Definisi Kata Dzan
Dalam al-Quran lafadz الظن berasal dari bahasa Arab yang berarti duga, sangka, kira-kira. Adapun kata dzanna-yadzunnu berarti tahu atau percaya. Selain itu, terdapat beragam bentuk lafadz dzan diantaranya seperti yazunnu, tazunnu, zanna, al-zununa. Oleh karena itu, didalam al-Qur’an terdapat penggunaan lafal dzan yang berbeda-beda. Penyebutan lafaznya dzan saja ditemukan sebanyak 67 kali dalam 55 ayat dalam 32 surah.
Ada yang mengartikan prasangka baik (husnuzdon) dan prasangka buruk (su’udzon). Secara umum lafadz dzan lebih dikenal dengan prasangka buruk, seperti dugaan atau sangkaan akan suatu perkara yang belum dibuktikan sama sekali dan tidak mempunya bukti yang nyata. Bahkan berlakunya tuduhan kepada orang lain tanpa saksi
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan lingkungan sebagai sarana untuk bersosialisasi, berkomunikasi dan berinteraksi. Meskipun memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap dirinya sendiri. Tetapi manusia tetap membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini dilakukan dengan cara hidup bermasyarakat dengan manusia lainnya. Kadang kala diantara mereka sering terjadi perpecahan dan perselisihan yang disebabkan oleh prasangka kepada satu sama lain. Seperti di dalam firman Allah dalam Q.S Al-Hujurat:12:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”.
Dzan dan Bahayanya Bagi Kehidupan Bersama
Di dalam Tafsir Al-Muyassar dikatakan bahwa Allah memperingatkan orang-orang beriman dari prasangka buruk terhadap sesama mukmin. Jauhilah perbuatan itu. Karena sebagian prasangka itu akan menjerumuskan pelakunya ke dalam dosa.
Allah juga melarang mereka untuk tidak mencari-cari aib dan keburukan sesama muslim dan melarang mereka menyebutkan hal yang tidak dia sukai dari saudaranya seagama ketika dia tidak bersamanya (menggunjingnya), dan Allah memperingatkan dengan berfirman:
Hai kaum muslimin, apakah salah satu dari kalian suka memakan daging saudaranya seiman yang telah meninggal? Sebagaimana kalian tidak menyukainya, maka demikianlah kalian seharusnya tidak menyukainya. Bertakwalah kepada Allah dengan mentaati perintah-Nya. Allah Maha Mengampuni dan Mengasihi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Prasangka adalah dugaan-dugaan yang biasanya lebih bersifat negatif. Seseorang yang berprasangka terhadap yang lainnya disebabkan karena penilaian yang tergesa-gesa sebelum tahu banyak tentang karakteristik seseorang tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan informasi tentang suatu kelompok atau individu yang di prasangkainya.
Dalam Islam telah diperintahkan agar prasangka yang tidak beralasan harus dihindarkan, lantaran hal ini dapat menyebabkan retaknya talipersaudaraan bahkan bisa menyebabkan keruhnya pergaulan, yang mana akhirnya satusamalain tidak saling mempercayai.
Klasifikasi Prasangka dalam Ilmu Psikologi
Dalam ilmu psikologi sendiri prasangka dibagi menjadi beberapa level, di antaranya ialah:
Pertama, prasangka yang sifatnya kognitif atau masih berada dalam pikiran kita. Hal ini berdasarkan informasi yang dihitung berdasarkan informasi yang didasarkan pada informasi yang sangat mungkin terbatas atau bahkan tidak valid. Belum lagi, kita juga memiliki bias-bias tertentu yang lahir dari pengalaman masa lalu kita.
Pada tingkat ini, prasangka masih berada di dalam pikiran individu dan mungkin tidak memiliki dampak sosial. Kecuali implikasi psikologis di dalam pikiran kita yang jika kemungkinan akan mempengaruhi cara kita dapat diandalkan dengan orang lain.Prasangka yang sudah mempengaruhi perasaan (feeling) kita. Pada tingkat ini, keputusan kita terhadap orang lain telah mempengaruhi sikap dan emosi kita.
Kedua, perasaan yang lahir dari pesanan yang tidak tepat tersebut sangat mungkin muncul dalam perilaku. Ketika ia muncul dalam perilaku, maka sangat mungkin korban atau target dari prasangka. Khususnya prasangka negatif ini dirugikan secara sosial.
Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al- Hujurat:12. Di dalam ayat ini Allah melarang manusia untuk tidak berprasangka buruk. Sedangkan dalam ilmu psikologi akan dipelajari bagaimana jiwa seseorang yang selalu berprasangka buruk.
Apa jadinya jika ada seseorang yang dalam hidupnya selalu diliputi rasa curiga sampai berlebihan. Tentu itu akan menandakan ada yang salah dengan dirinya. Terlebih lagi jika dirinya tidak bisa membuktikan apakah prasangka dia terhadap orang tersebut benar, tentunya tidak akan membuat hidupnya nyaman. Misalnya:
Hati selalu larut pada perasaan cemas, gelisah dan tak tenang; menimbulkan permusuhan; jiwanya akan selalu merasa kesepian; di matanya semua orang terlihat sama, bak musuh dalam selimut; hidupnya menjadi tak bahagia.
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply