Surah Ali Imran ayat ke 104 adalah salah satu ayat dalam al Quran yang cukup banyak diketahui dan dihafal oleh umat Islam. Ayat ini cukup dikenal sebagai ayat dakwah karena banyak gerakan dakwah Islam yang menjadikan ayat ini sebagai landasan utama pergerakan mereka. Lantas apa isi kandungan dari ayat ini?
Perintah Menjaga Nikmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali Imran: 104)
HAMKA dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa untuk menafsirkan ayat ini perlu merujuk pada ayat sebelumnya yakni ayat 103. Dalam hal ini, menurut HAMKA pada ayat 104 surah Ali Imran adalah seruan untuk menjaga kenikmatan yang Allah Swt. berikan, sebagaimana tertera pada ayat 103 surah Ali Imran.
Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S Ali Imran: 103)
Kenikmatan berupa persaudaraan (ukhuwah) dan kelembutan hati antar sesama, dan juga diselamatkannya dari jurang nereka, harus tetap dijaga dengan hendaknya ada di antara umat Islam yang menyediakan diri untuk mengadakan ajakan atau seruan (kebaikan), atau secara sederhana disebut dengan dakwah.
Ma’ruf dan Munkar
Dalam lanjutan penjelasan ayat ini, HAMKA menyinggung tentang dua kata penting yakni ma’ruf dan munkar. Kata ma’ruf menurut HAMKA berasal dari ‘urf, yang dikenal, atau yang dapat dimengerti dan dapat difahami serta diterima oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan dipahami dan diterima masyarakat karena begitulah yang patut dikerjakan oleh manusia yang berakal.
Sedangkan munkar artinya ialah yang dibenci, yang tidak disenangi, yang ditolak oleh masyarakat, karena tidak patut, tidak pantas. Tidak selayaknya yang demikian dikerjakan oleh manusia berakal. Dalam keterangan lain, Hamka menuliskan bahwa kelezatan dan kepuasan iman itu hanya didapat dengan perjalanan akal yang lanjut. (HAMKA, Pelajaran Agama Islam)
Agama datang menuntun manusia dan memperkenalkan mana yang ma’ruf itu dan mana yang munkar. Dari sini dapat dipahami bagaimana pentingnya kecerdasan beragama pada masyarakat. Sebab dengan tingginya kecerdasan beragama bertambah kenal orang tentang yang ma’ruf dan bertambah benci orang kepada yang munkar.
Menyampaikan ajakan kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar itulah yang dinamai dakwah. Dengan adanya ummat yang berda’wah agama menjadi hidup, tidak menjadi seolah-olah mati.
Menumbuhkan Kesadaran Beragama
Berdakwah atau menjalankan dakwah bukanlah perkara yang bisa dianggap mudah. Ada beberapa hal yang perlu dipahami atau disiapkan bagi siapa saja yang mau “mengambil” tugas mulia ini. Layaknya menuju medan tempur, tentu mesti memiliki bekal dan amunisi untuk mengahdapi kemungkinan-kemungkinan yang ada. Begitupun dakwah, saat melaksanakan dakwah, para da’i akan dihadapkan berbagai macam karakter pada diri mad’u (objek dakwah) yang tentu akan merepotkan apabila sang da’i tidak memiliki kemampuan dan kriteria yang menumpuni.
Melanjutkan penafsiran ayat 104 dari surah Ali Imran, HAMKA menyebutkan bahwa pentingnya kesadaran beragama adalah amunisi penting dalam dakwah. Hal ini karena kesadaran beragama akan mengarahkan manusia pada pemahaman tentang ma’ruf dan munkar. Selanjutnya ialah timbul dan tumbuhnya rasa kebaikan dalam jiwa. Rasa yang menyebabkan pahamnya dan berani menegakkan mana yang ma’ruf dan menentang mana yang munkar.
Dalam keterangan lain, HAMKA menyebut bahwa siapapun yang hendak berdakwah harus mencocokan dirinya dengan Nabi Muhammad Saw. (HAMKA, Pelajaran Agama Islam). Tentu siapapun tidak akan bisa “meniru” seratus persen sosok Nabi. Tetapi wajib bagi setiap muslim khususnya yang akan menjalankan dakwah untuk bisa semaksimal mungkin mengikuti akhlak, kepribadian, dan tentu pengetahuan (soal-soal agama, halal-haram).
Semoga dengan pendalaman makna ayat 104 surah Ali Imran ini, umat Islam bisa menjadi pribadi yang bisa merepresentasikan dakwah dengan sebenar-benarnya. Mari bersama menumbuhkan semangat amar ma’ruf dannahi munkar dengan penuh semangat persaudaraan, moderasi, dan kemajuan umat.
“Selama kesadaran dakwah masih ada, selama itu pula kemenangan dan kejayaan akan dapat dipelihara dan akan dapat dicapai kembali kalau dahulu telah pernah terlepas dari tangan.”
-Buya HAMKA-
Penyunting: M. Bukhari Muslim
Leave a Reply