Di era yang sering disebut dengan era 5.0 ini, dunia sedang menyaksikan perubahan yang signifikan dalam segala aspek kehidupan manusia. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara kita berinteraksi, bekerja dan menjalani kehidupan kita sehari-hari. Dalam konteks ini, agama dan pemahaman agama juga mengalami tantangan dan peluang baru.
Tafsir Faid Al Rahman, sebuah karya tafsir Al-Qur’an dengan bobot keilmuan yang mendalam, menjadi signifikan di era 5.0 ini. Karya ini ditulis oleh cendekiawan Islam yang memiliki pemahaman yang baik tentang tantangan zaman dan mengaitkannya dengan nilai-nilai inti Islam. Tafsir ini tidak hanya membahas makna literal dari ayat-ayat suci Alquran, tetapi juga menggali pemahaman yang mendalam tentang penerapan nilai-nilai Alquran dalam konteks modern.
Dalam Tafsir Faid Al Rahman dapat kita temukan upaya mendamaikan paham keagamaan dengan perubahan zaman. Di era 5.0, munculnya teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, analisis data, dan Internet of Things akan mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia. Dalam konteks ini, tafsir ini mencoba membahas bagaimana nilai-nilai agama dapat diterapkan dan menjadi pedoman penggunaan teknologi ini sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Dengan tafsir Al-Quran yang bijak dan berwawasan, Tafsir Faid Al Rahman dapat memberikan inspirasi dan pedoman hidup di era 5.0 ini. Dengan menggabungkan tradisi dan inovasi, kita dapat menjalani kehidupan yang seimbang dan diberkati dengan tetap menjaga keutuhan nilai-nilai keagamaan kita.
Biografi KH Sholeh Darat
Nama beliau adalah Syaikh Muhammad Salih ibn Umar Al Samarani yang dikalangan tokoh jawa sering dikenal KH Sholeh darat. Beliau hidup semasa dengan Imam Nawawi Banten, yakni hidup periode 1820- 1903. Keduanya memang pernah bertemu dan berteman semasa di mekkah, bahkan mereka juga memiliki guru yang sama. KH Sholeh darat merupakan Ulama besar yang turut andil dalam penyebaran ilmu keislaman di Nusantara, khususnya di semarang. Beliau lahir di Kedung jombleng, Muhammad Shalih atau Kyai Soleh darat merupakan anak seorang pejuang dari jawa yakni Kyai Umar, ayahnya seorang pejuang dalam pertempuran diponegoro, hingga wafat ayahandanya masih dikenang hingga selalu diadakan haul untuk ayahnya.
Kyai Sholeh darat belajar agama kepada ayahandanya sendiri, permulaan ia belajar tadjwid hingga melafadzkan ayat- ayat suci hingga benar, setelah itu masa remaja ia habiskan dibeberapa pesantren di jawa hingga pada ahkirnya beliau berangkat ke mekkah untuk menimba ilmu keislaman dan mendapat Ijazah untuk mengajarkan beberapa kitab dari gurunya untuk diajarkan di Nusantara. (Masrur M, 2012)
Tafsir Faid Al Rahman
Jika membahas tentang Kyai Sholeh maka tak asing dengan karyanya yang berjudul Tafsir Faid Al Rahman fi Tarjamah Kalam Malik Dayan, yang berisi tafsir surat Al Fatihah hingga surah An Nisa’. Tafsir Faid Al Rahman menghadirkan perspektif yang berimbang antara tradisi dan inovasi. Di sisi lain, ia mengapresiasi nilai-nilai yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad dan masih relevan hingga saat ini.
Pada poin yang lain, interpretasi ini juga mengkaji peluang dan tantangan baru yang dibawa oleh era 5.0. Ini menawarkan pendekatan baru untuk menjawab pertanyaan agama yang muncul dalam konteks teknologi terkini.
Terdiri dari dua jilid besar, jilid pertama setebal 577 halaman, jilid kedua 705 halaman, diterbitkan oleh Al Muhammadiyah penerbit singapura. Naskah Tafsir ini belum sempurna karena KH Sholeh darat, masih mempertimbangkan banyak hal. Adapun corak tafsir dari karya beliau adalah diawali mencantumkan ayat kemudian diartikan dengan bahasa jawi, setelah itu dikemukakan penafsiran Isyari.
Penafsiran Isyari atau Tafsir Sufi merupakan tafsir yang mentakwil ayat- ayat Al Qur’an yang berbeda dengan dzahirnya. Berdasarkan isyarat- isyarat tersembunyi yang hanya tampak oleh orang- orang cerdas, Menurut Quraish Shihab, pengertian isyary adalah makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an tidak berasal dari bunyi lafal ayat tersebut, tetapi dari unsur-unsur yang ditimbulkan oleh lafal tersebut di atas dalam pikiran mufassir yang jernih hati dan pikirannya, tanpa mempengaruhi maknanya. Pengalaman sufistik sangat berpengaruh untuk menentukan makna- makna dalam setiap ayat- ayat Al Qur’an. (Faiqoh Lilik, 2018)
***
Beliau mengambil sumber dari kitab- kitab ulama klasik, seperti kitab Tafsir Jalalain karya Imam Jalaludin Suyuthi, Tafsir Jawahir tafsir karya Imam Ghozali,Tafsir Qur’anil Adzhim karya Imam Isma’il ibn Amir Ad – Dimsyaqi, Tafsir Lubab At Ta’wil fi Ma’ani At Tanzil karya Syaikh ‘Ala Ad- din Al Khanzi, hingga Tafsir Anwar At Tanzil karya Imam Baidlowi. Menurut Kyai Sholeh darat, menurutnya penta’wilan terhadap Al Qur’an, selama tidak menyalahi nash, dan As Sunnah, maka boleh, selagi banyak pendapat dari para mufasir untuk menafsirkanya.
Karya Kiai Sholeh ini adalah awal dari penafsiran bahasa jawi mulai berkembang di seluruh pesantren, meluas tidak hanya membahas kajian tafsir, namun secara, Fiqh (Yurisprudensi), Tauhid(Theologi), Akhlaq(Etika), Nahwu & Shorof(Kebahasaan). Maka sebab jerih payah Kyai Sholeh ajaran islam semakin dikenal dan berkembang di Nusantara. [2] (Masrur M, 2012).
Tantangan Tafsir Faid Al Rahman di Era 5.0
Dalam dunia yang semakin cepat, perubahan sosial tidak mungkin dielak lagi. Media sosial, Artificial Intelligence, Humanoid, Nanotechnology, Metaverse. Semua itu adalah produksi manusia dalam mengembangkan keilmuan. Tafsir Faid Al Rahman, juga harus semakin bisa mengungkap makna- makna yang terjadi di zaman ini. Ada produktivitas baru dan pemeliharaan ekologi bahasa jawi, untuk merespon kejadian- kejadian yang rumit, ter algoritmik dan tersusun arus viralitas. Pengalaman sufistik pada zaman ini tidak bisa ditolak, karena itu adalah kebutuhan manusia yang mana ia termasuk dalam definisi Human Religius.
Tafsir yang terkenal akan bahasa jawi dan kejernihan makna, seharusnya ghirah KH Sholeh Darat untuk menulis tafsir- tafsir tersebut, beregenerasi. Karena pada saat ini manusia sulit mengontrol yang namanya teknologi dan informasi. Kejernihan nuranti dan fakta empirik seharusnya dijadikan motivasi emosional dalam memproduksi tafsir- tafsir baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak melupakan tradisi, tetapi tradisi menjadi equality for turbulency (keseimbangan untuk gejolak- gejolak). Pada hari ini Ilmu Pengetahuan semakin ter interkoneksitas. Beberapa ilmu menjadi pendorong untuk penyelesaian masalah- masalah fiqh, akhlak dan moral. Aspek Teologis pada hari ini, seharusnya dijadikan representatif Spirit Profetik. (Faiqoh Lilik, 2018)
Teologi seharusnya tidak berputar pada aspek ilahiyah saja, tetapi di kembangkan untuk semangat pembebasan dari kegelapan. Tetapi dalam penyusunan baru untuk tafsir ini, perlu upaya khusus dari segi eksoteris dan esoteris, disertai referensi kitab² klasik sebagai refleksi, juga pengalaman sufistik, ditambah realitas sosial yang terjadi. Kemudian dibahas oleh ijtima’ ulama ahlus sunnah wal jamaah. Baru tafsir tersebut memiliki ciri khas yang berbeda, dengan tradisi yang sama yakni menggunakan “Jawa Pegon”. Sekian dari saya semoga bermanfaat.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.