Nabi diutus Tuhan ialah buat menghancurkan berhala.

Kesan yang kedua ialah beberapa buku ganjil yang tersiar dalam kalangan kaum Muslimin di zaman mundumya, yang mengambil khasyiat dari ayat ayat al-Quran untuk satu maksud yang nyata-nyata sihir. Untuk menawan hati perempuan (pekasih), untuk memisahkan suami dengan isterinya (kebenci), untuk memukul orang sehingga pingsan atau mati sekali, untuk menutup mulut orang sehingga tidak berani membuka mulut seketika menagih piutang; semuanya itu, dengan ayat-ayat al-Quran! Apakah ini bukan ketularan Yahudi di zaman Rasul? Yang dipukul demikian keras oleh ayat ini?

Baca Juga  Al-Qur'an Selalu Relevan (1): Melihat Sisi Temporal dan Universal

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura