Tersebut di dalam Perjanjian Lama, dalam “Kitab Raja-raja I”, Fasal 11 dari ayat 1 sampai 10, bahwa Nabi kita Sulaiman alaihis salam di hari tuanya telah menyembah berhala, untuk menuruti kehendak isteri-isteri baginda yang banyak itu. Di situlah tersebut bahwa isteri baginda Sulaiman 700 dan gundiknya 300. Dikatakan pada ayat 3 bahwa segala isterinya itu menyesatkan baginda. Sehingga baginda dirikan beberapa rumah penyembahan berhala, dan turut baginda pergi menyembah berhala itu, sehingga Tuhan Allah murka kepadanya, dan menyatakan bahwa setelah dia mangkat Kerajaannya akan mundur, tidak semegah di zaman ayahnya Nabi Daud lagi.
“Kitab raja-raja” yang menuliskan ceritera Nabi Sulaiman murtad itu menurut kepercayaan orang Yahudi adalah termasuk dalam gabungan Kitab Taurat juga. Dengan demikian orang Yahudipun percaya bahwa Nabi Sulaiman telah kafir. Inilah yang dibantah keras oleh ayat ini.
“Dan mereka ikut apa yang diceriterakan oleh syaitan-syaitan tentang Kerajaan Sulaiman, padahal tidaklah kafir Sulaiman, akan tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir.” (uiung ayat 102).
Siapakah syaitan-syaitan itu? Bukan saja iblis halus yang syaitan, manusia kasar itupun kalau telah membuat berbagai ragam dusta, terutama terhadap kesucian Nabi Allah, adalah syaitan pula. Mereka itulah yang syaitan dan mereka itulah yang kafir. Selain dari menuduh bahwa Nabi Sulaiman di hari tuanya telah murtad, meninggalkan Allah dan menyembah dewa-dewa dan berhala-berhala, karena tertarik oleh isteri-isterinya. Mereka katakan pula bahwa Nabi Sulaiman itu banyak sihirnya. Kerajaan dipelihara atas kekuatan sihir.
“Mereka ajarkan kepada manusia sihir, dan apa yang diturunkan kepada kedua Malak di Babil, Harut dan Marut.”
Syaitan-syaitan itu juga, yaitu manusia-manusia syaitan mengajarkan sihir kepada orang dan mengatakan pula bahwa sihir itu adalah pusaka dari Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman menyimpan berbagai ragam sihir di bawah Mahligai Kerajaannya. Inilah ceritera syaitan-syaitan pembuat bohong yang diterima mereka turun-temurun, sampai menuduh Nabi Sulaiman telah murtad. Dicantumkan pula dalam Kitab yang dinamai pula Taurat.
Ceritera yang tidak masuk akal terhadap seorang Nabi Allah ini diikuti puh oleh Bani Israil di zaman Rasulullah s.a.w., bahkan mereka ceriterakan pula kepada orang Islam yang ada masa itu. Tidak! –kata Tuhan – Sulaiman tidak kafir. Yang kafir ialah syaitan-syaitan itu. Sebab itu apa yang dicatat dalam “Kitab” yang dikatakan suci itu, bukanlah wahyu ilahi, melainkan wahyu syaitan. Di samping mengajarkan sihir tersebut pula ceritera tentang dua orang Malak di negeri Babil, namanya yang seorang Harut dan yang seorang lagi Marut.
Di dalam Qiraat yang umum bagi al-Quran disebut malakaini tetapi ada lagi Qiraat lbnu Abbas dan Abu Aswad dan lain, yaitu Malikaini; yang pertama malak, artinya Malaikat. Yang kedua Malik, artinya raja. Jadi menurut yang pertama, keduanya itu adalah Malaikat adanya.
Ada ahli tafsir menuruti bunyi Qiraat yang pertama Malakaini, dua orang Malaikat, menafsirkan bahwa memang dua Malaikat turun dari langit buat membawa fitnah, tetapi mereka peringatkan kepada setiap orang yang hendak datang belaiar sihir kepada mereka, bahwa kalau kami ajarkan sihir ini jangan kamu pakai untuk yang buruk, sebab kami ini datang hanya semnata-mata sebagai percobaan atau ujian bagi kamu. Itulah yang disebut di lanjutan ayat:
“Padahal mereka berdua tidaklah mengajar seorang melainkan sesudah keduanya berkata: Kami ini tidak lain hanyalah suatu percobaan, maka janganlah kamu kafir. Tetapi mereka pelajari dan pada keduanya apa yang menceraikan di antara seseorang dengan isterinya.”
Walaupun banyak ahli tafsir memakai tafsir ini, atau penafsir-penafsir yang kemudian ikut menjalin ceritera tafsir ini dengan tidak memakai timbangannya sendiri, namun kita tidaklah puas dengan tafsir begini. Dua Malaikat turun dari langit. Sengaja mengajarkan sihir kepada orang. Kepada tiap orang yang belajar mereka katakan bahwa mereka datang hanyalah sebagai fitnah, percobaan atau ujian Tuhan bagi mereka. Kemudian diajarkannya juga sihir itu. Yakni sihir yang berbahaya, yaitu ilmu bagaimana supaya suami-isteri berkasih-kasihan bercerai karena pengaruh ilmu itu.
Cobalah saudara-saudara fikirkan! Cara mengajarkan sihir demikian itu bukanlah kayak perbuatan Malaikat, tetapi perbuatan penipu, tentu maksud Malakaini, dua Malaikat di sini adalah lain. Ahli-ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa ada dua orang yang dipandang orang sebagai orang shalih di negeri Babil itu, namanya Harut dan Marut, sehingga lantaran terkenal shalihnya disebut orang mereka malaikat. Sebagai pendusta-pendusta digelari syaitan-syaitan.
Menurut ahli tafsir yang berpendapat begini, kedua orang itu, Harut dan Marut, karena dia orang baik-baik sampai dikatakan orang seperti malaikat. Macam-macam ilmu yang mereka ajarkan. Ada juga yang meminta diajarkan sihir, merekapun tahu ilmu itu, tetapi siapa yang hendak belaiar diberinya nasihat terlebih dahulu, supaya jangan dipergunakan kepada yang buruk. Yang belajar itu berjanji di hadapan keduanya tidak akan mempergunakan kepada yang buruk, tetapi setelah mereka keluar dari tempat gurunya itu, mereka pergunakanlah kepada yang buruk, sehingga dapat menceraikan suami dengan isterinya.
Ada lagi ahli tafsir menceriterakan bahwa tiap orang yang akan belajar, disuruhnya dahulu pergi buang air-kecil. Setelah orang itu kembali, Ialu ditanyai oleh Harut dan Marut itu, adakah yang keluar? Kalau hanya air kencing saja yang keluar, belumlah mereka mau mengajar. Tetapi setelah ada yang mengatakan ada sesuatu yang keluar dari farajnya, langsung terbang ke langit, barulah orang itu diajarkan. Karena iman orang itu telah keluar dari dalam dirinya, karena yang terbang itu ialah imannya. Maka kafirlah dia dan bisalah masuk pelajaran sihir kepadanya.
[…]
Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura
Leave a Reply