Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Sosok Ibu Sekaligus Ulama Indonesia

sosok ibu siti walidah
sumber: republika.co.id

Impian terbesar seorang wanita adalah menjadi sosok Ibu yang meneduhkan dan penuh inspirasi, karena ternyata, sosok ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan seorang anak. Ketika seorang ibu telah menyiapkan dirinya dengan berbagai bekal ilmu dan akhlak yang mulia, maka akan terciptalah generasi-generasi yang gemilang dan bisa menjadi garda terdepan dalam membela kebenaran.

Generasi-generasi emas tersebut akan terus mengaplikasikan pendidikan yang didapatnya dari ‘madrasah al-ula’ nya, yakni Ibu. Menurut Dr. Ben Hamel, seorang ahli genetika dari Netherlands, beliau berkata bahwa kecerdasan seorang anak terkait dengan kromosom X yang berasal dari ibu. Ibu yang memiliki 23 pasang kromosom XX sangat berperan dalam kecerdasan seorang anak.

Sehingga seorang Ibu yang cerdas sangat berpotensi melahirkan generasi yang cerdas pula. Namun, bayangkan bagaimana jika anak-anak diasuh oleh seorang Ibu yang tidak mempersiapkan dirinya dengan bekal yang cukup!

Kita bahkan sudah tidak asing dengan kisah sosok Ibu luar biasa yang juga melahirkan anak-anak yang tak kalah luar biasanya. Berikut merupakan contoh kecil dari sosok Ibu yang luar biasa. Yang selain menjadi Ibu, mereka juga berada pada barisan ulama wanita di Indonesia yang patut dijadikan sebagai teladan.

Nyai Ahmad Dahlan

Beliau adalah Siti Walidah, yang merupakan istri dari KH. Ahmad Dahlan, sosok hebat pendiri Muhammadiyah. Siti Walidah biasa disapa dengan Nyai Ahmad Dahlan. Sapaan itu mulai digunakan ketika beliau menikah dengan KH. Ahmad Dahlan.

Nyai Ahmad Dahlan merupakan wanita kelahiran Kauman, Yogyakarta. Beliau dilahirkan pada tahun 1872. Nyai Ahmad Dahlan menerima pendidikan keislamannya langsung dari ayahnya, seorang pejabat agama di Keraton Jogja.

Beliau sangat gigih dan serius dalam mendalami ilmu-ilmu, hal ini terlihat dari intensnya Nyai Ahmad Dahlan dalam belajar, terutama dari kitab-kitab agama yang berbahasa Arab-Jawa, atau biasa disebut dengan Arab Pegon.

Baca Juga  Belajar dari Gereja: Doa dan Bimbingan Keluarga

Setelah menikah dengan KH. Ahmad Dahlan, keinginan belajar Nyai semakin besar, seiring dengan semangatnya dalam mengamalkan ilmu. Ternyata, pernikahan bukanlah sebuah hambatan untuk terus mempelajari ilmu yang tak terbatas.

Di tahun 1914, beliau merintis perkumpulan pengajian yang berisi para perempuan dengan nama ‘Sopo Tresno’. Berkat keistimewaan beliau dalam menyampaikan kebenaran, ‘Sopo Tresno’ menjadi embrio sebuah organisasi yang namanya sudah sangat terkenal, yaitu Aisyiyah.

Rohana Kudus

Rohana Kudus diahirkan pada 1884 di Minangkabau. Sejak kecil, Rohana Kudus memiiki hobi membaca yang tidak biasa. Semua buku yang dimiliki ayahnya habis dilahapnya, mulai dari buku, majalah, hingga surat kabar.

Kebiasaaannya yang unik ialah membaca surat kabar dengan nada dan suara yang cukup lantang. Pada masa beliau masih kecil, saat di luar rumah, anak-anak biasanya hanya diajarkan shalat dan mengaji, sehingga tidak heran jika anak-anak seumurannya tidak bisa baca tulis al-Quran.

Rohana yang kecil, tidak ingin seperti temannya.Ia selalu hendak belajar baca tulis al-Quran sampai memahami maknanya. Saat sudah mulai memahaminya, ia mulai semangat untuk menyebar manfaat kepada murdi-muridnya.

Pada satu kesempatan, Rohana Kudus berkata,

“Perempuan harus sehat jasmani dan rohaninya, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah, semuanya hanya akan terpenuhi dengan memilkiilmu pengetahuan.”

Rahmah el Yunusiyah

Seorang wanita kelahiran Padang Panjang ini merupakan murdi Abdul Karim Amrullah (Ayah Buya Hamka) setiap sore di Surau Jembatan Besi, Padang Panjang. Beliau dilahirkan pada tahun 1900. Pendidikannya ditempuh di Diniyah Putri School.

Rahmah el Yunusiyah mempelajari banyak hal, mulai dari Bahasa Arab, fiqh, hingga ushul fiqh. Selain belajar kepada ayah Buya Hamka, beliau juga belajar kepada ulama lain yang terkemuka, seperti Tuanku Muda Abdul Hamid Hakim (Pimpinan Sekolah Tawalib Padang Panjang), Syaikh Daud Rasjidi, Syaik Abdul Latif Rasjidi, dan Syaikh Muhammad Jamil Jambek.

Baca Juga  Mahmud Yunus: Guru Cum Mufasir

Tidak hanya ilmu agama, beliau juga banya belajar ilmu lain, beliau pernah belajar menjadi bidan dan menjahit. Bagi beliau, pendidikan bagi wanita harus dapat menjadi media agar wanita bisa berperan dengan baik di keluarga maupun di lingkungan.

Ketiga tokoh di atas hanyalah contoh kecil dari sosok-sosok luar biasa. Bagaimanapun, sosok Ibu harus bisa menjadi tauladan bagi anaknya.

Editor: Rubyanto