Gunung merupakan salah satu kenampakan alam yang diciptakan Allah di muka bumi. Dalam Al-Qur’an dan sains disebutkan bahwa gunung dapat menimbulkan aktivitas dan itu terjadi atas kehendak Allah.
Dalam literatur-literatur Islam disebutkan berbagai tipologi dan ragam manfaat atas keberadaan gunung. Di antaranya adalah gunung-gunung laksana pasak yang tertancap di atas permukaan bumi dan laksana timbangan-timbangan yang menyeimbangkan bumi. Al-Qur’an telah mengungkapkan sejam 1400 tahun yang lalu tentang potensi gunung ini.
Untuk itu, dalam artikel ini akan dikupas mengenai penjelasan gunung sebagai penjaga stabilitas bumi baik dalam Al-Qur’an maupun hasil penelitian ilmiah.
Gunung sebagai Pasak
Gunung sebagai pasak dijelaskan Al-Qur’an dalam surah An-Naba’ ayat 6-7, yang berbunyi:
اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًاۙ ٦ وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًاۖ ٧
Artinya: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan 6 dan gunung-gunung sebagai pasak?”
Atau dalam surah an-Nahl ayat 15 yang berbunyi:
وَاَلْقٰى فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِكُمْ وَاَنْهٰرًا وَّسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ
Artinya: “Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,”
Penjelasan Kitab Tafsir tentang Gunung
Dalam tafsir al-Wajiz ,surah An-Naba’ ayat 6-7 dijelaskan bahwa kemudian Allah menyebutkan 9 ciptaan-Nya sebagai bukti dan penekanan tentang keyakinan terhadap kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia dari kematiannya. Yang pertama adalah: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan yang layaknya dipan atau tempat menidurkan anak kecil?”. Kami juga menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk menjaga keseimbangan bumi, agar tidak bergerak-gerak.
Sedangkan dalam tafsir Muyassar, surah an-Nahl ayat 15 dijelaskan bahwa Allah menancapkan di dalam bumi gunung-gunung yang menguatkannya. Sehingga bumi tetap stabil bersama manusia, dan menjadikan di dalamnya sungai-sungai agar dapat minum darinya. Kemudian menjadikan padanya jalan-jalan agar dapat memperoleh petunjuk, sehingga dapat mencapai tempat-tempat yang dituju.
Hasil Penelitian Para Ahli
Melalui ilmu geologi dan penelitian para ahli, diketahui bahwa bumi memiliki ketebalan sekitar 3.750 mil dari inti bumi hingga permukaan bumi. Dari ketebalan tersebut, bagian kerak bumi hanya memiliki ketebalan sekitar 1-30 mil.
Kerak bumi merupakan bagian lapisan terluar bumi yang menyerupai kulit yang padat. Sedangkan bagian dalamnya berubah cairan panas. Dengan struktur ini, maka kerak bumi memiliki kemungkinan besar untuk bergerak yang dapat menimbulkan getaran atau goncangan. Secara ilmiah, untuk mengurangi atau menghambat adanya pergerakan tersebut, maka terjadilah fenomena pelipatan kerak bumi.
Ilmu pengetahuan modern kemudian menemukan bahwa jalur pegunungan yang terbentuk dari fenomena lipatan tersebut berperan penting untuk menjaga stabilitas kerak dari goncangan..
Penjelasan Frank Press
Penjelasan ini sesuai dengan gambaran yang disampaikan Frank Press, seorang ahli geologi yang pernah menjadi presiden Akademi Sains di AS. Ia sebagai salah satu penulis buku berjudul Earth, beliau menggambarkan dalam tulisannya bahwa gunung berbentuk seperti pasak. Permukaannya yang dilihat manusia dan menjulang ke permukaan tanah hanya sebagian kecil dari keseluruhan gunung. Bagian gunung yang lain, yaitu akarnya yang tertanam di dalam bumi.
Ketika gunung dibelah dengan bentuk irisan, maka akan terlihat akar atau alur bersama lava yang mengikat kuat di dasar tanah.
Gunung sangat berperan sebagai stabilisator bumi, yang menjaga permukaan bumi agar tidak bergoncang. Ia adalah pasak atau tiang pancang yang memancang permukaan bumi ke bawah dengan aman.
Mengapa Gunung Diistilahkan Sebagai Pasak?
Menurut Frank Press, sebenarnya, kerak bumi mengapung di atas cairan. Lapisan terluar bumi membentang 5 km dari permukaan. Kedalaman lapisan gunung menghujam sejauh yang 35 km. Dengan demikian, pegunungan adalah semacam pasak yang didorong ke dalam bumi. “Jadi inilah yang berfungsi sebagai pasak untuk menstabilkan kerak bumi,” ungkap Press.
Hal senada juga diungkapkan Profesor Siaveda, ahli geologi dari Jepang. Menurut Siaveda, ketika lempengan bumi saling bertumbukkan, maka lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya. Sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Inilah yang mengikat kuat di dasar permukaan bumi.
Penyunting: Bukhari
Leave a Reply