Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Semantik dan Hermeneutik: Kajian tentang Makna

Semantik
Sumber: uidownload.com

Makna merupakan tujuan utama yang ingin disampaikan penulis dalam teks yang ditulisnya. Namun demikian tidak jarang adanya perbedaan pandangan di antara pembaca saat membaca teks tersebut. Hal tersebut juga ditemui dalam memahami teks suci umat Islam, yaitu al-Quran.

Terdapat beberapa ilmu yang dapat digunakan untuk meminimalisir kesalahan dalam mencari makna yang terdapat dalam al-Quran, di antaranya adalah nahwu, shorof, maanil quran, qiroat, dan beberapa ilmu lain. Selain beberapa ilmu tersebut, terdapat ilmu lain yang dapat digunakan untuk memahami makna al-Quran, yaitu semantik dan hermeneutik.

Semantik dan Hermeneutik

Semantik dan hermeneutik merupakan ilmu yang mempelajari makna teks. Pada dasarnya ilmu ini dapat digunakan untuk mengkaji makna teks secara umum, namun beberapa tokoh menggunakannya untuk memaknai al-Quran. Beberapa di antaranya adalah Toshihiko Izutsu, Mohammad Syahrur, Hasan Hanafi, Abdulah Saeed, dan lain sebagainya. Mereka bahkan berhasil membuat sebuah teori yang didasarkan pada kedua ilmu tersebut untuk mengkaji al-Quran.

Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang memiliki arti memberikan tanda, penting. Secara umum, semantik dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari arti atau makna yang terkandung dalam suatu bahasa.

Pada cabang ilmu semantik ini, Toshihiko Izutsu merupakan orang yang berhasil menggagas teori untuk membedah makna yang ada dalam al-Quran. Dalam bukunya yang berjudul “God and A Man in The Qur’an” atau “Relasi Tuhan dan Manusia”, beliau menjelaskan gagasannya tentang bagaimana cara menggali makna yang ada dalam al-Quran.

Cara Kerja Semantik

Dalam teorinya, beliau memberikan beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, mengetahui makna dasar dan makna relasional kata yang akan dikaji.

Baca Juga  Imamah dalam Pandangan Muhsin al-Kasyani dan al-Syaukani

Dalam tahapan ini pengkaji dituntun untuk mencari makna dasar (makna yang melekat pada kata itu yang selalu terbawa dimanapun kata itu diletakkan) dan makna relasional (makna baru yang diberikan pada sebuah kata yang bergantung pada kalimat dimana kata itu berada) dari sebuah kata. Dengan pijakan makna dasar dan makna relasional ini, pengkaji dapat mengerti apa yang sebenarnya diharapkan oleh ayat tersebut.

Kedua, melakukan analisis singkronik dan diakronik atas makna kata yang dikaji

Setelah mengetahui makna dasar dan makna relasional dari sebuah kata, tahapan selanjutnya adalah menganalisis bagaimana perkembangan makna kata tersebut. Analisis yang dilakukan adalah mencari aspek yang tidak berubah dari konsep kata, dan pandangan terhadap bahasa saat kata itu digunakan.

Ketiga, mencari wltanschauung atas kata yang dikaji

Tahapan terakhir adalah menganalisis bagaimana pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut beserta bagaimana konsep makna dan penafsiran dunia yang melingkupi kata yang dikaji.

Melalui tahapan tahapan tersebut, para pengkaji al-Quran dapat menemukan makna dibalik ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah kepada mahluknya.

Di sisi lain, hermeneutik berasal dari bahasa Yunani yaitu hermeneuin yang berarti menafsirkan. Menurut Hasan Hanafi, dalam kaitannya dengan al-Quran, hermeneutik adalah ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai kenyataan, dari logos, sampai praksis, dan juga transformasi wahyu dan pikiran Tuhan kepada realitas kehidupan manusia.

Beberapa tokoh memiliki gagasan mengenai bagaimana teori hermeneutik yang digunakan untuk menggali makna yang terdapat dalam al-Quran, salah satunya adalah Abdullah Saeed. Beliau menuliskan metodenya dalam karya beliau yang berjudul “Reading the Qur’an in The Twenty-First Century A Contextualist Approach” atau “Al-Quran abad 21 :Tafsir Kontekstual”. Metode yang ditawarkan adalah sebagai berikut:

Baca Juga  Isra’iliyyat dan Posisinya dalam Kajian Tafsir Era Formatif

Cara Kerja Hermeneutik

Pada tahap pertama mengharuskan pengkaji mencari dan mengumpulkan ayat-ayat al-Quran terkait permasalahan yang dikaji

Tahap kedua adalah menganalisis ayat-ayat tersebut, dapat menggunakan kajian lingustik, konteks ayat, memahami bentuk teks, memahami keterkaitan teks, dan mengidentifikasi teks yang memiliki kesamaan isi dan maksud.

Lalu tahap ketiga merupakan tahapan dimana pengkaji diharuskan menganalisis kondisi sosio histors saat ayat itu turun, dan mengidentifikasi teks yang menjadi fokus pembahasan.

Kemudian tahap keempat adalah mengaitkan teks dengan konteks masa kini. Dengan memperhatikan konteks masa kini yang dianggap relevan dengan pesan yang terkandung dalam teks.

Keempat tahapan yang ditawarkan beliau diharapkan mampu membantu pengkaji al-Quran untuk menangkap pesan al-Quran secara utuh. Serta dapat menerapkannya di masa sekarang.

Dari pemaparan di atas, kita dapat melihat bahwasanya semantik dan hermeneutik dapat digunakan untuk membahas bagaimana memahami makna yang terkandung dalam al-Quran. Namun dalam semantik, pengkaji hanya dituntun untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kata yang dikaji. Sementara hermeneutik mengkaji bagaimana mencari makna serta menerapkannya dalam konteks masa kini. Wallahua’lam bi showab

Penyunting: M. Bukhari Muslim