Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Tafsir Al-Fatihah Ayat 1: Polemik Basmallah

Darah
sumber: unsplash.com

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Dengan nama Allah Yang Maha Murah, Maha Penyayang”

Dan titik pertemuan faham mereka yang kedua ialah bahwa menurut ajaran Rasulullah sendiri, sekalian Surat al-Quran yang 114 Surat, kecuali Surat Baraah (at-Taubah) semuanya dimulai menuliskannya dengan Bismillah itu selengkapnya, menurut yang tertulis di ayat 30 Surat an-Naml itu. Maka Mushaf pertama yang ditulis oleh panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit atas perintah Khalifah pertama Saiyidina Abu Bakar itu adalah menurut yang diajarkan Nabi itu, pakai Bismillah di awal permulaan Surat, kecuali Baraah (at-Taubah).

Dan Mushhaf Saiyidina Usman bin Affan pun ditulis cara demikian pula. Semua pakai Bismillah, kecuali Baraah. Tentang Bismillah ada di permulaan tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah atau at-Taubah, tidaklah ada perselisihan Ulama. Yang diperselisihkan ialah terletaknya di pangkal Surat itu menjadikan dia termasuk dalam Surat itukah, atau sebagai pembatasnya dengan Surat-surat yang lain saja, atau dia menjadi ayat tunggal sendiri.

Golongan terbesar dari Ulama Salaf berpendapat bahwa Bismillah di awal Surat adalah ayat pertama dari Surat itu sendiri. Beginilah pendapat Ulama Salaf Makkah, baik Fuqahanya atau ahli Qiraat; di antaranya ialah Ibnu Katsir dan Ulama Kufah, termasuk dua ahli Qiraat terkemuka, Ashim dan al-Kisaa’i. Dan sebagian sahabat-sahabat Rasulullah dan Tabi’in di Madinah.

Dan Imam Syaf’i di dalam fatwanya yang jadid (baru), demikian pula pengikut-pengikut beliau. Dan Sufyan as-Tsauri dan Imam Ahmad pada salah satu di antara dua katanya. Demikian pula kaum al-lmamiyah (dari Syi’ah). Demikian pula dirawikan daripada ulama sahabat, yaitu Alibin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah; dan Ulama Tabi’in, yaitu Said bin Jubair, Athaa’ dan az-Zuhri dan lbnul Mubarak.

Baca Juga  Tafsir Surah Al-Ma'idah Ayat 32: Kewajiban Merawat Bumi

Alasan mereka ialah karena telah ijma seluruh sahabat Rasulullah dan yang datang sesudah mereka berpendapat bahwa Bismillah itu wajib ditulis di pangkal setiap Surat, kecuali di pangkal Surat at-Taubah. Dikuatkan lagi dengan larangan keras Rasulullah s.a.w. memasukkan kalimat-kalimat lain yang bukan termasuk kepadanya, sehingga al-Quran itu bersih daripada yang bukan wahyu.

Sedangkan kalimat Amin yang jelas-jelas diperintahkan membacanya oleh Rasulullah sehabis selesai membaca waladh-dhallin, terutama dibelakang imam ketika sembah yang jahr, lagi tidak boleh dimasukkan atau dicampurkan ke dalam al-Quran, khususnya al-Fatihah, ketika menulis Mushaf, apatah lagi menambahkan Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahim di pangkal tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah, kalau memang dia bukan termasuk Surat itu.

Pendapat mereka ini dikuatkan lagi oleh sebuah Hadis yang dirawikan oleh imam Muslim di dalam Shahihnya, yang diterima dari Anas bin Malik. Berkata Rasulullah s.a.w.:

Telah diturunkan kepadaku tadi satu Suroh. Lalu beliau baca: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau sangat banyak, maka sembahyanglah engkau kepada Tuhan engkau dan hendaklah engkau berkorban, sesungguhnya orang yang benci kepado engkau itulah yang akan putus keturunan.

Di datam Hadis ini terang bahwa di antara Bismillahir-Rahmanir-Rahim dibaca senafas dengan Surat yang sesudahnya. Di sini berlakulah suatu qiyas, yakni sedangkan Surat Inna A’thaina yang paling pendek, lagi beliau baca senafas dengan Bismillah sebagai pangkalnya, apatah lagi al-Fatihah yang menjadi ibu dari segala isi al-Quran. Dan apalah lagi Surat-surat yang panjang-panjang.

Dan sebuah Hadis lagi yang dirawikan oleh ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, berkata dia: Berkata Rasulullah s.a.w.:

Apabila kamu membaca Alhamdulillah (yaitu Surat al-Fatihah) maka bacalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim, maka sesungguhnya dia adalah lbu al-Quran dan Tujuh yang diulang-ulang, sedang Bismillahir-Rahmanir-Rahim adalah salah satu daripada oyatnya.

Demikianlah pendapat dan alasan-pendapat dari Ulama-ulama yang berpendirian bahwa Bismillah di pangkal tiap-tiap Surat termasuk dalam Surat itu sendiri, bukan terpisah, bukan pembatas di antara satu Surat dengan Surat yang lain.

Baca Juga  Idul Fitri: Mengawal Mindset dalam Pendidikan Diri

Tetapi satu pendapat lagi, Bismillahir-Rahmanir-Rahiim di pangkal Surat itu adalah ayat tunggal, diturunkan untuk penjelasan batas atau pemisah, jangan tercampur-aduk di antara satu Surat dengan yang lain. Yang berpendapat begini ialah lmam Malik dan beberapa Ulama Madinah. Dan Imam al-Auza’i serta beberapa Ulama di Syam dan Abu Amer danYa’kub dari Bashrah.

Dan ada pula satu pendapat tunggal darilmam Ahmad bin Hanbal, yaitu bahwa pada al-Fatihah sajalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu termasuk ayat, sedang pada Surat-surat yang lain tidak demikian halnya.

Oleh karena masalah ini tidaklah mengenai pokok akidah, tidaklah kita salah jika kita cenderung kepada salah satu pendapat itu, mana yang lebih dekat kepada penerimaan ilmu kita sesudah turut menyelidiki. Adapun bagi Penafsir ini, terlepas daripada menguatkan salah satu pendapat, maka di dalam menafsir Bismillahir-Rahmanir-Rahim pada pembukaan al-Fatihah, kita jadikan dia ayat yang pertama, menurut Hadis Abu Hurairah yang dirawikan oleh ad-Daruquthni itu. Dan tidak mungkin Bismillohir-Rahmanir-Rahim dimuka al-Fatihah itu disebut sebagai satu ayat pembatas dengan Surat yang lain, karena tidak ada Surat lain yang terlebih dahulu daripada Surat al-Fatihah.

Karena itu maka Bismillahir-Rahmanir-Rahim yang pada al-Fatihah inilah yang kita tafsirkan lebih luas, sedang Bismillah yang 112 Surat lagi hanya akan kita tuliskan terjemahannya saja. Sebab tentu saja membosankan kalau sampai 113 Bismillah ditafsirkan, dan 114 dengan Bismillah dalam Surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis dalam Surat an-Naml itu.

Sumber: Tafsir Al-Azhar Prof. HAMKA. Pustaka Nasional PTE LTD Singapura

Tanwir.id
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.