Tanwir.ID Kanal Tafsir Mencerahkan

Sejarah Baitul Maqdis: Persaingan dan Perebutan Pengaruh

Baitul Maqdis
Gambar: harianberkat.com

Baitul Maqdis, atau Yerusalem, merupakan salah satu kota terpenting di dunia, tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi umat Kristen dan Yahudi. Terletak di wilayah Timur Tengah, tempat ini telah menjadi pusat spiritual, politik, dan budaya selama ribuan tahun. Sejarahnya yang kaya dan kompleks menjadikan kota ini sebagai simbol peradaban dan konflik yang tak pernah padam.

Awal Mula Sejarah Baitul Maqdis

Asal usul Baitul Maqdis dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno. Kota ini diyakini telah dihuni sejak sekitar 3000 SM. Dalam tradisi Yahudi, ia dikenal sebagai kota yang didirikan oleh Raja Daud pada abad ke-10 SM. Ia menjadikannya ibu kota Kerajaan Israel dan menginginkan untuk membangun Bait Suci sebagai tempat penyembahan Tuhan. Putranya, Raja Salomo, akhirnya menyelesaikan pembangunan Bait Suci pertama pada sekitar 957 SM.

Bait Suci ini menjadi pusat ibadah bagi bangsa Israel hingga dihancurkan oleh bangsa Babilonia pada 586 SM. Setelah masa pembuangan di Babilonia, bangsa Israel kembali dan membangun Bait Suci kedua pada 516 SM, yang kemudian diperbesar oleh Herodes Agung pada abad ke-1 SM. Ini adalah periode di mana Baitul Maqdis menjadi pusat spiritual dan budaya yang sangat penting.

Penaklukan dan Perubahan

Selama berabad-abad, Baitul Maqdis mengalami berbagai penaklukan oleh berbagai kekuatan besar. Pada tahun 70 M, Romawi menghancurkan Bait Suci kedua sebagai respons terhadap pemberontakan Yahudi. Kota ini kemudian menjadi pusat kekuasaan Romawi dan terus mengalami perubahan demografis dan politik.

Setelah munculnya Islam pada abad ke-7 M, Baitul Maqdis menjadi penting dalam konteks baru. Khalifah Umar bin Khattab menaklukkan kota ini pada tahun 638 M. Dalam periode ini, Masjid Al-Aqsa dan Dome of the Rock dibangun, menjadikannya sebagai salah satu situs suci terpenting dalam Islam. Dome of the Rock, yang dibangun di atas tempat suci yang diyakini sebagai lokasi di mana Nabi Muhammad melakukan Isra’ dan Mi’raj, menjadi simbol keagamaan dan arsitektur yang sangat dikenal.

Baca Juga  5 Manfaat Puasa Daud Menurut Medis

Baitul Maqdis di Zaman Pertengahan

Selama abad-abad berikutnya, Baitul Maqdis menjadi saksi konflik yang terus-menerus antara berbagai kekuatan, termasuk Salib dan kekhalifahan Islam. Perang Salib yang dimulai pada akhir abad ke-11 membuat Baitul Maqdis berpindah tangan antara umat Kristen dan Muslim beberapa kali. Pada tahun 1099, pasukan Salib merebut kota ini, menandai periode kekuasaan Kristen yang berlangsung hingga 1187 ketika Salahuddin Al-Ayyubi merebut kembali kota tersebut.

Di bawah kekuasaan Salahuddin dan penerusnya, Baitul Maqdis mengalami periode stabilitas, meskipun tetap menjadi titik perdebatan dan persaingan antara berbagai kelompok. Kota ini menjadi pusat ilmu pengetahuan, seni, dan budaya, menarik pengunjung dari berbagai penjuru dunia.

Abad Modern dan Konflik Kontemporer

Masuk ke abad ke-20, situasi di Baitul Maqdis semakin kompleks. Setelah Perang Dunia I, kota ini menjadi bagian dari Mandat Britania, yang diakhiri dengan pembentukan Negara Israel pada tahun 1948. Dalam proses ini, ia terpecah menjadi dua bagian: Yerusalem Barat yang dikuasai oleh Israel dan Yerusalem Timur yang dikuasai oleh Yordania.

Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel menduduki Yerusalem Timur, dan sejak saat itu status kota ini menjadi sangat kontroversial. Baik Israel maupun Palestina mengklaim kota ini sebagai ibu kota mereka, yang mengarah pada ketegangan yang terus berlanjut hingga saat ini.

Kesimpulan

Sejarah Baitul Maqdis adalah cermin dari perjalanan umat manusia yang penuh dengan konflik, harapan, dan pencarian spiritual. Kota ini tetap menjadi simbol perjuangan dan identitas bagi banyak orang. Sebagai tempat yang dihormati oleh berbagai agama, ia akan terus menjadi fokus perdebatan dan dialog, menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga perdamaian dan saling pengertian di tengah keragaman yang ada. Kota ini bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga tantangan bagi masa depan umat manusia.

Baca Juga  Mengenal Asy-Syifa: Pendidik Perempuan Pertama di Masa Rasulullah

Penyunting: Bukhari

Tulisan ini merupakan hasil kerja sama antara Tanwir.ID dan SUMU (Serikat Usaha Muhammadiyah)

Tanwir.id
Sebuah media Islam yang mempromosikan tafsir yang progresif dan kontekstual. Hadir sebagai respon atas maraknya tafsir-tafsir keagamaan yang kaku dan konservatif.