Pemaaf mempunyai arti orang yang rela atau ikhlas memaafkan kesalahan orang lain tanpa adanya rasa ingin membalas kejahatan atau kesalahan kepada orang yang bersangkutan. Pemaaf atau al-‘afw dalam bahasa Arab artinya penghapusan, bertambah (berlebih), ampun, atau anugerah.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, setiap orang punya kekhilafan dan kesalahan terhadap orang lain. Terkadang diri kita sendiri mempunyai salah terhadap orang lain. Namun Islam mengajarkan kita untuk memiliki sikap al’afw (pemaaf) yang tidak mempunyai rasa dendam terhadap kesalahan orang lain. Bahkan Allah memerintahkan hambanya untuk menjadi pemaaf dan mengerjakan yang ma’ruf, Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf (7): 199,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Pernahkah kalian diberlakukan tidak baik oleh teman kalian, baik disengaja atau tidak disengaja? Apa yang kalian rasakan? Sebal, mengesalkan dan tidak terima atas perlakuannya? pasti salah satu dari kalian ada yang merasakan. Menganggapnya sebagai orang yang jahat lalu kamu mendiamkannya dan tidak peduli yang membuat orang tersebut merasa kamu juga salah di pandangan orang tersebut. Terjadilah permusuhan di antara keduanya, gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu dan tidak mau memaafkan kalau belum ada yang minta maaf.
Allah berfirman dalam QS. Fussilat (41): 34-35, orang-orang yang berbuat kebaikan tidaklah sama dengan orang-orang yang berbuat kejahatan. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menyikapi kejahatan atau keburukan yang diterima hamba-Nya dengan memaafkan, santun serta kebaikan. Maka akan menjadikan situasi yang membuat dua orang atau lebih saling bermusuhan akan menjadi akrab. Sikap memaafkan tersebut hanya Allah anugerahkan kepada orang-orang yang sabar dan memiliki keuntungan yang besar.
Mengapa Kita Harus Memaafkan?
Memaafkan bukanlah hal yang mudah dilakukan, apalagi ketika seseorang mempunyai kemampuan untuk membalas kejahatan orang lain. Ketika seseorang merasa kejahatan yang diterima adalah hal yang menyakitkan. Namun, Rasulullah telah memberikan contoh umatnya untuk memaafkan. Rasulullah tak pernah membalas ketika Rasulullah diperlakukan tidak baik, justru Rasulullah membalasnya dengan kebaikan.
Akhlak Rasulullah yang sangat mulia, dijelaskan dalam beberapa firman Allah:
- Q.S. Al-Baqarah:109
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2. Q.S Ali Imran: 159
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
3. Q.S Al-Maidah: 13
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali hanya sekelompok kecil saja di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Menjadi Pemaaf
Rasulullah telah mencontohkan sebagai pemaaf dan Allah tidak perlu diragukan lagi karena Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang terhadap hamba-Nya. Allah saja Maha Pengampun untuk menerima taubat hamba-Nya yang berbuat dosa, mengapa kita yang sebagai hamba-Nya perlu banyak alasan untuk memaafkan kesalahan orang? Bukankah memaafkan merupakan yang mulia? Allah berfirman dalam QS.An-Nur ayat 22 yang berbunyi:
وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapangdada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sahabat Rasulullah yang berasal dari suku Badui mempunyai amalan yang sangat sederhana yaitu memaafkan kesalahan orang lain dan tidak ada rasa benci sedikit pun sebelum tidur.
Rasulullah Saw pernah bersabda, “Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, tetap memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu”(HR. Thabrani).
Jika kita mempunyai kesalahan, meminta maaf sesegera mungkin, dan jika orang lain melakukan kesalahan terhadap diri kita maafkanlah. Rasulullah adalah suri teladan yang paling baik untuk umatnya serta Allah Maha Pengampun untuk hamba-Nya. Meminta maaf adalah hal yang mudah, yang susah gengsinya. Memaafkan adalah hal yang mulia, yang sulit itu ego kita. Bukankah lebih adem melihat kedamaian daripada permusuhan? Maka maafkanlah, karena damai itu indah.
Penyunting: M. Bukhari Muslim


























Leave a Reply