Di Aceh masih banyak ditemui laki-laki dan perempuan yang berikhtilat (bermesraan berduan-duaan), hal ini seperti yang terjadi oleh seorang mahasiswa dan pekerja swasta di taman Bustanussalatin (taman sari) Banda Aceh. Mereka terbuki berikhtilat dan telah melanggar syariat islam. Oleh karenanya, salah satu faktor yang mendasasari seseorang melakukan perbuatan keji tersebut adalah dorongan syaitan ditambah dengan hawa nafsu yang tak terkendali. Perlu sekiranya kita kembali mengambil pelajaran dari kisah tauladan Nabi Yusuf dalam melawan hawa nafsu berdasarkan penafsiran (QS yusuf ayat 53):
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.(Surah Yusuf ayat 53)
Tafsir QS. Surah Yusuf ayat 53
Dalam tafsir Al-Misbah disebutkan bahwa menurut Ibnu Katsir, QS. Surah Yusuf ayat 53 ini adalah lanjutan ucapan istri al-‘aziz yang menggoda yusuf itu. Di sini, setelah pengakuannya yang lalu, dia melanjutkan bahwa, “Aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan dan dosa karena nafsu selalu berbisik dan mengidami-idami. Karena nafsu demikian itu halnya, aku menggodanya. Memang, nafsu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali yang dipelihara Allah. Sesunguhnya tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Al-qur’an Memperkenalkan tiga macam atau peringkat nafsu manusia. Pertama, an-nafs al-ammarah seperti pada ayat ini, yakni yang selalu mendorong pemiliknya berbuat keburukan. Kedua, an-nafs al-lawwamah yang selalu mengecam pemiliknya begitu dia melakukan kesalahan sehingga timbul penyesalan dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan. Dan yang Ketiga, adalah an-nafs al-muthmainnah, yakni jiwa yang tenang karena selalu mengingat Allah dan jauh dari segala pelanggaran dan dosa. (M Quraish Shihab, 2002)
Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsirnya Al-Munir Menyebutkan bahwa QS. Surah Yusuf ayat 53 menunjukkan nafsu cenderung pada syahwat dan melakukan perbuatan buruk yang memang menjadi kesenangan hawa nafsu. Karena itu dibutuhkna kesungguhan pengendalian, penelitian dan perlawanan terhadapnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. Pernah bersabda, ‘Bagaiamana pendapat kalian mengenai seorang teman yang yang jika kalian telah memuliakannya; memberinya makanan dan pakaian lantas ia malah menjerumuskan kalian pada keburukan. Akan tetapi jika teman itu kalian rendahkan; kalian menanggalkannya, dan membiarkannya kelaparan maka ia akan menunjukkan kalian pada kebenaran.” Para sahabat menjawab, “ya rasul, teman seperti itu adalah seburuk-buruknya teman di bumi.” Beliau melanjutkan, “Demi zat yang menguasai jiwa, teman itu adalah nafsu kalian sendiri.” (Wahbah Az-Zuhaili, 2005)
Syahwat dan Nafsu
Berdasarkan surah Yusuf ini dapat dilihat bahwa nafsu syahwat manusia dan syahwat perut keduanya tidak dapat dipisahkan sama sekali dari diri manusia. Selama manusia itu masih hidup. Adapun perilaku yang ditimbulkan karena hawa nafsu yang condong kepada syahwat adalah perbuatan asusila. Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku; yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi dikalangan masyarakat, terutama remaja.
Dapat dilihat dari kejadian baju nabi yusuf yang robek. Wahbah zuhaili didalam tafsirnya menjelaskan bahwa zulaikha (ibu angkat Nabi Yusuf) sangat terpikat dengannya, lalu Zulaikha merayu Nabi Yusuf. Karena keimanan beliau kepada Allah SWT ia pun menolaknya. Nabi Yusuf membuang semua keinginannya dengan dalil-dalil yang dipahami karena semata-mata ketaatan kepada Allah dan berpegang teguh dengan adab yang diajarkan ayahnya dan para pendahulunya.
Ketika Zulaikha (istri Raja Qithril Aziz) gagal memenuhi keinginan hasratnya kepada nabi Yusuf muncul rasa dendam yang membara. Ketika dia melihat suaminya di dekat pintu hendak masuk dia pun menghiasi kebohongan dengan balik menuduh. Seolah memperlihatkan kepada suaminya bahwa Nabi Yusuf yang akan melakukan perbuatan asusila itu. Raja Qithril Aziz (suami zulaikha) mengatakan bahwa dengan beberapa petunjuk yang dilihat bahwa apabila baju Nabi Yusuf robek di depan maka Zulaikha yang benar. Dan sebaliknya jika sobek di belakang maka Yusuf yang benar.
***
Sebab, apabila sesorang itu berbuat hina kepada wanita akan nampak bentuk perlawanannya dari arah depan dan jika pria itu yang lari maka akan nampak bekas pegangan dari wanita itu. Terbukti bahwa robekan di bajunya itu dibelakang, maka Nabi Yusuf yang benar dan terbebas dari tuduhan Zulaikha. Berdasarkan kisah diatas bahwa perbuatan hawa nafsu akan memberikan kecendrungan terhadap perbuatan yang melanggar ketaatan diantaranya adalah perbuatan asusila akibat dari rasa syahwat.
Dari kisah Nabi Yusuf tersebut terdapat beberapa perbuatan tercela akibat rasa syahwat karena menuruti hawa nafsu; Zulaikha menggoda Nabi Yusuf, Zulaikha berbohong kepada suaminya, Zulaikha ingin melakukan perbuatan asusila itu kepada Nabi Yusuf. Dari kisah Nabi Yusuf dapat kita ambil pelajaran bahwa pentingnya istiqamah dalam ketaqwaan sehingga segala cobaan mampu dihadapi begitu juga dengan ujian hawa nafsu yang mengajak kepada kemungkaran.
Penyunting: An-Najmi
Leave a Reply