Mereka yang konsen mengkaji islamic studies terutama bidang ilmu tafsir tentu tak asing dengan kitab tafsir ini. Kitab tafsir dengan judul Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an atau yang terkenal dengan Tafsir ath-Thabari ini adalah karya tafsir spektakuler yang menjadi daftar teratas kitab rujukan. tulisan ini hendak membahas kitab tafsir spektakuler yang ditulis sang bapak tafsir, Ibn Jarir ath-Thabari ini
Latar Belakang Penulisan Tafsir ath-Thabari
Tafsir ini ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib ath-Thabari yang lahir pada tahun 224 H/839 M di Amol, Thabaristan. Beliau dikenal dengan nama panggilan: Abu Ja’far, ath-Thabari, atau Ibnu Jarir
Semangat beliau menekuni ilmu-ilmu Agama Islam, ternyata salah satu yang memotivasinya adalah isyarat mimpi sang ayah yang mengatakan bahwa putranya Muhammad bin Jarir, akan menjadi tokoh besar di kalangan umat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebagai ahli dan rujukan para ulama setelahnya.
Benar saja, salah satu perannya dalam menyampaikan ajaran Tuhan dari firman-Nya adalah kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an sebagai karya tafsir spektakuler tidak hanya pada zamannya namun sampai sekarang kita rasakan dan ambil manfaatnya.
Salah satu pesan yang terkesan dari penamaan kitab tafsirnya Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an adalah bahwa beliau hendak mengatakan bahwa kitab tafsir ini mencakup keseluruhan aspek keilmuan keislaman; akidah, fikih, akhlak, dan lain-lain. Ini ditandai dengan kata Jami’ menyeluruh, sebagaimana kitab hadis Imam al-Bukhari yang diberi nama al-Jami’ al-Shahih.
Kemudian, sebagai mudaf-ilaih kata Jami’, beliau pilih kata al-Bayan. Agaknya beliau memaknai al-Bayan sebagai al-Hujjah atau dalil. Ini terlihat dari penafsirannya yang menggunakan riwayat-riwayat untuk menjelaskan makna ayat.
Untuk memulai penafsirannya, di setiap ayat, kalimat, bahkan kata, selalu beliau awali dengan kalimat “al-qaul fi ta’wil qaulihi ta’ala” yang cocok dengan nama kitab tafsirnya ’an Ta’wil Ay al-Qur’an. Sekiranya ath-Thabari dalam kitab tafsirnya memaknai kata Ta’wil sebagai sinonim kata Tafsir yang berarti penjelasan. Ath-Thabari menamai kitab tafsirnya Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an.
Ini dengan maksud beliau hendak menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan keterangan yang mencakup seluruh aspek keilmuan Agama Islam (akidah, fikih, akhlak, dan lain-lain) dengan riwayat-riwayat dari Nabi sallallahu alaihi wasallam, para sahabat radiyallahu anhum, tabiin dan guru-guru Imam ath-Tabari rahimahumullah.
Paham Teologi dan Mazhab Fiqh Ath-Thabari
Ahl al Al-Sunnah wa al-Jama’ah merupakan aliran pemikiran dari Imam ath-Thabari, sang pengarang kitab. Sebuah paham teologi seorang mufassir akan sangat mempengaruhi hasil dari apa yang ia karang dan imam ath-Thabari ini termasuk dari pengikut aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah.
Ath-Thabari pada awalnya adalah pengikut mazhab Syafi’i kemudian beliau senantiasa berijtihad sendiri dalam masalah fiqih hingga mendirikan mazhab yang dinamakan al-Jaririyyah, dan memiliki sejumlah jamaah yang mengikuti mazhabnya.
Adz-Dzahabi menyebutkan sebagaimana yang dikutip oleh Faizah Ali Syibromisi dan Jauhar Azizy bahwa ath-Thabari memiliki mazhab sendiri yang bernama al-Jaririyyah, namun mazhab ini tidak bertahan lama seperti mazhab-mazhab yang lainnya. Mazhab ini lebih dekat dengan mazhab Syafi’i dalam hal teori fikihnya.
Sumber Penafsiran Tafsir Ath-Thabari
Sumber penafsiran tafsir Jami’ al-Bayan adalah bi al-ma’tsur, yaitu penafsiran yang bersumber kepada ayat-ayat al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang disandarkan kepada Nabi, pendapat para sahabat dan para tabi’in.
Dalam masalah penggunakan hadits Nabi, beliau hanya menggunakan hadits shohih baik matan ataupun sanad, jikalau ada hadits dhoif beliau mengkritisi baik dhoif sanad ataupun matan.
Corak Tafsir
Tafsir ath-Thabari tidak memliki corak secara khusus dalam penafsiran karena ath-Thabari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan riwayat. Namun, tidak sepenuhnya hanya menggunakan riwayat, ath-Thabari juga menggunakan ra’yunya untuk men-tarjih riwayat mana yang lebih unggul diantara riwayat-riwayat yang ada.
Metode Penulisan
Metode tafsir yang digunakan ath-Thabari adalah metode tahlili yaitu suatu metode yang menafsirkan ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalamnya yang urutannya disesuaikan dengan tertib surat yang ada dalam mushaf Utsmani.
Metode tafsir ini menjelaskan pula mufradat (kosakata), munasabah (korelasi antar ayat ataupun antar surat), asbab al-nuzul (keterkaitan turunnya ayat dengan suatu peristiwa), dan mengutip dalil-dalil dari Nabi saw, sahabat, dan tabi’in. Metode tahlili adalah metode tafsir yang menganilisis ayat al-Quran dengan berbagai bidang keilmuan.
Tafsir ini disebut tafsir tahlili karena menyoroti ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung didalamnya sesuai dengan urutan bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an mushaf Uthmani. Dan metode ini termasuk metode penafsiran yang paling tua yang sudah dimulai sejak jaman masa sahabat Nabi Muhammad Saw.
Referensi Tafsir
Lautan keilmuan yang dimiliki Ath-Thabari didalam menafsirkan ayat-ayat al-qur’an disamping menggunakan atsar (riwayat nabi), sahabat, tabi’in; beliau menggunakan syair Arab dan shirah nabawiyah. Dari sumber hadits nabi, ath-Thabari hanya menggunakan hadist-hadist yang shahih, baik sanad maupun matannya. Beliau juga mengomentari atau mengkritisi bila terdapat hadis yang daif (lemah), baik sanad maupun matan.
Selanjutnya ath-Thabari mengutip penafsiran dan pendapat dari beberapa sahabat. Terdapat sepuluh sahabat yang seringkali beliau kutip yaitu; Khulafa al-Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Albdullah bin Abbas, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair.
Sedangkan dari kalangan tabi’in sering mengutip riwayat dan pendapat Sa’id bin Jabir, Mujahid bin Jabir, Ikrimah dan al-Dhahhak. Dan rujukan tafsir at-Thabari dari kalangan Tabi’in beliau merujuk pada; tafsir Abd al-Rahman bin Zaid bin Aslam, tafsir ibn Juraij, dan tafsir Muqatil bin Hayyan.
Rujukan aht-Thabari dalam hal kebahasaan, nahwu, dan syair Arab Klasik mengacu kepada; kitab ‘Ali bin Hamzah al-Kisa’i, kitab Ma’ani al-Qur’an karya Yahya bin Ziyad al-Farra’i, kitab Abi al-Hasan al-Akhfasy, kitab Abi ‘Ali Qirthrb, Majazi al-Qur’an karya Abi ‘Ubaidah, dan lain sebagainya.
Karakteristik Tafsir
Secara umum, Tafsir ath-Thabari memiliki beberapa karakteristik penafsiran, diantaranya; kitab tafsir ini merupakan tafsir bil ma’tsur yang sempurna, ath-Thabari menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
- Menempuh jalan tafsir atau takwil.
- Melakukan penafsiran ayat dengan ayat (munasabah) sebagai aplikasi norma tematis “al-Qur’an Yufasiiru Ba’duhu Ba’ed”.
- Menafsirkan al-Qur’an dengan as-Sunnah/al-Hadist (bil ma’tsur).
- Bersandar pada analisis bahasa (lughoh) bagi kata yang riwayatnya diperselisihkan.
- Mengeksplorasi sya’ir dan menganalisa prosa Arab (lama) ketika menjelaskan makna kosakata dan kalimat.
- Memperhatikan aspek i’rab dengan proses pemikiran analogis untuk ditashih dan tarjih.
- Pemaparan ragam qiraat dalam rangka mengungkap (al-Kasyf) makna ayat.
- Membeberkan perdebatan di bidang fiqih dan teori hukum islam (ushul al-Fiqh) untuk kepentingan analisis dan istinbat hukum.
- Mencermati korelasi (munasabah) ayat sebelum dan sesudahnya, meski dalam kadar yang relatif kecil.
- Melakukan sinkronisasi antar makna ayat untuk memperoleh kejelasan dalam rangka untuk menangkap makna secara utuh.
Demikian sekilas tafsir fenomenal karya Imam ath-Thabari.
Kanal Tafsir Mencerahkan
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.