Stoikisme, juga disebut Stoa adalah nama sebuah aliran atau mazhab filsafat Yunani kuno yang didirikan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. Ada pula yang mencatat stoikisme baru resmi pada tahun 108 SM. Stoikisme adalah salah satu aliran filsafat yang memiliki pandangan hidup bahwa manusia harus mampu mengontrol emosi dirinya sendiri untuk dapat mensyukuri apa pun yang telah terjadi. Konsep Stoikisme ini sejalan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwasannya, “Aku sesuai persangkaan baik hamba-Ku. Maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sebagaimana yang ia mau” (HR. Ahmad).”
Mengenal Filsafat Stoikisme
Stoikisme atau dalam bahasa Indonesia disebut filosofi teras adalah salah satu aliran filsafat kuno yang didirikan oleh seorang filosof bernama Zeno. Stoikisme ini sudah banyak dan sering dipraktikan oleh banyak orang, tetapi belum mengetahui maknanya. Filsafat yang cukup rumit memuat banyak hal, antara lain metafisika, etika, dan masih banyak lagi.
Stoikisme sendiri lebih mengarah pada sikap dan sifat etika dalam berfilsafat, artinya menilai kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Prinsip dari Stoikisme lahir dari prinsip utama Stoa kuno yangmeyakini bahwa kita tidak bereaksi terhadap peristiwa. Kita bereaksi terhadap penilaian kita tentang mereka, dan penilaian tersebut bergantung pada diri kita sendiri.
Filosofi tersebut juga menyarankan bahwa kita tidak perlu khawatir tentang hal-hal di luar kendali kita karena segala sesuatu dalam hidup dapat dibagi menjadi dua kategori. Hal-hal yang ada dalam kendali kita dan terserah pada diri kita dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Singkatnya Stoikisme adalah filosofi yang mengajarkan bagaimana menjaga pikiran yang tenang dan rasional tidak peduli apa yang terjadi pada diri dan itu membantu untuk memahami dan fokus pada apa yang dapat dikendalikan dan tidak khawatir tentang dan menerima apa yang tidak dapat dikendalikan.
“Manusia terganggu bukan oleh hal-hal, tetapi oleh pandangan yang dia ambil dari mereka.” — Epictetus.
Cara Bersyukur atas Segala Kehendak Allah
Ada banyak cara bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, yang paling mudah adalah dengan mengucapkan lafaz hamdalah, lebih dari itu, Allah menyebutkan dan memerintahkan untuk bersyukur, dalam firmannya QS. Al-Kautsar;
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Artinya : “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”
Pada ayat pertama Allah menjelaskan, bahwa Dia sudah memberikan sesuatu yang banyak, di antara sesuatu yang banyak itu salah satunya adalah kenikmatan berprasangka baik, kemudian pada ayat kedua Allah memberikan cara untuk menyikapi nikmat itu, yakni dengan memperbaiki shalat dan berkurban, dalam hal ini berkurban bukan hanya pada saat idul adha, tetapi lebih dari itu berkurban harta, berkurban pikiran guna melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya atau mentaati aturannya, maka ketika sholat sudah dijalankan, berkurban sudah dilakukan, pasti akan ada saja yang membenci, pasti ada saja yang mencela, maka Allah memberikan sumpah pada ayat ketiga, bahwa orang-orang yang seperti itu akan Allah jauhkan dari rahmat-Nya.
Stoikisme dan Bersyukur
Banyak dari apa yang terjadi dalam hidup tidak berada dalam kendali kita. Kaum Stoa mengakui kebenaran yang tak terbantahkan ini, dan sebaliknya berfokus pada apa yang bisa mereka lakukan. Allah dalam surat Al-Kautsar sudah memberikan sumpahnya untuk orang-orang yang membenci kita. Maka Stoikisme ini sejalan dengan apa yang Nabi sabdakan, jika berprasangka baik maka hasilnya baik dan jika berprasangka buruk maka hasilnya buruk.
Stoikisme mengajak untuk tidak terlalu berekspektasi tinggi dan terlalu menaruh harapan kepada manusia, namun mengajarkan untuk selalu menaruh harapan kepada Allah SWT serta untuk selalu bersyukur, dengan adanya ajaran filsafat ini, maka bersyukur menjadi tidak terlalu sulit.
Wallahu’alam.
Editor: An-Najmi

























Leave a Reply